VÀNAPRASTHA ÀÚRAMA
tto raìã' blmojx jat' tdSmW deva £psm{mNtu --
Tato ràûþraý balam ojaúa jàtaý tadasmai devà
upasam namantu.
(Atharvaveda: 19.41.1)
Wahai
manusia seperti untuk mendapatkan kebahagiaan (svarvida) para åûi (åûayaá)
pertama (agre) menjalani catur varóa (dìkûàm), dan
kemudian melakukan tapa brata (tapaá), dan selalu melaksanakannya
dengan baik (upaniûeduá), demikian juga wahai manusia ingatlah (icchantaá)
untuk menjadi vànaprastha (bhadram)! Seperti seorang putra
mahkota setelah menjalani brahmacarya àúrama, kemudian (tataá)
mendapatkan cahaya (ojah) dan kekuatan fisik (balam) dan menjadi
terkenal (jàtam), serta melindungi kerajaan (ràûþram), dan para
pemuka agama dan para sarjana pun (devàá) selalu hormat kepada Raja (asmai),
demikian (tataá) semua manusia, menjalani vànaprastha àúrama,
untuk itu wahai para vànaprastha bersujudlah kepada-Ku (upasam
namantu).
’Wahai
manusia untuk mendapatkan kebahagiaan, pertama-tama Maharsi menjalankan catur
varóa dan melaksanakan tapa brata dengan baik. Wahai manusia jadilah vànaprastha,
seperti seorang putra mahkota raja yang telah menjalani brahmacàri àúrama
dan mendapatkan cahaya, kekuatan rohani dan jasmani, terkenal dan pelindung
kenegaraan. Para pemuka agama pun menghormati raja tersebut demikian pula semua
menjalani vànaprastha dan bersujudlah kepada-Ku’.
Di zaman sekarang konsep catur àúrama tidak
dilaksanakan dengan baik. Oleh karena itu, banyak hal muncul yang membuat umat
manusia bingung. Karenanya melalui catur àúrama, seseorang bisa
mendapatkan kebahagiaan di dunia ini dan mencapai mokûa. Untuk itu,
disarankan dalam mantra tersebut bahwa "Wahai manusia laksanakanlah vànaprastha
àúrama dan lakukanlah tapa brata serta abdikan diri ke hadapan Tuhan".
Empat àúrama tersebut dibagi masing-masing 25 tahun. Pada masa brahmacàri manusia belajar sampai 25 tahun, setelah itu boleh menikah, dan baru kemudian menjadi seorang vànaprastha pada usia 50 tahun ke atas, yang berarti perlu menyerahkan tugas rumah tangga kepada anak-anak, dan selanjutnya melaksanakan samàdhi, tapa, dan menyiapkan diri untuk menyatukan diri dengan Tuhan.
Empat àúrama tersebut dibagi masing-masing 25 tahun. Pada masa brahmacàri manusia belajar sampai 25 tahun, setelah itu boleh menikah, dan baru kemudian menjadi seorang vànaprastha pada usia 50 tahun ke atas, yang berarti perlu menyerahkan tugas rumah tangga kepada anak-anak, dan selanjutnya melaksanakan samàdhi, tapa, dan menyiapkan diri untuk menyatukan diri dengan Tuhan.
Dalam mantra yang kedua tentang raja, disebutkan seorang
putra raja menjalani àúrama brahmacàri dan belajar tentang ràjanìti,
untuk mendapatkan kekuatan rohani dan jasmani. Setelah mendapatkan hasil dari brahmacàri,
putra raja tersebut dipilih menjadi raja dan mampu melindungi kerajaan dengan
kekuatan brahmacàri. Kemudian raja tersebut memberikan keadilan kepada
seluruh masyarakat.
Bahkan para pemuka agama pun akan menghormati raja yang telah melaksanakan brahmacàri àúrama dengan baik. Untuk itu disarankan kepada semua manusia supaya melaksanakan tapa dalam masa brahmacàri supaya nanti bisa melihat dengan sungguh-sungguh apa yang benar dan apa yang salah. Setelah beberapa tahun menikmati gåhastha, manusia menyiapkan diri untuk menjadi vànaprastha. Seperti para pemuka yang hormat kepada raja yang sudah melaksanakan brahmacàri àúrama, demikian juga para vànaprasthi akan bertapa dan akan bersujud ke hadapan Tuhan.
Bahkan para pemuka agama pun akan menghormati raja yang telah melaksanakan brahmacàri àúrama dengan baik. Untuk itu disarankan kepada semua manusia supaya melaksanakan tapa dalam masa brahmacàri supaya nanti bisa melihat dengan sungguh-sungguh apa yang benar dan apa yang salah. Setelah beberapa tahun menikmati gåhastha, manusia menyiapkan diri untuk menjadi vànaprastha. Seperti para pemuka yang hormat kepada raja yang sudah melaksanakan brahmacàri àúrama, demikian juga para vànaprasthi akan bertapa dan akan bersujud ke hadapan Tuhan.
Dalam mantra tersebut disarankan supaya para gåhastha menja-lankan
vànaprastha àúrama, kemudian melaksanakan tapa brata supaya bisa
menyiapkan diri menghadapi dewa kematian, yang sewaktu-waktu akan mengetuk
pintu ajal tanpa diundang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar