Jumat, 08 Juni 2012

Resi Bhagaspati

ÅÛI BHAGASPATI

 Diceritakan ada seorang Raja yang bernama Prabhu Madraka, beliau memiliki putra yang bernama Narasoma yang dalam perang Bhàrata Yuddha lebih dikenal dengan Prabhu Úalya. Waktu masih muda Narasoma pergi berburu ke hutan. Pada masa lalu orang mencari beburan atau mencari ilmu serta mencobanya di hutan siapa mampu menaklukkan hutan dianggap sudah digjaya. 


Narasoma memang berparas tampan dan juga perkasa sehingga menjadi idam-idaman putra Raja waktu itu. Belum lagi kesaktiannya yang pilih tanding membuat kerajaannya itu menjadi disegani oleh kerajaan sekitarnya. 

Hutan dekat hutan tempat Narasoma berburu, dihuni oleh seorang Åûi sakti yang berwajah Rakûasa yang bernama Åûi Bhagaspati. Kesaktian beliau kesohor kemana-mana, hanya beliau agak jarang tampil di daerah-daerah ramai karena wajahnya menyeramkan atau menakutkan, padahal hati beliau sangat baik dan bijaksana. Beliau memiliki seorang putri yang sangat cantik dan jelita. 

Sang Åûi Bhagaspati sangat menyayangi putri satu-satunya. Suatu ketika Sang Åûi menangkap mimpi anaknya yang bernama Dewi Pùjàwati, beliau memimpikan seseorang laki-laki yang gagah perkasa, sampai-sampai beliau merasa gelisah dan tidak enak makan. Mengetahui ini Sang Åûi merasa kasihan pada putri kesayangannya. Maka sang Åûi terbang mencari dan berusaha menemukan laki-laki idaman anaknya. 

Beliau melayang-layang di udara sambil mengawasi orang laki lalang di bawah. Suatu ketika melihatlah beliau seorang putra yang sedang mengejar-ngejar binatang buruannya. Laki-laki inilah yang dimaksud dalam mimpi anaknya, maka sang Åûi turun dan menghampiri laki-laki itu yang tiada lain Sang Narasoma seraya menyampaikan agar laki-laki ini mau mengawini anaknya. Tentu saja laki-laki ini menolak karena dalam pikirannya seorang Rakûasa jelek pasti memiliki anak jelek pula. 

Sang Åûi telah berusaha meyakinkan Sang Narasoma bahwa anaknya cantik dan ayu tapi tetap juga menolak. Akhirnya sang Åûi memaksa laki-laki ini dan Sang Narasoma tak mampu melawan. Sesampai di rumah Sang Åûi, keyakinan Sang Narasoma berubah dan Sang Narasoma mengikuti kehendak Sang Åûi, ya karena yang Dewi betul-betul wanita yang menawan, semua yang ada dalam tubuh wanita tiada yang tercela. Semuanya memikat hati. Inilah membuat Sang Narasoma mengikuti kehendak Sang Åûi

Lama diceritakan Sang Narasoma berada di hutan sebagai manusia, ia punya rindu akan orangtua dan kampung halamannya. Kerinduannya terlihat dari tidur yang sering gelisah, dan makanannya yang tidak pernah lahap. Ini membuat sang istri yakni Dewi Pùjàwati menjadi bertanya pada Sang Narasoma, apa gerangan yang membuat dirinya gelisah dan tidak enak makan. 

Berkatalah Sang Narasoma dengan ilustrasi bahwa seperti orang makan nasi tapi jika ada latah (sekam) satu saja tak bisa atau susah untuk dimakan, dan ini membuat aku susah pulang ke Negeriku bersamamu. Hal ini tak mengerti maksudnya oleh Sang Dewi dan ditanyakan kepada Sang Åûi Bhagaspati tentu beliau sangat paham dengan maksud menantunya bahwa ia sulit ke kerajaannya, karena dia khawatir tatkala orangtuanya bertanya siapa gerangan nama besannya (ayah sang Dewi Pùjàwati) dia khawatir ditertawakan mengawini anak Rakûasa. 

Maka kemudian Sang Åûi mengatakan pada Dewi Pùjàwati untuk memilih ayahnya atau suaminya yang harus hidup. Atas pilihan ini,  Dewi Pùjàwati terdiam. Sang Åûi mengerti maksud anaknya yang lebih berat pada suaminya. Maka beliau masuk ke tempat pemujaan melakukan Yoga Samàdhi. Karena ilmu Sang Åûi sangat tinggi maka sukma beliau pergi ke alam suóya dan jasad beliau rontok menjadi abu, dan sebelum beliau meninggalkan jasadnya beliau tak lupa mewariskan beberapa ilmunya pada menantunya termasuk baju kebalnya.

Kemudian Sang Narasoma pergi ke kerajaannya dan menghadap pada orangtuanya, terlebih lagi beliau sangat rindu pada ayahnda. Di situ beliau ditanya tentang segala sesuatu terkait menantunya termasuk siapa besan dan sekarang ada di mana. 

Sang Narasoma menceritakan semua hal tentang istri dan mertuanya. Mengetahui hal itu Raja Madraka menjadi marah dan mengusir Narasoma karena ulah egois Narasoma membuat Sang Åûi Bhagaspati sahabat karibnya yang paling baik menjadi telah tiada. Pergilah Sang Narasoma dari kerajaan yang diikuti oleh adik putri satu-satunya yang bernama Dewi Madrì, agar adiknya tak merepotkan dimasukkan adiknya ke dalam dirinya dengan kekuatan saktinya.

Dalam perjalanan berjumpalah beliau dengan Sang Pàóðu ayah dari Pàóðawa. Di situ mereka saling ejek dan Narasoma menyatakan kalau saja saya ikut dalam sayembara tentu aku yang dapatkan Kuntì. Selanjutnya Pàóðu pun katakan kalau saja ilmu-mu tinggi lawanlah aku dan jika aku kalah ambilah Dewi Kuntì dariku. Bila kau yang kalah bagaimana? Baik, kata Narasoma jika aku kalah ambilah adikku sebagai taruhan dan dikeluarkan adiknya dari tubuhnya. 

Pertempuran berlangsung sengit, saling panah, saling tebas dengan pedang dan pertempuran tangan kosong pun berlangsung yang akhirnya kekalahan ada pada Narasoma, dan Dewi Madrì menjadi milik Sang Pàóðu yang nantinya Dewi Kuntì, Dewi Madrì serta Dewi Gàndhàrì (adik Úakuni) diberikan pada kakak Sang Dhåtaràûþra untuk memilih sehingga Dewi Gàndhàrì milik atau menjadi istri Dhåtaràûþra dan Dewi Kuntì dan Dewi Madrì jadi istri Sang Pàóðu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar