SAÒNYÀSA
tto raìã' blmojé jat' tdSmW deva £ps'nmNtu --
Tato ràûþraý balamojaúca jàtaý tadasmai devà
upasaýnamantu.
(Atharvaveda: 19-41-1)
Wahai
para saònyàsin, seperti para åûi (åûayaá) yang mengikuti dìkûà
sebagai brahmacàri, gåhastha, dan vànaprastha (upaniûeduá)
untuk mencapai kebaha-giaan sempurna, yaitu kebahagiaan duniawi dan mokûa
(bhadramicchantaá), dengan terlebih dahulu melaksanakan tapa brata dan
mengendalikan indera-indera (tapaá), lakukanlah dìkûà sebagai saònyàsin.
Dengan melaksanakan keempat àúrama (tataá), sebuah negara (ràûþram)
menjadi kuat (balam) dan jaya (ojas). Dengan demikian (tata)
untuk mengikuti saònyàsa àúrama (asmai), wahai para sarjana (devaá),
hormatilah saònyàsin ini agar dia berhasil mencapai tujuan.
’Para
saònyàsin, seperti halnya para åûi yang mengikuti dìkûà,
brahmacàri, gåhastha, dan vànaprastha untuk mendapatkan kebahagiaan
duniawi dan mokûa, akan tetapi sebelumnya para åûi melaksanakan
tapa brata dan mengendalikan indria-indrianya. Oleh sebab itu, ikutilah dìkûà
sebagai seorang saònyàsin. Dengan menjalankan catur àúrama tersebut,
negara akan menjadi kuat dan jaya selamanya’.
Saònyàsa àúrama
merupakan àúrama keempat, di mana san berarti 'dengan baik'
dan nyàs berarti 'bebas'. Jadi, saònyàs memiliki
pengertian bebas dari segala ikatan duniawi dan berusaha bersatu dengan Tuhan.
Konsep tersebut berbeda dengan manusia biasa yang masih terikat dengan tiga
keinginan yaitu lokeûóà (keinginan untuk menik-mati kehidupan duniawi), vitteûóà
(keinginan untuk mencari kekayaan), dan putreûóà (keinginan untuk
menikah serta memiliki keturunan). Ketiga keinginan tersebut bisa diperoleh
melalui gåhastha àúrama. Namun, bila seseorang ingin menjadi saònyàsi,
ia harus melepaskan keinginan tersebut.
Para åûi memperkenalkan konsep catur àúrama
dengan tujuan hidup manusia menjadi lebih teratur dan bermakna. Dengan
melak-sanakan catur àúrama, masalah kelebihan jumlah penduduk tidak akan
muncul di kota-kota karena tiga àúrama, yaitu brahmacàri, gåhastha
dan saònyàsi, tinggal jauh dari pusat kota sehingga bisa dekat dengan
alam.
Saat meninggal dunia, dengan sendirinya manusia terlepas dari
ikatan duniawi. Melalui saònyàsa àúrama, seseorang bisa mempersi-apkan
diri menyatu dengan Tuhan dengan melaksanakan tyàga, yaitu bebas dari
segala ikatan.
Dalam Agama Hindu terdapat banyak contoh saònyàsi,
seperti Swàmì Vivekànanda, Swàmì Dayànanda, dan Swàmì Úraddhà-nanda.
Mereka memberi teladan bagi umat manusia untuk mengikuti jalan tersebut demi
kebenaran. Tetapi manusia zaman sekarang kurang paham konsep catur àúrama.
Hampir semua orang menjadi gåhastha dan sampai tua pun tidak sanggup
meninggalkan keluarga. Nilai manusia menjadi rendah. Semua orang menjadi bhogavadi,
yaitu mengikuti gaya hidup hedonistik dan melupakan tyàga.
Tidak benar bila ada orang yang mengatakan bahwa pada zaman Kali
Yuga manusia tidak perlu menjadi saònyàsi. Konsep catur àúrama
yang terdapat dalam Veda bukan diciptakan untuk Yuga tertentu, melainkan
untuk selama-lamanya. Bila seseorang mengingkari konsep catur àúrama,
itu berarti ia mengingkari ajaran Veda.
Keinginan saònyàsi yang terakhir adalah ’Nàham kàmaye
ràjyam na svargam nàpunarbhavam kàmaye duákha taptanam’, yang berarti: Oh
Tuhan, saya tidak menginginkan kerajaan, surga, maupun lahir kembali ke dunia.
Saya hanya ingin melayani orang-orang yang menderita di dunia.
Tujuan catur àúrama yang lain adalah untuk menjadi
manusia yang baik dengan ketiga àúrama, dan dengan àúrama yang
keempat yaitu saònyàsi, seseorang akan menjadi universal man. Ia
menjadi warga dunia. Setelah mengikuti àúrama ke empat, seorang saònyàsi
akan mengatakan "vasudhaiva kutumbakam", berarti seluruh dunia adalah keluarga. Seperti Tagore mengatakan,
"All countries
are my home". Semua negara adalah
rumahku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar