Ringkasan RAMAYANA
Ceritera Ramayana terpahat pada relief-relief batu di Candi
Larajonggrang dari abad ke-9 yang terletak di perbatasan antara Yogyakarta dan Surakarta.
Satu seri Ramayana terpahat indah sekali pada sisi dalam di dinding balustrade
dari Candi Siwa yang bermula dengan sebuah adegan ketika dewa Wisnu yang bertahta
di atas ular tanah Ananta sampai saat ketika pasukan kera yang dipimpin oleh
Hanuman menyeberangi laut menuju Langka. Ceritera ini dilanjutkan pada Candi
Brahma di sebelah selatan Candi Siwa di kompleks Candi Larajonggrang. Nama Rama
telah disebut pada prasasti Canggal di Jawa Tengah pada tahun 732 A.D. Kita juga
menjumpai adegan-adegan Ramayana terpahat pada selasar Candi Panataran di Jawa Timur
(abad ke-14), yang dimulai dari pengutusan Hanuman ke Lengka sebagai seorang pengintai
dan berakhir dengan kematian Kumbakarna.
Versi Ramayana tertua di Jawa dikarang oleh seorang penyair bernama
Yogiswara, kemungkinan pada abad ke-10. Versi itu dalam bentuk kakawin, yaitu
sebuah puisi yang disusun dengan metrum-metrum Sansekerta. Ini membuktikan bahwa
sang penyair tidak mengikuti versi Walmiki, tetapi menggunakan sebagai model serta
inspirasinya sebuah versi dari Bhattikavya, yaitu puisi dari abad ke-7 yang ditulis
oleh Bhatti, dan mungkin pula dari sumber-sumber lain. Yogiswara telah menggubah
2.774 bait dalam bentuk kakawin yang indah, yang merupakan puisi dalam kesusasteraan
Jawa Kuna paling panjang.
Tema utama dari Ramayana adalah pembinasaan raja raksasa Rawana yang
jahat dari Lengka oleh Rama, inkarnasi dari dewa Wisnu. Inilah sinopsis dari ceritera
Ramayana.
Pada suatu ketika dewa Wisnu berinkamasi kepada Rama yang baru saja
dilahirkan, putera pertama raja Dhasaratha dengan isterinya yang bernama Kausalya.
Wisnu bakal berperang serta menundukkan raja raksasa Rawana dari Lengka. Ketika
masih muda, Rama telah menunjukkan keberanian yang mengagumkan serta ketrampilan
dalam memanah. Pada suatu ketika ia dikirim ke pertapaan Wiswamitra untuk
membunuh raksasa-raksasa yang setiap harinya memporak-porandakan sesaji sang pertapa.
Sang pertapa itu kemudian membawa sang pangeran yang masih muda itu ke istana
raja Janaka dari Widehas; di sini Rama mengungguli semua saingan-saingannya
dalam sayembara memanah serta mendapatkan puteri Sita yang cantik sebagai
isterinya.
Raja Dasaratha yang telah tua telah menunjuk Rama sebagai penggantinya.
Selagi diadakan persiapan-persiapan bagi penobatan Rama, isteri yang lain dari
raja yaitu Kaikeyi memperingatkan sang raja atas janji kepada sang isteri pada masa
silam, bahwa sang raja telah berjanji untuk memenuhi segala macam permintaan
Kaikeyi. Sekarang Kaikeyi meminta dengan sangat pembuangan Rama serta penobatan
atas puteranya sendiri yaitu Bharata. Dengan sangat sedih sang raja terpaksa memenuhi
janjinya, tetapi ia tak lama kemudian meninggal. Rama menerima dengan hormat kewajiban
yang diberikan ayahnya dan pergi mengasingkan diri dengan diikuti oleh Sita
serta adiknya Laksmana yang setia. Mereka mengembara di dalam hutan serta berhenti
di Citrakuta. Di sinilah mereka ditemukan oleh saudara tiri Bharata yang telah dinobatkan,
yang meminta dengan sangat agar Rama kembali ke Ayodhya. Rama menolak namun memberikan
terompahnya kepada adik tirinya untuk dibawa kembali ke Ayodhya, untuk mengesahkan
pemerintahan Bharata atas nama Rama.
Rama, Sita, dan Laksmana mengembara makin jauh ke dalam hutan
serta mendapatkan sebuah rumah pengasingan para pertapa dan orang-orang suci.
Kemudian mereka menetap di hutan Pancawati. Selanjutnya Surpanakha, adik perempuan
raja raksasa Rawana, ketika sedang melanglang di hutan, bertemu dengan Rama, jatuh
cinta kepadanya, serta berusaha untuk mendapatkannya. Rama menolaknya, dan ketika
beralih kepada Laksmana, sang kesatria memotong hidungnya. Surpanakha lari menuju
kepada sang kakak Rawana dan yang kemudian mengutus seorang abdinya yaitu Marica
untuk merubah bentuk menjadi seekor kijang emas. Benar-benar Sita tertarik oleh
si kijang serta meminta kepada Rama untuk menangkapnya. Rama bersiap-siap memburu
kijang serta memerintahkan Laksmana untuk menjaga Sita.
Rama mengejar kijang cukup lama tetapi ia berlari makin jauh.
Karena sudah hilang kesabarannya Rama menembaknya dengan panahnya. Si kijang meraung
dan berubah menjadi aslinya yaitu raksasa Marica, yang serta merta lalu dibunuh
oleh Rama.
Sita, setelah mendengar jeritan di kejauhan mengira bahwa Rama berada
dalam bahaya. Ia memerintahkan Laksmana untuk menyusul kakaknya karena ada sesuatu
yang mungkin terjadi pada Rama. Semula Laksmana menolaknya, karena Rama telah memerintahkannya
untuk tidak meninggalkan Sita sendirian di tengah hutan. Tetapi kesetiaan Laksmana
kepada Rama menimbulkan kemarahan Sita. Ia mendakwa Laksmana akan mengambil keuntungan
ketika kakaknya berada dalam bahaya bisa menikahi Sita di kemudian hari.
Laksmana sangat bersedih serta bingung mendengar kata-kata yang tak benar dari
kakak iparnya. Tetapi karena Sita terus saja memaksanya, akhirnya ia setuju
untuk pergi menyusul kakaknya.
Rawana yang jatuh cinta kepada Sita merasa yakin bahwa upayanya
untuk mendapatkannya akan berhasil. Ia tampil dalam penyamaran sebagai seorang Brahmana
yang sedang meminta-minta. Setelah banyak bujuk-rayu serta usaha menganjurkan Sita
untuk meninggalkan Rama, sang Brahmana menangkap Sita serta membawanya membubung
tinggi di angkasa sementara ia berubah diri menjadi bentuknya yang berkepala sepuluh
yang menakutkan. Sementara Rawana dan Sita berada di tengah perjalanan, seekor burung
Jatayu yang gagah berani mendengar Sita menangis serta menyebut-nyebut nama
Rama. Jatayu adalah mitra Dasaratha, ayah Rama. Sambil berusaha menyelamatkan Sita,
Jatayu menyerang Rawana dengan ganasnya, tetapi ia luka parah serta hanya bisa bertahan
sebelum tewas untuk menceritakan kepada Rama tentang penculikan Sita.
Pencarian besar-besaran dimulai. Sementara mengembara beserta
Laksmana sepanjang hutan lebat yang berbahaya, Rama tak berhasil melacak hilangnya
Sita. Kemudian seekor kera putih yaitu Hanuman (Maruti) muncul serta mengajak
Rama menjumpai raja dari pasukan kera yaitu Sugriwa, yang telah diusir dari tahtanya
oleh kakaknya yaitu Bali. Pertempuran yang dahsyat terjadi antara Sugriwa dan
Bali. Dari kejauhan Rama membidikkan panahnya kepada Bali. Sebagai tanda terima
kasih Sugriwa menawarkan bantuan kepada Rama. Ia memerintahkan pasukan keranya
yang dipimpin oleh Hanuman untuk mencari Sita.
Sementara itu di sebuah taman di istana Rawana, Sita yang dipenuhi
oleh kesedihan yang sangat mendalam, sangat meragukan akan kemungkinan bisa bertemu
kekasihnya lagi. Ketika Sita sedang memikirkan nasibnya, Rawana datang untuk merayu
agar ia mau menjadi isterinya. Bujuk rayu ini ditolak dengan keras oleh Sita,
yang mengatakan bahwa ia lebih baik mati daripada menjadi isteri seorang
raksasa yang sama sekali tak berperikemanusiaan. Setelah sang raja yang sangat kecewa
itu pergi, Hanuman menyanyikan lagu tentang Rama serta kedatangan Rama untuk membebaskan
Sita.
Hanuman mengatakan kepada Sita bahwa ia telah diutus oleh Rama
untuk menyerahkan cincin serta melaporkan bahwa tidak lama lagi Sita akan
bertemu dengan suami tercintanya lagi. Sita sangat gembira serta menyerahkan
kepada Hanuman sesuatu untuk diserahkan kepada Rama. Karena pertemuan antara Sita
dan Hanuman rupa-rupanya telah ketahuan, Hanuman menganjurkan Sita untuk meninggalkan
taman secepatnya dan sesudahnya Hanuman memporak-porandakan ibukota Rawana.
Para raksasa berhasil menangkapnya. Rawana sangat marah mendengar berita
tentang Hanuman dan memerintahkan para raksasa untuk membakarnya hidup-hidup.
Tetapi Hanuman dengan kekuatan supranaturalnya tak terbakar oleh api; sebaliknya
dengan api yang ada di ekornya ia membakar ibukota. Kemudian Hanuman bergegas kembali
kepada Rama serta melaporkan tentang Sita.
Kemudian pasukan kera diperintahkan mengumpulkan batu-batu besar serta
bongkahan-bongkahan batu yang dilemparkan ke laut untuk membangun sebuah galangan
menuju Lengka. Tentara kera menuju Lengka dan sebuah pertempuran yang dahsyat terjadi.
Ketika semua pimpinan perang Lengka berguguran, Rawana maju ke medan laga
menghadapi Rama sendiri. Keduanya menggunakan senjata-senjata magis mereka, namun
akhirnya Rawana gugur oleh panah Rama yang sangat sakti. Rama dan Sita bertemu
kembali. Tetapi kecurigaan bahwa Sita mungkin tak bisa menahan asmara Rawana meracuni
pikiran Rama, Sita diharuskan menghadapi percobaan dengan api. Apabila ia terbakar,
itu berarti bahwa ia tak suci lagi, tetapi bila tidak, itu membuktikan bahwa ia
masih suci. Sita menyerahkan diri untuk cobaan itu yang membuktikan bahwa ia
masih suci dan tak ternoda. Dengan sentuhan yang sangat dalam yang dipenuhi oleh
perasaan kasih serta sayang, Rama menerima kembali Sita sebagai isterinya tercinta
serta terpercaya. Rama, Sita, dan Laksmana kembali ke Ayodhya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar