Ayah, apakah indologi itu?
Indology adalah sebuah pelajaran
tentang sejarah, suúàstra, agama dan bahasa India oleh orang-orang Barat. Ini
dimulai dengan penerbitan sebuah puisi orang suci Bhatåhari, oleh
seorang misionaris ke India selatan, Roger Abraham, pada tahun
1651. Puisi-puisi itu berisikan berbagai adat dan budaya kaum bràhmaóa.
Selanjutnya pada tahun 1790 seorang pendeta Katolik dari Roma, yang bernama Paolino
de San Bortolommeo menulis dua buku tatabahasa Sanskreta untuk kepentingan
para misionaris Kristen di India.
Antusias bangsa Barat pada kebudayaan
India mencapai puncaknya pada saat Voltaire mencantumkan Yajur Veda
sebagai bahan kajiannya pada buku Costums and spirit af Nations (1759).
Orang yang benar-benar menjadi penyebab dari perkembangan Indology itu tiada
lain adalah Gubernur Jenderal pertama Inggris untuk India, yaitu Warren
Hasting (1732-1818). Beliau benar-benar larut dalam keindahan Bhagavad
Gìtà dan menyusun terjemahan pertama Bhagavad Gìtà ke dalam
bahasa Inggris. Pada kata pengantar dari terjemahannya beliau menyatakan bahwa Bhagavad
Gìtà akan tetap bertahan setelah dominasi kekuasaan Inggris berakhir di
India.
Warren Hasting membuat para pendeta bràhmaóa menyiapkan
sebuah naskah padat tentang berbagai kode etik dan hukum-hukum yang berdasarkan
ajaran kitab suci. Naskah ini sebenarnya tertulis dalam bahasa Sanskreta dan
selanjutnya ditulis dalam bahasa Inggris lalu diterbitkan pada tahun 1776
dengan judul A Code of Gentoo Law (Hukum Hindu) oleh Nathaniel Halhed.
Setelah Warren banyak para
sarjana Eropa yang menjadi tertarik pada kitab suci Hindu, mempelajari
Sansekerta dan menterjemahkan berbagai kitab suci Hindu dalam bahasa Inggris.
Seorang sarjana Jerman, yang bernama, Gundart, datang ke Kerala dan
menulis sebuah kamus untuk bahasa Malayalam.
Jerman adalah salah satu negara dimana
Indology sampai sekarang masih sangat terkenal. Filsuf seperti Max Muller
dan ilmuwan seperti Oppenheimer (penemu bom atom) sangat tertarik
pada Hindu setelah mempelajari Indology. Ketika bom atom pertama diledakkan di
gurun Meksiko maka Oppenheimer yang sangat girang atas penemuannya
seketika mengucapkan sebuah ayat Sanskreta yang terdapat dalam Bhagavad Gìtà.
Mungkin tidak akan salah jika kita
menyebutkan bahwa bahkan Adolf Hitler juga terpengaruh oleh ajaran Tantrik
Hindu. Karena kalau tidak, dimana lagi ia mendapatkan inspirasi tentang
lambang Svastika dan isyarat tangan yang dalam ajaran Hindu disebut
sebagai Abhayahasta mudrà? Namun ini hanyalah sebuah dugaan saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar