HIRAÓYAGARBHA
s da/ar p*iqv¢' Ûamutema' kSmW devay hivza iv/em --
Sa dàdhàra påthivìý dyàmutemàý kasmai devàya
haviûà vidhema.
(Ågveda: 10.121.1)
Pada
awalnya (agre) Hiraóyagarbha (hiraóyagarbhaá) lahir atau berada
(samavartatàgre), dialah yang memelihara (patir) segala mahluk hidup
(bhùtasya jàtaá). Dialah yang memegang bumi (påthivìm) dan angkasa
ini (dyàmutemàm), kepada Beliaulah/Hiraóyagarbha (kasmai) yaitu
Dewa (devàya) kami memuja dengan sajen (havisà vidhema).
’Pada
awalnya terlahir Hiraóyagabha. Beliaulah yang memelihara segala mahluk
hidup di dunia ini. Beliaulah memegang bumi dan angkasa ini. Kami memuja Beliau
yang memiliki kebahagiaan dengan yajña’.
Mantra tersebut berasal dari Ågveda, dan menjelaskan
Hiraóya-garbha. "Hiraóya" berarti emas, dan "Garbha"
berarti kandungan, jadi Hiraóyagarbha berarti telur yang berwarna emas.
Dalam Veda dijelaskan tentang awal penciptaan dunia ini, yaitu pertama yang ada hanya Tuhan sendiri, kemudian ia beryadnya dan bernafas dengan kekuatan sendiri setelah itu dia berpikir, "Saya ingin menjadi banyak". Sejak saat itulah mulai penciptaan dunia.
Dalam Veda dijelaskan tentang awal penciptaan dunia ini, yaitu pertama yang ada hanya Tuhan sendiri, kemudian ia beryadnya dan bernafas dengan kekuatan sendiri setelah itu dia berpikir, "Saya ingin menjadi banyak". Sejak saat itulah mulai penciptaan dunia.
Pertama-tama tercipta air. Di sanalah telur Hiraóyagarbha berada,
yaitu sebuah telur yang berwarna seperti emas. Telur itu kemudian terpecah
menjadi dua bagian yaitu satu menjadi bumi dan satunya lagi menjadi angkasa.
Segala proses penciptaan dunia baru dimulai setelah telur yang mengandung air
pecah.
Proses penciptaan dunia berawal dari yajña Tuhan itu
sendiri, demikian juga sampai sekarang Tuhan melalui kekuatan dewa-dewa masih
terus melakukan yajña. Seperti halnya Dewa Savità (sùrya)
yang melakukan yajña melalui terbitnya matahari di pagi hari yang
memberikan cahaya kepada umat manusia.
Proses itu disebut yajña. Dalam Veda dikatakan karena para dewa itu setia melakukan yajña maka mereka menjadi kekal, contohnya Dewa Sùrya, Dewa Bulan, dan lain-lainya. Bahkan hampir seperempat mantra dalam Veda menjelaskan keagungan yajña.
Proses itu disebut yajña. Dalam Veda dikatakan karena para dewa itu setia melakukan yajña maka mereka menjadi kekal, contohnya Dewa Sùrya, Dewa Bulan, dan lain-lainya. Bahkan hampir seperempat mantra dalam Veda menjelaskan keagungan yajña.
Dalam mantra tersebut, terdapat kata "kasmai", di
mana "ka" berarti "Dewa Prajàpati". Dalam
mantra tersebut nama Prajàpati disebut "ka". Ada sebuah
cerita berikut ini. Setelah terlebih dahulu menciptakan dewa-dewa lainnya, Prajàpati
menciptakan Dewa Indra. Prajàpati lalu menyuruh Dewa Indra
supaya menjadi rajanya para dewa. Begitu menerima perintah Prajàpati,
Dewa Indra pergi menemui dewa-dewa lainnya dan mengutarakan maksud
kedatangannya. Namun, para dewa malah berkata, "Siapa kamu? Kamilah
yang lebih agung daripada kamu".
Dengan sedih Dewa Indra kembali menemui Prajàpati dan
menjelaskan tentang penolakan para dewa lainnya terhadap dirinya untuk menjadi
raja mereka. Dewa Indra bermaksud meminta kekuatan Prajàpati yang
berada dalam sùrya, tetapi Prajàpati berkata, "Jika kau minta
kekuatan itu, lalu apa yang saya miliki?".
Dewa Indra kemudian menjawab, "Kau akan tetap
mempunyai" (Prajàpati tetap yang mempunyai kekuatan tersebut
terlebih dahulu).
Setelah Dewa Indra menjawab demikian, barulah Prajàpati
memberikan kekuatannya kepada Dewa Indra. Sejak itu Dewa Indra menjadi
raja para dewa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar