ÅgWeda
Saýhità merupakan
dasar kitab suci Hinduisme dan tradisi memberikannya tempat tertinggi. Kitab
suci agung ini penuh dengan puji-pujian yang umumnya disebut Sùkta, yang mencapai
ketinggian utama dari keindahan puitis dan ketajaman filosofis, yang
sungguh-sungguh merupakan kombinasi yang jarang diketemukan.
Bagian terbesar dari kitab ini
dipersembahkan sebagai doa kepada para dewa seperti Indra, Agni, Waruóa dan yang lain-lainnya.
Para dewa Weda ini biasanya
dinyatakan berjumlah 33:
8 Wasu (aûþa vasu)11 Rudra (ekàdaúa rudra)
12 Àditya (dwadaúa àditya)
Indra dan Prajàpati.
Para dewa
ini ditugaskan pada tiga wilayah dari bumi (påthiwì),
surga (dyaus)
dan ruang diantaranya (antarikûa).
Selain dari para dewa
ini kita juga menemukan banyak obyek tak bergerak seperti batu penggilas,
sifat-sifat seperti kepercayaan, emosi seperti kemarahan, aspek-aspek alam
seperti fajar, yang didewakan dan dilukiskan didalamnya. Ada juga beberapa dewì, walaupun mereka
ini tidak setenar para dewa.
Siapakah dewa-dewa ini? Apakah mereka
itu aspek berbeda dari Tuhan Yang Mahaesa? Atau, apakah mereka itu para dewa berbeda-beda yang
saling bersaing dan berseteru satu dengan yang lainnya seperti para dewa Yunani?
Atau,
hanya sekedar penyamaran binatang dan totem sebagai para dewa? Karena tujuan
utama dari buku kecil ini adalah untuk memperkenalkan para pembaca awam dengan
gagasan umum tentang para dewa
dan dewì
dalam Hinduisme, kami tak dapat mengawali suatu riset ke dalam aspek dari
pertanyaan ini.
Cukup mengatakan bahwa pernyataan terkenal dalam ÅgWeda itu
sendiri, yaitu:
Ek' siÜp[a" bhu/a vdiNt
‘ekam
sat vipràá bahudhà vadanti,’ -
‘Kebenaran itu cuma Satu; para bijak
menyebutnya dengan berbagai nama’
(Ågveda I. 164. 46),
menyuarakan filsafat Weda yang selanjutnya
diperkuat oleh kitab-kitab Upaniûad.
Karena itu, walaupun para dewa
ini tampaknya berbeda-beda dan mandiri, sesungguhnya mereka itu merupakan
aspek-aspek dari Brahman,
Tuhan Yang Mahaesa yang sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar