Kehidupan Suku Dayak Orung Da'an
Nanga Raun, sebuah desa kecil di jantung Kalimantan.
Desa ini terletak di hulu aliran Sungai Manday, sungai yang mengalir sampai
Kecamatan Kalis, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Dibutuhkan waktu
sekitar 18 jam untuk mencapai desa ini dengan jalan darat dari Pontianak. Sekitar
1100 jiwa penduduknya mayoritas adalah Dayak Orung Da’an, Dayak yang berasal
dari hulu Sungai Da’an.
Subsuku Dayak ini memang tidak seterkenal Dayak Iban atau Punan, sebab memang
belum banyak penelitian tentang mereka. Desa Nanga Raun sendiri mungkin hanya
dikenal oleh orang-orang yang mendalami sejarah dan antropologi, karena desa
ini disebut oleh Anton Willem Nieuwenhuis, seorang peneliti antropologi dari
Belanda yang menetap cukup lama di desa ini dalam ekspedisinya menyusuri sungai
Mahakam tahun 1894.
Nanga Raun berada di aliran Sungai Manday dan dikelilingi
oleh perbukitan. Di desa ini terdapat dua dusun yaitu Dusun Tilung dan Dusun
Nanga Arong. Dusun Nanga Arong adalah pemukiman terakhir suku Dayak Orung Da’an
di Sungai Manday. Selepas Nanga Arong adalah perbatasan Kalimantan Tengah.
Tim Ekspedisi Hello Borneo Mahasiswa Pencinta
Alam Universitas Gadjah Mada menelusuri dusun ini pada bulan Maret 2013. Mereka
tidak menemukan cerita atau situs yang berkaitan dengan Anton Willem
Nieuwenhuis, tapi justru menemukan banyak hal lain yang menarik di desa ini.
Foto dan teks: Agus Satriawan
(1) Nanga Raun dapat dicapai dengan
jalan darat dari Putussibau, ibukota Kabupaten Kapuas Hulu, selama 3
jam. Tidak ada kendaraan umum kecuali ojek. Kondisi jalan masih berupa
tanah yang dikeraskan, dan jika hujan akan meninggalkan kubangan
berlumpur disana-sini. Cara lain adalah dengan menggunakan perahu motor
melewati Sungai Manday dari Nanga Kalis, ibukota Kecamatan Kalis. Waktu
tempuh sekitar 4-5 jam
(2) Desa Nanga Raun berada di aliran Sungai Manday dan dikelilingi oleh perbukitan. Di desa ini terdapat dua dusun yaitu Dusun Tilung dan Dusun Nanga Arong. Dusun Nanga Arong adalah pemukiman terakhir suku Dayak Orung Da’an di Sungai Manday.
(3) Suasana dusun Tilung di desa
Nanga Raun. Rumah penduduk berbentuk rumah dengan tiang-tiang setinggi
setengah sampai satu meter. Dulu desa ini terkenal dengan rumah betang
terpanjang di Kalimantan, tetapi dari cerita penduduk rumah betang itu
terbakar sekitar tahun 1960-an oleh ulah orang gila. Sejak saat itu
penduduk tidak lagi membangun rumah betang untuk tempat bermukim.
(4) Pekerjaan utama penduduk Nanga
Raun adalah berladang padi. Hasil ladang pun hanya sebagian kecil yang
dijual. Umumnya hasil ladang dikonsumsi sendiri. Sistem berladang mereka
adalah ladang berpindah. Masa panen padi jatuh pada bulan
Januari-April. Dalam satu tahun penduduk hanya memanen padi satu kali.
(5) Seorang ibu memandikan hewan
peliharaannya. Untuk asupan lauk-pauk penduduk hanya mengandalkan
tangkapan ikan dan buruan binatang hutan. Hewan piaraan berupa sapi,
babi, dan ayam biasanya hanya digunakan untuk upacara adat.
(6) Dalam upacara adat biasanya
dibuat kue tradisional yang disebut lamak. Bahannya berupa beras ketan,
gula, dan air. Setiap akan diadakan sebuah acara kaum perempuan di desa
bersama-sama melakukan kegiatan penumbukan beras ketan sebagai bahan
kue. Beras ketan ini dikumpulkan dari hasil panen mereka.
(7) Upacara adat paling ramai dalam
tradisi Dayak Orung Da’an justru upacara Buang Pantang, yaitu upacara
yang diadakan ketika ada penduduk yang meninggal. Semakin tinggi tingkat
sosial dan umur seseorang, maka semakin ramai acara diadakan. Durasi
acara mulai dari 3 hari sampai 1 bulan. Setiap hari akan diadakan pesta
makan-makan dan kesenian berupa permainan tradisional. Di puncak acara
akan diadakan tradisi menari dengan memakai pakaian adat.
(8) Suku Orung Da’an percaya ketika mati roh yang mereka namakan Semangat akan berkumpul di Bukit Tilung, sebuah bukit setinggi 1112 meter di barat daya desa Nanga Raun. Bukit ini berbentuk seperti kuburan dengan nisan diatasnya. Di bukit ini Semangat akan dipilah kadar perbuatan baik dan buruknya selama berada di dunia dan akan mendapat ganjarannya masing-masing. Bukan hanya suku Dayak Orung Da’an yang mempercayai bukit ini sebagai tempat berkumpul...
(9) Di Dusun Tilung Desa Nanga Raun
hanya terdapat satu Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Untuk
melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya penduduk harus ke
Putussibau. Di Sekolah Dasar ini Tim Mapagama melakukan kegiatan
pendidikan rekreatif berupa menyanyi, menggambar, menulis cerita, dan
mengadakan pementasan drama berdasar cerita yang ditulis. Murid-murid
menyambut kegiatan dengan antusias. Mereka membuat sendiri dialog dan
kostum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar