Selasa, 29 Mei 2012

Resi Maitreya - Bhagawata Purana


Bodhisattva Maitreya from the 2nd Century Gandharan Art Period


ÅÛI MAITREYA

Åûi Maitreya tinggal di Haridwàra dan di sana Widura menemui beliau. Widura kemudian bertanya kepada Maitreya. “Kehidupan ini demikian adanya. Sehingga apapun yang dilakukan oleh seseorang, namun kesedihan selalu ada di sekeliling kita. Beritahukanlah hamba bagaimana Kåûóa bisa dipuja agar seseorang bisa menaklukkan kesedihan dan derita sekelilingnya.”


Maitreya kemudian memberitahukan Widura tentang proses penciptaan, di mana Brahmà pertama kali muncul dari pusar dewa Wiûóu dan memulai proses penciptaan. Dari kekuatan pikiran beliau, penciptaan empat åûi agung yaitu Sanaka, Sananda, Sanàtana dan Sanatkumàra. Akan tetapi keempat åûi ini tampaknya tidak begitu berminat untuk melanjutkan proses penciptaan dan hal ini membuat Brahmà sangat marah. Dan saat itulah, dari kerutan alis beliau lahirlah seorang anak yang bernama Nìlalohita, diberi nama demikian karena tubuhnya setengah berwarna biru (Nìla) dan setengah lagi berwarna merah (lohita). Nìlalohita adalah leluhurnya para dewa.

Segera setelah lahir, Nìlalohita langsung menangis.

“Mengapa kau menangis ?” tanya Brahmà. Anak itu berkata “Aku menangis karena tidak punya nama. Berikanlah sebuah nama padaku dan tentukanlah di mana aku bisa tinggal.”

Brahmà kemudian menyuruh anak itu agar berhenti menangis. Dan dari kata menangis (Rud), beliau kemudian menamainya Rudra. Sebagai tambahannya, beliau kemudian menambahkan sebelas nama lagi untuknya. Sebelas nama itu adalah 
  1. Manyu, 
  2. Manu, 
  3. Mahìnà, 
  4. Mahàn, 
  5. Úiwa, 
  6. Åtudhwaja, 
  7. Ugrareta, 
  8. Bhawa, 
  9. Kala, 
  10. Wàmadewa, dan 
  11. Dhåtawrata. 

Sebelas istrinya yaitu 
  1. Dhì, 
  2. Dhåti, 
  3. Rasala, 
  4. Umà, 
  5. Niyutà, 
  6. Sarpi, 
  7. Ilà, 
  8. Ambikà, 
  9. Iràwatì, 
  10. Swadhà, dan 
  11. Dìkûa dinikahkan padanya. 

Brahmà juga menentukan bahwa Rudra akan tinggal dalam hati, kehidupan, langit, udara, api, air, bumi, matahari, bulan dan segala jenis meditasi.

Selanjutnya Brahmà kemudian meminta Rudra untuk menciptakan lebih banyak mahluk lagi. Selanjutnya Rudra yang pertama ini kemudian menciptakan Rudra yang lain. Namun semua ciptaan ini adalah mahluk-mahluk mena-kutkan, kejam dan mereka tak henti-hentinya menghancurkan apa saja yang diciptakan oleh Brahmà. Maka Brahmà kemudian memberitahukan Rudra, “Sekarang berhentilah, cukup sudah. Tak usah kamu menciptakan mahluk yang baru lagi. Mengapa kau tidak pergi untuk bermeditasi?”

Demikianlah setelah diperintahkan oleh Brahmà, Rudra kemudian pergi untuk bermeditasi. Dan dengan kepergian Rudra, Brahmà lebih leluasa berkonsentrasi untuk melakukan penciptaan sekali lagi. Kemudian setelah itu lahirlah sepuluh putra Brahmà. Mereka adalah 
  1. Marìci, 
  2. Àtri, 
  3. Aògira, 
  4. Pulastya, 
  5. Pulaha, 
  6. Kratu, 
  7. Bhågu, 
  8. Wasiûþha, 
  9. Dakûa dan 
  10. Nàrada. 
  • Nàrada lahir dari pangkuan Brahmà, 
  • Dakûa dari jempol tangannya, 
  • Wasiûþha dari nafasnya, 
  • Bhågu dari kulitnya, 
  • Kratu dari tangan Beliau 
  • Pulaha dari pusar, 
  • Pulastya dari telinga, 
  • Aògira dari mulut, 
  • Àtri dari kedua mata dan 
  • Marìci dari pikirannya.


Selanjutnya keluarlah berbagai kitab suci dari mulut beliau. Ini termasuk keempat Weda (Ågweda, Sàmaweda, Yajurweda dan Atharwaweda), Àyurweda (seni obat-obatan), Dhanurweda (seni bertarung, perang), dan Gandharwaweda (seni musik). Berbagai puràóa juga keluar dari mulut ilahi Brahmà, sehingga puràóa-puràóa juga disebut sebagai Weda ke lima.

Akhirnya Brahmà kemudian membelah tubuh beliau sendiri menjadi dua. Sebagian berwujud pria dan sebagian lagi berwujud wanita. Yang laki disebut Swayambhù Manu dan yang wanita disebut Úatarùpa. Manu dan Úatarùpa ini memiliki lima orang anak, dua laki-laki dan tiga perempuan. Yang laki adalah Priyawrata dan Uttànapàda sedangkan yang perempuan adalah Àkùti, Dewahùtì dan Prasùtì.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar