Rabu, 13 Juni 2012

Ganesa Avatar - Mahotkata


Avatàra Gaóeúa - Mahotkaþa

Searah jarum jam; Mahotkata, Mayuresvara,
Dhumraketu and Gajanana

Åûi Kaúyapa adalah putra Marìci, putra yang lahir dari kekuatan pikiran dewa Brahmà. Istri Kaúyapa adalah Aditi, ibu para dewa. Iapun bertanya pada suaminya: 
“Wahai dewa, aku telah memiliki para dewata dan Indra sebagai putraku. Aku ingin tahu bagaimana caranya agar aku memiliki Tuhan sebagai putraku?”
Åûi Kaúyapa melihat ketulusannya dan memberkahinya dengan mantra Vinàyaka dan menginisiasinya dengan mengajarkannya disiplin dan pemujaan pada Gaóeúa untuk memperoleh berkah. Setelah menyentuh kaki suaminya, Aditi memohon ijin dan pergi ke hutan yang lebat dan melakukan tapa brata untuk memuja Vinàyaka. 

Dengan mandi tiga kali, ia bermeditasi pada Sang dewa tanpa memakan apapun tidak setetes airpun. Ia hanya hidup dengan menghirup udara dengan seluruh pikiran dan hatinya, ia memuja Vinàyaka. Kekuatan tapanya membuat para binatang tidak hidup seperti binatang lagi dan mereka hidup saling mengasihi satu dengan yang lain.

Saat semua loka mulai terbakar oleh kekuatan kesuciannya, Gaóeúa muncul dihadapannya, kemegahan yang mampu mambayangi ribuan matahari dan bulan. Ia memiliki sepuluh tangan. Anting-antingnya bersinar. Siddhi dan Buddhi, kedua ratunya bersama-Nya. Lehernya yang suci dihiasi dengan kalungan mutiara. Ia membawa kapak pada salah satu tangannya dan setangkai padma pada tangannya yang lain. 

Ia memiliki benang emas pada pinggangnya dan dahinya memiliki tanda. Ia memakai sabuk ular, yang mengikat perutnya dan Ia mamakai busana indah pada tubuhnya.  Melihat wujud Sang dewa yang bersinar, Aditi merenung dan Sang Dewa berkata padanya. 
“Aditi, Wahai ibu para dewa, Aku adalah Vinàyaka yang kau pùjà. Mintalah berkah padaku sesuai dengan keinginanmu.”
Aditi memberikan salam penghormatan pada Sang dewa dan berkata, 
“Wahai Dewa, engkau adalah pencipta, pemelihara dan penghancur jagat-raya. Engkau adalah Kebenaran. Berkahilah aku dengan menjadi Putraku. Penghancuran rakûasa dan perlindungan bagi orang yang baik akan terjadi melalui dirimu. Dan semoga engkau menegakkan dharma”
Dewa Vinàyaka memberikan anugerah dengan berkata, 
“Tat astu (maka terjadilah). Aku akan lahir sebagai putramu. Aku akan menghancurkan rakûasa dan melindungi kebaikan. Aku akan mengembalikan dharma.” 
Setelah mengatakan hal ini, Dewa Vinàyaka menghilang.

Aditi kembali kepada suaminya dengan senangnya dan menyembahnya, seraya menceritakan semua kejadian yang dialaminya.

Diceritakan pada suatu waktu, penguasa raksasa Devàntaka dan Naràntaka telah membawa penderitaan besar pada para dewa, para åûi dan para orang-orang suci. Mereka semua datang kepada dewa Brahmà sang pencipta dengan Ibu Påthivì dan menjelaskan keadaan sulit tentang kesedihan mereka. Dewa Brahmà meminta mereka menghaturkan pemujaan khusus untuk Dewa Vinàyaka. Kemudian, mereka dipimpin oleh Brahmà, menghaturkan sembah:

nmo nmSte Aikl loknaq
nmo nmSte Aikl lok /amn(
nmo nmSte Aikl lok kairn(
nmo nmSte Aikl lok hairn( --

1. namo namaste akila lokanàtha
namo namaste akhila loka dhàman
namo namaste akhila loka kàrin
namo namaste akhila loka hàrin

nmo nmSte surax]u nax
nmo nmSte òt .µ pax
nmo nmSte inj .µ pox
nmo nmSte lO`u .iµ tox --

2. namo namaste suraúatru nàúa
namo namaste håta bhakta pàúa
namo namaste nijabhakta poúa
namo namaste laughu bhakti toúa

inra²te inTy inrStmay
praTpr b[õmaya Svåp
=ra=rat¢t guu,WivRh¢n
d¢nanukiMpN.gvan{mSte --

3. niràkåte nitya nirastamàya
paràtpara brahmamàyà svarùpa
kûaràkûaràtìta guóair vihìna
dìnànukampin bhagavàn namaste

inramyayai%l kampUr
inrÇnaya Ai%l dWTydarn(
inTyay sTyay propkairn(
smay svR] nmo nmSte --

4. niràmayàyàkhila kàmapùra
nirañjanàyà akhila daityadàrin
nityàya satyàya paropakàrin
samàya sarvatra namo namaste

Wahai dewa dari semua loka, penghormatan pada-Mu! 
Wahai Penyangga jagat-raya, salam hormat kami. 
Wahai pencipta dunia yang tiada berakhir dan 
penghancur seluruh ciptaan, kami memujamu. 
Wahai penghancur semua musuh para dewa, Salam Hormat! 
Engkau adalah pelindung dan engkau berkenan dengan pemujaan yang sederhana. Salam hormat! 
Memiliki wujud yang transcendental, Engkau tak berwujud; 
Engkau adalah Brahman dan engkau melampaui alam dan jiwa.
Engkau melampaui semua alam dan maha pengampun pada pemujamu. 
Lagi dan lagi kami memberikan penghormatan padamu. 
Engkau adalah Brahman, tak bercela, penghancur semua rakûasa. 
Engkau adalah Kebenaran abadi yang membantu mereka yang membutuhkan. 
Salam hormat padamu.

Wahai Dewa Vinàyaka, seluruh dunia berada dalam masalah dan mereka tidak melakukan upacara api suci, dan juga berdoa. Kami, para penghuni surga diusir oleh para rakûasa dan kami hidup seperti binatang di gua Gunung Meru. Lindungi kami, tunjukkan pengampunanmu pada kami.

Berkenan dengan doanya, Gaóeúa mengirimkan pengikutnya yang berbicara pada para dewa dari surgawi. 
“Wahai, dewa, jangan takut lagi. Dewa Vinàyaka akan menjadi avatàra melalui rahim Aditi di àúrama Åûi Kaúyapa untuk melindungi kalian semua dan juga bumi. Ia akan mengembalikan surgawi. Jangan khawatir”
Semua bahagia mendengar suara surgawi dan menghormati Brahmà, mereka kembali ke kediaman mereka. Brahmà kembali ke kediamannya di Satyaloka.

Setelah beberapa lamanya, istri Åûi Kaúyapa hamil. Ia dipenuhi dengan aura surgawi. Setelah sembilan bulan, pada hari yang suci, lahirlah anak yang agung darinya. Gaóeúa Puràóa membahas tentang keindahan anak lelaki ini:

dx .ujo bhu bl" k,Rk¦<@l miNdt"
kStUUr¢ ivlsÙalo muk¦t .[aijmStk"
isi× bui×yut" kNte rTnmala iv.Uixt"
icNtami, lsÜ= jpapuZpaä,a /r"
£Þso .*k¦t¢ caä llato daNt d¢iPtman(
deh ka<#)a httma idVyaMbr yut" xu." --

daúa bhujo bahu balaá karóa-kuóðala manditaá
kastùrì vilasadbhàlo mukuta bhràji-mastakaá
siddhi buddhiyutaá kante ratna màlà vibhùúitaá
cintàmaói lasad vakûa japàpuûpàruóà dharaá
unnaso bhåkutì càru lalàto dànta dìptimàn
deha kàóþhyà hatatamà divyàmbara yutaá úubhaá

Ia terlihat sangat gagah. Ia memiliki sepuluh tangan. Ia memiliki telinga yang bersinar dan dahi yang bersinar. Keagungan mahkotanya menyinari empat penjuru arah. Dewi kebaikan (Buddhi) dan Dewi pengabul keinginan (Siddhi) berada disampingnya. Kalungan permata menambahkan keindahan pada leher-NYa. Dadanya bersinar dengan permata dan bibirnya merah seperti bunga japà. Hidung yang indah dan alis yang hitam menambahkan keindahan pada wajahnya. Giginya putih bersinar. Cahaya yang bersinar dari tubuhnya menghalau kegelapan. Mengenakan busana yang indah, anak lelaki itu sangat tampan.

Ibu Aditi ada di sebelahnya dengan sangat bahagia. Tuhan berkata padanya. 
“Wahai Ibu Aditi, seperti janjiku atas kesungguhan hatimu. Aku datang sebagai putramu. Menghancurkan rakûasa dan melindungi orang yang baik, Aku akan memenuhi permohonanmu.”
Ibu Aditi berdoa pada-Nya 
“Wahai, Kebenaran yang Abadi, Kenyataan Transendental, Aku diberkahi seribu kali karena Engkau menjadi putraku. Sekarang Aku berdoa engkau akan menjadi anakku, melupakan wujud surgawimu dan memberikan aku kebahagiaan sebagai seorang ibu.” 
Karena permintaannya, Gajànana muncul sebagai bayi yang sangat cantik dan iapun menangis. Tangisannya mencapai ketiga dunia. Bumi berguncang karena tangisannya. Para rakûasa ketakutan dan para makhluk surgawi bersuka-cita atas kelahiran avatàra Gaóeúa.

Åûi Kaúyapa sangat senang karena mengetahui bahwa avatàra Gaóeúa akan menjadi putranya dan iapun melakukan upacara pemujaan dan memberikan makanan serta berderma pada bràhmaóa untuk memberkahi anak ini.

Walaupun masih kecil, Gaóeúa memiliki tubuh yang besar. Oleh karena itulah, Åûi Kaúyapa memberinya nàma Mahotkaþa, yang berarti makhluk supernatural dengan ukuran yang tidak biasa.”  

Pada waktu itu datanglah Åûi Vaúiûþha dan Vàmadeva. Aditi dan Kaúyapa membawa putra mereka Mahotkaþa untuk memperoleh berkah. 
Åûi Vaúiûþha berkata, 
“Oh, anak ini memiliki 32 tanda pada tubuhnya yang membuktikan bahwa ia adalah avatàra Tuhan. Akan ada banyak sekali kejadian berbahaya pada saat ia kecil. Beberapa rakûasa akan mencoba membunuhnya. Tetapi, karena ia adalah avatàra Vinàyaka Gaóeúa, ia akan menghancurkan semua rakûasa dan membawa kedamaian ke jagat raya ini.” 
Åûi Vaúiûþha dan Vàmadeva memuja kaki Gaóeúa dan berdoa padanya:

p[aqRyamassvRSqm( - .u.ar hr,' k¦ä -
sa/Una' pan' dev - duSt danv `atnm( --

pràrthayàmàsa sarvastham, bhubhàra haraóam kuru
sàdhùnàm pàlanam deva, dusta dànava ghàtanam

Wahai Dewa, ketiga dunia gempar karena dikuasai oleh para rakûasa. Selamatkanlah dunia kami dengan menghancurkan para rakûasa dan lindungilah hambamu.

Setelah mengatakan hal ini, para åûi memberikan penghormatan pada Gaóeúa dan kemudian menuju àúrama mereka.

Dengan keberadaan Gaóeúa sebagai Mahotkaþa, para åûi menjadi tidak takut lagi di semua pertapaan, para pertapa mulai mempelajari Veda dan melaksanakan api yajña seperti biasanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar