Rabu, 04 Juli 2012

Hiranyagarbha

HIRAÓYAGARBHA

ihr<yg.R" smvtRtag[e .UtSy jat" paitrek Aas¢t( - 
s da/ar p*iqv¢' Ûamutema' kSmW devay hivza iv/em --

Hiraóyagarbhaá samavartatàgre bhùtasya jàtaá pàtireka à sìt,
Sa dàdhàra påthivìý dyàmutemàý kasmai devàya haviûà vidhema.
(Ågveda: 10.121.1)
Pada awalnya (agre) Hiraóyagarbha (hiraóyagarbhaá) lahir atau berada (samavartatàgre), dialah yang memelihara (patir) segala mahluk hidup (bhùtasya jàtaá). Dialah yang memegang bumi (påthivìm) dan angkasa ini (dyàmutemàm), kepada Beliaulah/Hiraóyagarbha (kasmai) yaitu Dewa (devàya) kami memuja dengan sajen (havisà vidhema).
’Pada awalnya terlahir Hiraóyagabha. Beliaulah yang memelihara segala mahluk hidup di dunia ini. Beliaulah memegang bumi dan angkasa ini. Kami memuja Beliau yang memiliki kebahagiaan dengan yajña’.
Mantra tersebut berasal dari Ågveda, dan menjelaskan Hiraóya-garbha. "Hiraóya" berarti emas, dan "Garbha" berarti kandungan, jadi Hiraóyagarbha berarti telur yang berwarna emas. 

Dalam Veda dijelaskan tentang awal penciptaan dunia ini, yaitu pertama yang ada hanya Tuhan sendiri, kemudian ia beryadnya dan bernafas dengan kekuatan sendiri setelah itu dia berpikir, "Saya ingin menjadi banyak". Sejak saat itulah mulai penciptaan dunia. 
Pertama-tama tercipta air. Di sanalah telur Hiraóyagarbha berada, yaitu sebuah telur yang berwarna seperti emas. Telur itu kemudian terpecah menjadi dua bagian yaitu satu menjadi bumi dan satunya lagi menjadi angkasa. Segala proses penciptaan dunia baru dimulai setelah telur yang mengandung air pecah.
Proses penciptaan dunia berawal dari yajña Tuhan itu sendiri, demikian juga sampai sekarang Tuhan melalui kekuatan dewa-dewa masih terus melakukan yajña. Seperti halnya Dewa Savità (sùrya) yang melakukan yajña melalui terbitnya matahari di pagi hari yang memberikan cahaya kepada umat manusia. 

Proses itu disebut yajña. Dalam Veda dikatakan karena para dewa itu setia melakukan yajña maka mereka menjadi kekal, contohnya Dewa Sùrya, Dewa Bulan, dan lain-lainya. Bahkan hampir seperempat mantra dalam Veda menjelaskan keagungan yajña.
Dalam mantra tersebut, terdapat kata "kasmai", di mana "ka" berarti "Dewa Prajàpati". Dalam mantra tersebut nama Prajàpati disebut "ka". Ada sebuah cerita berikut ini. Setelah terlebih dahulu menciptakan dewa-dewa lainnya, Prajàpati menciptakan Dewa Indra. Prajàpati lalu menyuruh Dewa Indra supaya menjadi rajanya para dewa. Begitu menerima perintah Prajàpati, Dewa Indra pergi menemui dewa-dewa lainnya dan mengutarakan maksud kedatangannya. Namun, para dewa malah berkata, "Siapa kamu? Kamilah yang lebih agung daripada kamu".
 
Dengan sedih Dewa Indra kembali menemui Prajàpati dan menjelaskan tentang penolakan para dewa lainnya terhadap dirinya untuk menjadi raja mereka. Dewa Indra bermaksud meminta kekuatan Prajàpati yang berada dalam sùrya, tetapi Prajàpati berkata, "Jika kau minta kekuatan itu, lalu apa yang saya miliki?"
Dewa Indra kemudian menjawab, "Kau akan tetap mempunyai" (Prajàpati tetap yang mempunyai kekuatan tersebut terlebih dahulu). 
Setelah Dewa Indra menjawab demikian, barulah Prajàpati memberikan kekuatannya kepada Dewa Indra. Sejak itu Dewa Indra menjadi raja para dewa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar