Rabu, 30 Mei 2012

Meng-Tse - 100 Tokoh Dunia

Meng-Tse 

Filosof Cina Meng-Tse (Mencius) adalah pengganti Kong Hu-Cu. Ajaran-ajarannya, seperti apa yang dibentangkan dalam buku Book of Mencius, sangat dihargai di Tiongkok selama berabad-abad. Dia sering dijuluki “The Second Sage,” manusia bijak kedua, yaitu kebijakannya jatuh nomor dua sesudah Kong Hu-Cu yang berjangka selisih dengannya sekitar 2000 tahun.


Meng-Tse dilahirkan sekitar tahun 371 SM di negeri kecil Tsou, yang kini berada di provinsi Shantung. Masa ia dilahirkan, babak akhir dinasti Chou, disebut oleh orang Cina dengan julukan “Masa perang antar negeri,” berhubung Cina secara politis waktu itu terpecah belah. Meng-Tse, meskipun dia berada di belakang tradisi Kong Hu-Cu dan senantiasa jadi pendukung gigih teori-teori dan gagasan Kong Hu-Cu, akhimya dihormati selaku cerdik pandai dan filosof atas daya kreasi dan karya pikirnya sendiri.

Meng-tse menghabiskan banyak masa dewasanya melakukan perjalanan di seputar dalam negeri Cina dan menawarkan nasihatnya kepada pelbagai penguasa. Beberapa penguasa mendengarkan dengan penuh hormat kepadanya, dan untuk beberapa saat dia menjadi pejabat pemerintah Ch’i; tetapi secara pukul rata dia tidak punya posisi permanen ataupun pembuat keputusan. Di tahun 312 SM, saat umurnya sekitar lima puluh sembilan tahun, dia kembali ke kampungnya di negeri Tsou dan tinggal menetap di situ sampai mati. Kapan dia mati tidak jelas, mungkin sekitar tahun 289 SM.

Meng-tse mengumpulkan pengikut-pengikut selama masa hidupnya, tetapi pengaruhnya atas Cina sebagian terpokok karena Book of Menciusnya, di mana tertera ajaran-ajarannya. Meskipun buku itu bisa jadi sudah mengalami pelbagai perbaikan oleh pengikut-pengikutnya, kecil sekali keraguan bahwa pokok-pokoknya mencerminkan ide-ide Meng-tse sendiri.

Citra Book of Mencius berwarna idealistis dan optimis, memantulkan keyakinan teguh Meng-tse bahwa sifat manusia itu pada dasarnya baik: dalam banyak hal, ide politiknya serupa dengan Kong Hu-Cu; khususnya, Meng-tse percaya benar bahwa seorang raja harus memerintah pertama-tama lewat contoh moral daripada dengan kekuatan. Tetapi, Meng-tse lebih mendekati “orang milik umum” daripada Kong Hu-Cu. “Langit melihat seperti rakyat melihat, langit mendengar seperti rakyat mendengar,” adalah salah satu pernyataannya yang terbaik.

Meng-tse menekankan bahwa komponen paling penting dari tiap negara adalah rakyat, dan bukannya penguasa. Adalah kewajiban penguasa memajukan kesejahteraan rakyat; khususnya dia harus memberikan rakyat itu penuntun moral dan dengan kondisi yang layak untuk hidupnya. Diantara politik pemerintahan dia menganjurkan: perdagangan bebas; pajak ringan; pelestarian sumber alam; pemerataan kekayaan yang sama daripada keadaan sekarang; dan persediaan pemerintah buat kesejahteraan orang-orang tua jompo dan orang miskin. Meng-tse percaya bahwa kekuasaan seorang Raja berasal dari langit; tetapi seorang Raja yang mengabaikan kesejahteraan rakyat akan kehilangan “mandat dari langit,” dan akan sepantasnya ditumbangkan. Berhubung bagian terakhir dari kalimat itu mengikis bagian pertama, Meng-tse pada dasarnya menekankan (jauh sebelum John Locke), bahwa rakyat punya hak memberontak melawan penguasa yang tidak adil. Ini merupakan ide yang diterima secara luas di Cina.

Kini bicara secara umum, sepanjang hampir sepanjang sejarah, jenis politik yang dianjurkan Meng-tse lebih populer di kalangan rakyat ketimbang di kalangan penguasa. Karena itu janganlah heran bilamana usul Meng-tse tidak diterima oleh penguasa-penguasa Cina pada masanya. Tetapi dalam perjalanan sang waktu, pandangan-pandangannya menjadi semakin populer di kalangan sarjana-sarjana Kong Hu-Cu dan di kalangan rakyat Cina. Reputasi Meng-tse, yang sudah tinggi, bahkan menjadi lebih besar di Cina disertai dengan bangkitnya neo-Confucianisme di abad ke-11 dan ke-12.

Di Barat, tentu saja, Meng-tse tak punya pengaruh yang berarti. Ini disebabkan sebagian dari kenyataan bahwa dia menulis dalam bahasa Cina. Tao Te Ching oleh Lao Tze yang ditulis dalam bahasa Cina yang boleh dibilang bersamaan waktunya dengan Book of Mencius, telah diterjemahkan ke dalam pelbagai bahasa Eropa berulang kali hanya karena banyak orang menemukan ide yang dipaparkan di buku itu memancing rasa ingin tahu. Tetapi relatif sedikit orang Barat telah menemukan Book of Mencius, khusus yang orisinal- atau yang terpotong.


Tetapi, tulisan-tulisan Meng-tse telah betul-betul mempengaruhi orang Cina. Meskipun arti pentingnya terhadap Confucianisme tidaklah mendekati kebesaran seperti St. Paul terhadap Kekristenan (dalam satu hal Meng-tse kekurangan kesanggupan membujuk yang sungguh luar biasa yang ada pada St. Paul untuk menarik orang menganut pahamnya), dia tak diragukan lagi seorang penulis yang punya pengaruh mendalam. Selama kasarnya dua puluh dua abad, ide-idenya dipelajari di seluruh daerah yang berpenduduk lebih dari 20% jumlah penduduk dunia. Hanya sedikit filosof di mana pun punya pengaruh yang begitu besarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar