Avatàra Gaóeúa - Mahotkaþa
Searah jarum jam; Mahotkata, Mayuresvara, Dhumraketu and Gajanana |
Åûi
Kaúyapa adalah putra Marìci, putra yang lahir dari kekuatan pikiran dewa Brahmà.
Istri Kaúyapa adalah Aditi, ibu para dewa. Iapun bertanya pada suaminya:
“Wahai dewa, aku telah memiliki para dewata dan Indra sebagai putraku. Aku ingin tahu bagaimana caranya agar aku memiliki Tuhan sebagai putraku?”
Åûi
Kaúyapa melihat ketulusannya dan memberkahinya dengan mantra Vinàyaka dan
menginisiasinya dengan mengajarkannya disiplin dan pemujaan pada Gaóeúa untuk
memperoleh berkah. Setelah menyentuh kaki suaminya, Aditi memohon ijin dan
pergi ke hutan yang lebat dan melakukan tapa brata untuk memuja Vinàyaka.
Dengan mandi tiga kali, ia bermeditasi pada Sang dewa tanpa memakan apapun
tidak setetes airpun. Ia hanya hidup dengan menghirup udara dengan seluruh
pikiran dan hatinya, ia memuja Vinàyaka. Kekuatan tapanya membuat para binatang
tidak hidup seperti binatang lagi dan mereka hidup saling mengasihi satu dengan
yang lain.
Saat
semua loka mulai terbakar oleh kekuatan kesuciannya, Gaóeúa muncul dihadapannya,
kemegahan yang mampu mambayangi ribuan matahari dan bulan. Ia memiliki sepuluh
tangan. Anting-antingnya bersinar. Siddhi dan Buddhi, kedua ratunya
bersama-Nya. Lehernya yang suci dihiasi dengan kalungan mutiara. Ia membawa
kapak pada salah satu tangannya dan setangkai padma pada tangannya yang lain.
Ia memiliki benang emas pada pinggangnya dan dahinya memiliki tanda. Ia memakai
sabuk ular, yang mengikat perutnya dan Ia mamakai busana indah pada
tubuhnya. Melihat wujud Sang dewa yang
bersinar, Aditi merenung dan Sang Dewa berkata padanya.
“Aditi, Wahai ibu para dewa, Aku adalah Vinàyaka yang kau pùjà. Mintalah berkah padaku sesuai dengan keinginanmu.”
Aditi
memberikan salam penghormatan pada Sang dewa dan berkata,
“Wahai Dewa, engkau adalah pencipta, pemelihara dan penghancur jagat-raya. Engkau adalah Kebenaran. Berkahilah aku dengan menjadi Putraku. Penghancuran rakûasa dan perlindungan bagi orang yang baik akan terjadi melalui dirimu. Dan semoga engkau menegakkan dharma”
Dewa
Vinàyaka memberikan anugerah dengan berkata,
“Tat astu (maka terjadilah). Aku akan lahir sebagai putramu. Aku akan menghancurkan rakûasa dan melindungi kebaikan. Aku akan mengembalikan dharma.”
Setelah mengatakan hal ini, Dewa
Vinàyaka menghilang.
Aditi
kembali kepada suaminya dengan senangnya dan menyembahnya, seraya menceritakan
semua kejadian yang dialaminya.
Diceritakan
pada suatu waktu, penguasa raksasa Devàntaka dan Naràntaka telah membawa
penderitaan besar pada para dewa, para åûi dan para orang-orang suci. Mereka
semua datang kepada dewa Brahmà sang pencipta dengan Ibu Påthivì dan menjelaskan
keadaan sulit tentang kesedihan mereka. Dewa Brahmà meminta mereka menghaturkan
pemujaan khusus untuk Dewa Vinàyaka. Kemudian, mereka dipimpin oleh Brahmà,
menghaturkan sembah:
nmo
nmSte Aikl loknaq
nmo
nmSte Aikl lok /amn(
nmo
nmSte Aikl lok kairn(
nmo
nmSte Aikl lok hairn( --
1. namo namaste akila lokanàtha
namo
namaste akhila loka dhàman
namo
namaste akhila loka kàrin
namo
namaste akhila loka hàrin
nmo
nmSte surax]u nax
nmo
nmSte òt .µ pax
nmo
nmSte inj .µ pox
nmo
nmSte lO`u .iµ tox --
2. namo namaste suraúatru nàúa
namo
namaste håta bhakta pàúa
namo
namaste nijabhakta poúa
namo
namaste laughu bhakti toúa
inra²te
inTy inrStmay
praTpr
b[õmaya Svåp
=ra=rat¢t
guu,WivRh¢n
d¢nanukiMpN.gvan{mSte
--
3. niràkåte nitya nirastamàya
paràtpara brahmamàyà svarùpa
kûaràkûaràtìta guóair vihìna
dìnànukampin bhagavàn namaste
inramyayai%l
kampUr
inrÇnaya
Ai%l dWTydarn(
inTyay
sTyay propkairn(
smay
svR] nmo nmSte --
4. niràmayàyàkhila kàmapùra
nirañjanàyà akhila daityadàrin
nityàya satyàya paropakàrin
samàya sarvatra namo namaste
Wahai
dewa dari semua loka, penghormatan pada-Mu!
Wahai Penyangga jagat-raya, salam
hormat kami.
Wahai pencipta dunia yang tiada berakhir dan
penghancur seluruh
ciptaan, kami memujamu.
Wahai penghancur semua musuh para dewa, Salam Hormat!
Engkau adalah pelindung dan engkau berkenan dengan pemujaan yang sederhana.
Salam hormat!
Memiliki wujud yang transcendental, Engkau tak berwujud;
Engkau adalah
Brahman dan engkau melampaui alam dan jiwa.
Engkau
melampaui semua alam dan maha pengampun pada pemujamu.
Lagi dan lagi kami
memberikan penghormatan padamu.
Engkau adalah Brahman, tak bercela, penghancur
semua rakûasa.
Engkau adalah Kebenaran abadi yang membantu mereka yang
membutuhkan.
Salam hormat padamu.
Wahai
Dewa Vinàyaka, seluruh dunia berada dalam masalah dan mereka tidak melakukan
upacara api suci, dan juga berdoa. Kami, para penghuni surga diusir oleh para
rakûasa dan kami hidup seperti binatang di gua Gunung Meru. Lindungi kami,
tunjukkan pengampunanmu pada kami.
Berkenan dengan doanya, Gaóeúa mengirimkan
pengikutnya yang berbicara pada para dewa dari surgawi.
“Wahai, dewa, jangan takut lagi. Dewa Vinàyaka akan menjadi avatàra melalui rahim Aditi di àúrama Åûi Kaúyapa untuk melindungi kalian semua dan juga bumi. Ia akan mengembalikan surgawi. Jangan khawatir”
Semua
bahagia mendengar suara surgawi dan menghormati Brahmà, mereka kembali ke kediaman
mereka. Brahmà kembali ke kediamannya di Satyaloka.
Setelah
beberapa lamanya, istri Åûi Kaúyapa hamil. Ia dipenuhi dengan aura surgawi.
Setelah sembilan bulan, pada hari yang suci, lahirlah anak yang agung darinya.
Gaóeúa Puràóa membahas tentang keindahan anak lelaki ini:
dx
.ujo bhu bl" k,Rk¦<@l miNdt"
kStUUr¢
ivlsÙalo muk¦t .[aijmStk"
isi×
bui×yut" kNte rTnmala iv.Uixt"
icNtami,
lsÜ= jpapuZpaä,a /r"
£Þso
.*k¦t¢ caä llato daNt d¢iPtman(
deh
ka<#)a httma idVyaMbr yut" xu." --
daúa
bhujo bahu balaá karóa-kuóðala manditaá
kastùrì
vilasadbhàlo mukuta bhràji-mastakaá
siddhi
buddhiyutaá kante ratna màlà vibhùúitaá
cintàmaói
lasad vakûa japàpuûpàruóà dharaá
unnaso
bhåkutì càru lalàto dànta dìptimàn
deha
kàóþhyà hatatamà divyàmbara yutaá úubhaá
Ia
terlihat sangat gagah. Ia memiliki sepuluh tangan. Ia memiliki telinga yang
bersinar dan dahi yang bersinar. Keagungan mahkotanya menyinari empat penjuru
arah. Dewi kebaikan (Buddhi) dan Dewi pengabul keinginan (Siddhi) berada
disampingnya. Kalungan permata menambahkan keindahan pada leher-NYa. Dadanya
bersinar dengan permata dan bibirnya merah seperti bunga japà. Hidung yang
indah dan alis yang hitam menambahkan keindahan pada wajahnya. Giginya putih
bersinar. Cahaya yang bersinar dari tubuhnya menghalau kegelapan. Mengenakan
busana yang indah, anak lelaki itu sangat tampan.
Ibu
Aditi ada di sebelahnya dengan sangat bahagia. Tuhan berkata padanya.
“Wahai Ibu Aditi, seperti janjiku atas kesungguhan hatimu. Aku datang sebagai putramu. Menghancurkan rakûasa dan melindungi orang yang baik, Aku akan memenuhi permohonanmu.”
Ibu
Aditi berdoa pada-Nya
“Wahai, Kebenaran yang Abadi, Kenyataan Transendental, Aku diberkahi seribu kali karena Engkau menjadi putraku. Sekarang Aku berdoa engkau akan menjadi anakku, melupakan wujud surgawimu dan memberikan aku kebahagiaan sebagai seorang ibu.”
Karena permintaannya, Gajànana muncul sebagai
bayi yang sangat cantik dan iapun menangis. Tangisannya mencapai ketiga dunia.
Bumi berguncang karena tangisannya. Para rakûasa ketakutan dan para makhluk
surgawi bersuka-cita atas kelahiran avatàra Gaóeúa.
Åûi
Kaúyapa sangat senang karena mengetahui bahwa avatàra Gaóeúa akan menjadi
putranya dan iapun melakukan upacara pemujaan dan memberikan makanan serta
berderma pada bràhmaóa untuk memberkahi anak ini.
Walaupun
masih kecil, Gaóeúa memiliki tubuh yang besar. Oleh karena itulah, Åûi Kaúyapa
memberinya nàma Mahotkaþa, yang berarti “makhluk supernatural dengan ukuran
yang tidak biasa.”
Pada waktu itu
datanglah Åûi Vaúiûþha dan Vàmadeva. Aditi dan Kaúyapa membawa putra mereka Mahotkaþa
untuk memperoleh berkah.
Åûi Vaúiûþha berkata,
“Oh, anak ini memiliki 32 tanda pada tubuhnya yang membuktikan bahwa ia adalah avatàra Tuhan. Akan ada banyak sekali kejadian berbahaya pada saat ia kecil. Beberapa rakûasa akan mencoba membunuhnya. Tetapi, karena ia adalah avatàra Vinàyaka Gaóeúa, ia akan menghancurkan semua rakûasa dan membawa kedamaian ke jagat raya ini.”
Åûi
Vaúiûþha dan Vàmadeva memuja kaki Gaóeúa dan berdoa padanya:
p[aqRyamassvRSqm(
- .u.ar hr,' k¦ä -
sa/Una'
pan' dev - duSt danv `atnm( --
pràrthayàmàsa
sarvastham, bhubhàra haraóam kuru
sàdhùnàm
pàlanam deva, dusta dànava ghàtanam
Wahai
Dewa, ketiga dunia gempar karena dikuasai oleh para rakûasa. Selamatkanlah
dunia kami dengan menghancurkan para rakûasa dan lindungilah hambamu.
Setelah
mengatakan hal ini, para åûi memberikan penghormatan pada Gaóeúa dan kemudian
menuju àúrama mereka.
Dengan
keberadaan Gaóeúa sebagai Mahotkaþa, para åûi menjadi tidak takut lagi di semua
pertapaan, para pertapa mulai mempelajari Veda dan melaksanakan api yajña seperti biasanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar