Kisah Hindu - Cerita tentang Resi Nàrada
Seorang åûi yang suci, Nàrada adalah figur, yang sangat terkenal dalam adat dan pengetahuan Puràóa. Tidak ada kejadian penting di dalam Puràóa yang tidak ada Resi Nàrada di dalamnya.
Ia juga digambarkan sebagai seorang petugas yang menyampaikan pesan-pesan (kurir) yang selalu berjalan, mengunjungi dewa-dewa, Mànawa dan Àsura dan dihormati oleh semua. Ia seorang bhakta Wisnu yang hebat.
Meskipun Nàrada selalu ditunjuk dengan hormat dalam mythologi, ia sering disalah mengertikan dan dicemoohkan sebagai pembawa cerita-cerita dan seorang pengacau. Meskipun demikian, Nàrada yang dinamakan pengacau selalu menghasilkan kehancuran bagi yang jahat dan selanjutnya penyebab dari yang baik.
Ia dihargai dengan ciptaannya “Vìnà” –sebuah alat musik dan kepengarangannya dari istilah-istilah hukum dan “Nàrada Bhakti Sùtra”. (Aphorism* mengenai Bhakti Nàrada)
*Aphorism = Tak pernah ada peperangan yang baik atau perdamaian yang buruk.
Tiga cerita dimasukkan di sini didasarkan pada Úiva Puràóa dan beberapa cerita rakyat. Kisah-kisah ini menceritakan pada kita bagaimana Nàrada, meskipun seorang åûi yang suci, suatu ketika dapat jatuh dalam perangkap godaan, dan menjadi sombong. Untungnya pada Nàrada, Wisnu disampingnya untuk menariknya setiap waktu ia kalah pada godaan dan masuk dalam kelemahan manusia.
Secara bertahap Nàrada menjadi bebas dari kegagalan-kegagalan manusiawi dan mencapai ketenangan batin dan pikiran yang sejati.
Nàrada Mengatasi Godaan
***** frame 1 *****
Nàrada adalah seorang Devàrûi yang selalu berkelana keliling dunia, menawarkan panduan kepada para penyembah Tuhan.
Sesudah berhasil mendapatkan pengetahuan sejati dari ayahnya, Brahma…
Ia bersumpah untuk tetap membujang.
Aku tidak akan menikah. Aku akan melayani Dewa Nàràyaóa
***** frame 2 *****
Nàrada melakukan berbagai tapasya keras di Himàlaya.
Indra, raja dari dewa-dewa, menjadi curiga akan maksud Nàrada. Ia berbicara kepada Båhaspati mengenai hal ini.
Aku heran, apa yang ia inginkan sesudahnya.
Kemungkinan tahta Anda.
Apa yang harus aku lakukan? Ah! Aku dapat menggodanya dengan kesenangan duniawi dan membuatnya menyimpang dari jalannya.
Dengan gagasan ini dibenaknya, Indra mengirim Kàmadewa,
Kàma, aku memerlukan pertolonganmu. Engkau harus membuat Nàrada menyerah atas kegigihannya.
Saya akan mencoba, Dewaku.
***** frame 3 *****
Kàma sampai ke tempat yang dingin, tandus di mana Nàrada sedang duduk, tenggelam dalam meditasi.
Lalu ia melepaskan anak panah pertama……….
………..pemandangan tiba-tiba berubah……..
seorang apsara yang cantik muncul di hadapan Nàrada.
***** frame 4 ***** Ia mulai menari di depannya.
Tetapi mata Nàrada terpejam terhadap kecantikannya.
O, pertapa, bukalah matamu dan lihatlah hambamu.
Tetapi Nàrada hampir tidak akan berhasil dalam menggagalkan pertapa itu, apsara kembali ke tempat tinggalnya di surga.
Kàma mengakui kekalahannya.
Engkau seorang pertapa yang hebat, o åûi yang agung! Saya gagal. Saya mohon maaf atas keberanian saya.
***** frame 5 *****
Nàrada membuka matanya.
Oh, Kàma! Siapa yang mengirimmu kemari!
Dewa Indra.
Pergilah dan katakan pada Indra bahwa Nàrada sudah melawan semua keinginan-keinginan yang menjadikan ia di atas segala godaan.
Dan Nàrada menjadi tamak atas keberhasilannya.
Aku sudah mengalahkan Kàma! Dewa Úiva tidak lagi satu-satunya pemenang dari dewa yang tak terkalahkan.
Aku harus pergi dan mengatakan kepada Úiva mengenai hal ini. Ia harus menerima aku sebagai yang sejajar (sebanding / setara) dengan dia.
***** frame 6 *****
Di Kailàsa, tempat kediaman Úiva. Segala hormat kepada Dewaku Úiva.
Kemari, Nàrada! Engkau terlihat gembira, apa alasannya?
Saya sudah mengalahkan Kàmadewa! Indra mengirimnya untuk menggodaku. Tetapi Kàma gagal.
Aku gembira mengetahui itu! Tetapi simpanlah hal ini pada dirimu sendiri. Dalam hal apapun jangan kau buka hal ini kepada Dewa Wisnu!
Úiva iri kepadaku. Mengapa aku tidak boleh mengatakan mengenai keberhasilanku kepada Wisnu ? Wisnu yang mencintaiku. Demikian sayangnya! Aku yakin ia akan bangga mendengar kemenanganku atas Kàma.
***** frame 7 *****
Ia langsung pergi ke kediaman Wisnu
Bolehkah aku menyampaikan hormatku kepada Dewaku yang agung.
Kemarilah Nàrada! Aku senang melihatmu.
Anda akan lebih senang Dewaku, bila Anda mengetahui bahwa penyembahmu sudah mengalahkan Kàmadewa.
Benarkah demikian?
Ya, Dewaku! Úiva tidak lagi satu-satunya pemenang dari Kàma. Saya, penyembahmu di atas godaan juga
Tetapi jangan pernah berhenti waspada, engkau tak akan pernah tahu………
Huh! Wisnu juga seolah-olah tidak senang atas apa yang dicapai. Aku tidak lemah! Tidakkah ia mengetahui itu?
Mengapa ia menengurku agar tetap waspada?
***** frame 8 *****
Begitu Nàrada berjalan terus, tiba-tiba
Apakah itu? Alangkah indahnya kota ini? Aku tak pernah melihat kota seperti ini sebelumnya! Aku harus mengunjungi kota itu.
Ketika ia sampai ke kota.
Siapa pemimpin dari kota yang besar dan indah ini?
Tidakkah engkau mengetahui? Ini kepunyaan Raja Agung Shelanidhi. Engkau dapat menemuinya di istana.
Mendengar itu Nàrada datang ke istana menemuinya. Raja keluar menyambut kedua tangan Nàrada.
Selamat datang ,åûi! Kedatanganmu merupakan penghormatan besar bagi kami.
***** frame 9 *****
Tak lama kemudian putri raja keluar
Ini putriku Úrimati.
Alangkah cantiknya putri ini!
Sebagaimana adat kebiasaan. Úrìman dengan hormat menyembah kepadanya.
Bangunlah anakku Sìtà semoga Engkau selalu berbahagia.
Ia sudah siap untuk menikah. Aku punya rencana mengadakan sayembara untuknya segera.
Nàrada menatap ke putri raja itu.
Anakmu adalah reinkarnasi Devì Lakûmì seseorang yang mempunyai keagungan dan kekuatan tidak kurang dari Hari, akan menjadi suaminya.
***** frame 10 *****
Kata-kata Anda mengisi hati kami dengan kegembiraan! Saya tidak dapat menunggu lebih lama untuk mengumumkan hari sayembaranya.
Jika aku berhasil memperoleh putri ini sebagai istriku, tidak akan ada yang lebih beruntung dan kuat di seluruh dunia ini. Tetapi bagaimana aku akan memenangkannya?
Nàrada berdoa dengan khusuknya kepada Dewa Wisnu.
Akhirnya, ketika Dewa Wisnu muncul di hadapannya.
Dewa, izinkan wajah hamba menyerupai wajah Hari
Engkau pasti akan mempunyai wajah Hari tetapi tidak Hari yang kau pikirkan.
***** frame 11 *****
Ketika Nàrada membuat permintaannya, ia lupa bahwa Hari juga berarti seekor monyet! Dan tidak dapat melihat wajahnya sendiri.
Ia pergi ke ruang sayembara dengan penuh keyakinan pasti akan kemenangannya.
Bagaimana dapat terjadi di sini, ada makhluk manusia berwajah monyet. Ha! Ha!
Dan apa yang diinginkan di sini? Hati Úrimati, putri raja yang tercantik di dunia?
Saya mendapat kehormatan untuk mengucapkan selamat datang kepada para tamu agung yang mengikuti sayembara putriku Úrimati. Ia akan memilih seorang di antara kalian sebagai suaminya. Mari putriku, tentukan pilihanmu.
***** frame 12 *****
Alangkah murninya kecantikannya!
Ah! Ia akan menuju kepadaku!
Hampir tidak memperhatikannya Úrimati terus berjalan.
Bagaimana mungkin ia tidak melihatku, aku akan melintas di depannya ke arah seberang. Ia tidak akan melewatkan aku nanti.
Siapa yang mengijinkan ia masuk? Ia membuat keributan sendiri.
Di mana Tuan pujaan hatiku? Mengapa ia tidak datang?
***** frame 13 *****
Engkau pasti mencariku, gadis yang tercantik. Di sini aku.
Untukmu? Ha! HA!
Seorang yang sangat cakap, tidak disangsikan!
Tetapi masih berwajah monyet.
Wajah monyet?
Benarkah aku berwajah monyet? Mereka semua tidak mungkin salah. Wisnu sudah menipuku. Aku ingin ia ada di sini. Aku dapat menanyakannya mengapa.
Dewa Wisnu, kekasihku, mengapa Engkau belum datang? Engkau tahu, Engkau satu-satunya pilihanku.
***** frame 14 *****
Saat berikutnya
Oh, tuanku.
Ah, itukah dia! Tuan mengapa engkau………
Sebelum ia dapat menyelesaikan pertanyaannya Úrimati sudah mengalungkan karangan bunga itu kepada Wisnu.
Jadi demikian! Ia menginginkan untuk dirinya sendiri. Penghianat!
Ia menyerbu ke arah Wisnu dengan marah.
Engkau janji memberikan aku wajahmu tetapi sebaliknya engkau memberikan aku wajah monyet.
Sayangku Nàrada, Engkau adalah sarjana bahasa Sanskerta, tidakkah engkau tahu, Hari juga berarti monyet? Engkau tidak menerangkan Hari yang mana yang engkau maksudkan.
***** frame 15 *****
Apakah aku tetap terpancang dengan wajah ini untuk selamanya?
Tenanglah , Nàrada dan lihatlah di sekitarmu.
Aku tidak mengerti! Raja Sheelanidhi, Úrimati, putri raja- di mana mereka? Mereka lenyap.
Demikian juga wajah monyetmu, Nàrada.
Di sini tidak ada kota, tidak ada raja, tidak ada sayembara. Semua itu sebuah buatan màyà dariku untuk menjadikan kau rendah hati atas kesombonganmu, sebab engkau berfikir bahwa engkau berada di atas godaan.
Saya berterima kasih padamu, tuanku! Anda sudah membukakan mataku.
***** frame 16 *****
Siapakah Bhakta Yang Lebih Hebat?
Aku menyanyikan keagungan Dewa Wisnu siang dan malam. Siapa bhakta yang dapat lebih hebat dariku?
Aku ingin tahu apakah Dewa Wisnu sendiri berpendapat sama.
Ia pergi ke Wisnu.
Segala hormat kepadamu, Dewaku!
Selamat datang, oh Nàrada! Apa yang membawamu kemari?
Saya datang untuk menanyakan sebuah pertanyaan.
Aku tahu. Apa itu. Tetapi biarlah aku ingin mendengar darimu.
Saya sudah menyanyikan keagunganmu sepanjang hidupku, setiap menit untuk itu. Apakah ada seorang yang lebih berbhakti kepadamu daripada saya?
Jika pertanyaan itu harus dijawab, engkau harus datang kita ke bumi bersamaku.
Menyamar sebagai petani, Wisnu dan Nàrada datang ke bumi di waktu petang hari dan berjalan menuju ke sebuah gubug.
Di sana, di gubug itu tinggal seorang dari bhakta. Bhaktaku yang terhebat!
Siapakah yang mempunyai bhakti yang lebih dalam dari aku? Aku heran!
Apakah ia memikirkanmu sepanjang waktu seperti yang kukerjakan.
Tunggu dan lihatlah sendiri olehmu.
***** frame 18 *****
Darimana kalian datang? Apa yang dapat kami bantu?
Kami dalam perjalanan menuju ke kota, hari segera menjadi gelap dan hutan penuh dengan binatang buas. Kami mencari tempat berteduh untuk satu malam
Kalian kami terima dengan senang hati untuk tinggal bersama kami teman-temanku dan membagi sedikit makanan yang dapat kami berikan kepada kalian.
Saya berterima kasih kepada Dewa memberikan kesempatan kepadaku untuk melayaninya. Terpujilah namamu!
Ada dua tamu di rumah tolong buatkan ekstra roti Chapatis
***** frame 19 *****
Ini adalah semua gandum yang kupunya, dan anak-anak merengek minta tambahan makanan.
Tak apa! Tamu-tamu harus makan dengan kenyang. Buatkan beberapa ubi untuk anak-anak.
Segera setelah makan chapatis.
Bagaimana dapat rumah sederhana ini mempunyai seorang bhakta yang hebat.
Saya masih lapar
Petani pergi ke dapur.
Apakah masih ada makanan?
Tidak ada, kecuali ubi saya masak untuk anak-anak.
***** frame 20 *****
Wisnu dan Nàrada selesai makan. Petani dan keluarganya tidur dalam keadaan lapar.
Saya tidak dapat tidur. Saya demikian lapar. Mengapa engkau berikan ubi kami untuk mereka, ayah?
Sebab dengan memberi makan tamu, aku memberi makan Wisnu sendiri.
Lihatlah Nàrada, petani dan keluarganya tidak makan apapun petang ini, dan meskipun demikian ia tetap menyanyikan keagunganku.
Itu bukan apa-apa! Saya sudah pernah berhari-hari tidak makan, dan masih tetap mengingatmu!
***** frame 21 *****
Pagi hari berikutnya.
Govinda, Hari, Hari! Dewaku bolehkah saya setia kepadamu. Saya tidak mencari apapun yang lain.
Puja kami kepadamu Hari, yang menjunjung dunia ini!
Terpujilah Dewa! Teman-teman, saya harap anda tidur nyenyak tadi malam. Anda dapat tinggal selama Anda suka. Saya harus pergi ke ladang sekarang.
Kami akan pergi denganmu, jika tidak keberatan.
***** frame 22 *****
Nàrada dan Wisnu menemani petani ke ladang.
Ha! Di sini lah kita! Saya harus mulai bekerja, Govinda, Hari, Hari.
Betapa salehnya engkau! Apakah engkau seorang bhakta Wisnu yang hebat?
Engkau selalu mengulang namanya.
Saya mengingat nama agungnya sesering mungkin, di saat pekerjaan mengijinkan.
Seberapa seringnya, itu kau lakukan?
Ya, saya berfikir tentang Hari begitu saya bangun tidur, sebelum saya tidur dan sebanyak-banyaknya, di antara waktu bekerja yang mengijinkan.
Ya, aku tahu.
***** frame 23 *****
Setelah mereka meninggalkan petani itu.
Ia mengingatmu di malam hari di pagi hari dan beberapa waktu di antaranya.
Sementara saya memikirkanmu seluruh waktu saya dan masih engkau menyebutnya salah satu bhaktamu yang terhebat.
Engkau akan segera tahu Nàrada sayang.
Wisnu memberi Nàrada sebuah bejana penuh berisi minyak sampai ke pinggirnya.
Kendalikanlah bejana ini di atas kepalamu, jalan keliling bukit dan kemari tanpa menjatuhkan setetes pun minyak itu.
Ini tidak mudah, tetapi dengan kebesaranmu, apakah ada sesuatupun yang tidak dapat diselesaikan?
***** frame 24 *****
Dan Nàrada mulai berjalan.
Saya harus berhati-hati, kalau tidak minyak ini akan menetes.
Ah! Ah! Itu sudah hampir dekat. Jika aku terpeleset, minyak ini akan mengalir. Aku harus lebih hati-hati.
Ketika Nàrada berhasil menyelesaikan putarannya.
Engkau sudah kembali. Bagus tetapi katakan padaku.
Seberapa banyak engkau umengingatku selama engkau dalam perjalanan?
Tidak sekalipun, saya takut. Bagaimana saya dapat? Seluruh perhatianku tertuju pada minyak dan bejananya.
Petani itu sudah bekerja keras, tetapi ia masih mengingatku paling sedikit beberapa kali. Sementara engkau tak dapat mengingatku bahkan sekalipun.
Saya mengakui itu Dewaku. Siapa yang mengingatmu di tengah kegiatan duniawi adalah tidak disangsikan sebagai bhaktamu yang terhebat.
***** frame 25 *****
Nàrada MENDAPAT KESADARAN.
åûi keturunan dewa, Nàrada suatu kali datang ke Dvàraka, untuk menemui Kåûóa.
Selamat datang Nàrada. Apa yang membawamu ke sini?
Kåûóa, saya ingin mengetahui apakah màyà itu? Dapatkan engkau menjelaskannya.
Nàrada, màyà tidak dapat dijelaskan. Itu harus dialami, agar dipahami. Mari ikut aku.
Keduanya, Kåûóa dan Nàrada meninggalkan Dvàraka………..
***** frame 26 *****
…………..dan terus berjalan sampai mereka tiba di suatu gurun pasir.
Kemana kita akan pergi? Bagaimana saya mendapat pengalaman màyà di sebuah gurun pasir ini Kåûóa.
Sabarlah, Nàrada.
Sesudah mereka berjalan seberapa jauh, Kåûóa tiba-tiba berhenti
Aku tidak dapat berjalan lebih lanjut, Nàrada. Leherku terbakar rasanya, kehausan, ambilah ini… dan bawakan aku sedikit air….
Tahan, Kåûóa. Aku segera kembali.
Nàrada pergi mencari air.
Itu kelihatannya seperti sebuah perkampungan di sana.
***** frame 27 *****
Ah! Seorang….. ya!
Oh! Alangkah murni kecantikannya!
Ibu, dapatkah engkau memberikan aku sedikit air untuk mengobati hausku?
Dengan senang hati, tuan
Ia pasti seorang dewi.
***** frame 28*****
Nàrada mengikuti gadis itu ke rumahnya.
Apakah engkau tuan rumah ini?
Tidak hanya rumah ini, tetapi juga seluruh desa ini, apa yang kau inginkan orang asing?
Saya mencari bantuan pada anakmu.
Mengapa tidak? Engkau terlihat muda, Sehat dan kuat. Tetapi…. laki-laki yang menikahinya harus tinggal di desa ini, di rumah ini.
Hanya semua itu? Saya bersedia mematuhi semua syaratmu.
Apapun akan kulakukan agar gadis itu menjadi istriku.
***** frame 29 *****
Pernikahan pun berlangsung.
Segera setelah pernikahan, kepala suku yang tua itu meninggal, Nàrada menggantikan jabatannya dan tanggung jawabnya. Aku ingin pekerjaan ini selesai sore ini.
It akan dikerjakan tuan.
Nàrada dikaruniai 4 anak
Ayah, turunkan dia dan gendong aku.
***** frame 30 *****
Ketika Nàrada berada di puncak keberhasilannya, musibah datang dalam bentuk angin taufan, hujan dan banjir.
Rumah ini akan segera hanyut! Apa yang harus kita kerjakan?
Nàrada menempatkan keluarganya ke dalam sebuah perahu dan mencoba tetap terapung di atas gelombang air.
Tetapi perahu terbalik, Nàrada berusaha dengan sia-sia menolong istri dan anak-anaknya.
Ayah!
Di mana engkau, jangan panik, aku datang! Ayah!
***** frame 31 *****
Segelombang air melemparkan Nàrada ke pinggir.
Istriku hilang! Anak-anakku lenyap! Bagaimana aku hidup tanpa mereka?
Tiba-tiba ia mendengar suara. Nàrada, aku haus mana airnya?
Nàrada membalik dan sujud kepada Kåûóa.
Kåûóa! Istriku! Anak-anakku! Kembalikan mereka ke kehidupan.
Kembalilah ke kesadaranmu, Nàrada. Tidak pernah ada istri ataupun anak-anak itu, semua adalah màyà.
Saya berterima kasih kepadamu, telah memberikan kesadaran pada saya. Kåûóa. Kehidupan ini sendiri adalah màyà, dari situ sukar untuk melepaskan diri, kecuali hanya atas kebesaranmu, kejadian màyà ini dapat ditaklukkan!
Resi Narada |
Seorang åûi yang suci, Nàrada adalah figur, yang sangat terkenal dalam adat dan pengetahuan Puràóa. Tidak ada kejadian penting di dalam Puràóa yang tidak ada Resi Nàrada di dalamnya.
Ia juga digambarkan sebagai seorang petugas yang menyampaikan pesan-pesan (kurir) yang selalu berjalan, mengunjungi dewa-dewa, Mànawa dan Àsura dan dihormati oleh semua. Ia seorang bhakta Wisnu yang hebat.
Meskipun Nàrada selalu ditunjuk dengan hormat dalam mythologi, ia sering disalah mengertikan dan dicemoohkan sebagai pembawa cerita-cerita dan seorang pengacau. Meskipun demikian, Nàrada yang dinamakan pengacau selalu menghasilkan kehancuran bagi yang jahat dan selanjutnya penyebab dari yang baik.
Ia dihargai dengan ciptaannya “Vìnà” –sebuah alat musik dan kepengarangannya dari istilah-istilah hukum dan “Nàrada Bhakti Sùtra”. (Aphorism* mengenai Bhakti Nàrada)
*Aphorism = Tak pernah ada peperangan yang baik atau perdamaian yang buruk.
Tiga cerita dimasukkan di sini didasarkan pada Úiva Puràóa dan beberapa cerita rakyat. Kisah-kisah ini menceritakan pada kita bagaimana Nàrada, meskipun seorang åûi yang suci, suatu ketika dapat jatuh dalam perangkap godaan, dan menjadi sombong. Untungnya pada Nàrada, Wisnu disampingnya untuk menariknya setiap waktu ia kalah pada godaan dan masuk dalam kelemahan manusia.
Secara bertahap Nàrada menjadi bebas dari kegagalan-kegagalan manusiawi dan mencapai ketenangan batin dan pikiran yang sejati.
Nàrada Mengatasi Godaan
***** frame 1 *****
Nàrada adalah seorang Devàrûi yang selalu berkelana keliling dunia, menawarkan panduan kepada para penyembah Tuhan.
Sesudah berhasil mendapatkan pengetahuan sejati dari ayahnya, Brahma…
Ia bersumpah untuk tetap membujang.
Aku tidak akan menikah. Aku akan melayani Dewa Nàràyaóa
***** frame 2 *****
Nàrada melakukan berbagai tapasya keras di Himàlaya.
Indra, raja dari dewa-dewa, menjadi curiga akan maksud Nàrada. Ia berbicara kepada Båhaspati mengenai hal ini.
Aku heran, apa yang ia inginkan sesudahnya.
Kemungkinan tahta Anda.
Apa yang harus aku lakukan? Ah! Aku dapat menggodanya dengan kesenangan duniawi dan membuatnya menyimpang dari jalannya.
Dengan gagasan ini dibenaknya, Indra mengirim Kàmadewa,
Kàma, aku memerlukan pertolonganmu. Engkau harus membuat Nàrada menyerah atas kegigihannya.
Saya akan mencoba, Dewaku.
***** frame 3 *****
Kàma sampai ke tempat yang dingin, tandus di mana Nàrada sedang duduk, tenggelam dalam meditasi.
Lalu ia melepaskan anak panah pertama……….
………..pemandangan tiba-tiba berubah……..
seorang apsara yang cantik muncul di hadapan Nàrada.
***** frame 4 ***** Ia mulai menari di depannya.
Tetapi mata Nàrada terpejam terhadap kecantikannya.
O, pertapa, bukalah matamu dan lihatlah hambamu.
Tetapi Nàrada hampir tidak akan berhasil dalam menggagalkan pertapa itu, apsara kembali ke tempat tinggalnya di surga.
Kàma mengakui kekalahannya.
Engkau seorang pertapa yang hebat, o åûi yang agung! Saya gagal. Saya mohon maaf atas keberanian saya.
***** frame 5 *****
Nàrada membuka matanya.
Oh, Kàma! Siapa yang mengirimmu kemari!
Dewa Indra.
Pergilah dan katakan pada Indra bahwa Nàrada sudah melawan semua keinginan-keinginan yang menjadikan ia di atas segala godaan.
Dan Nàrada menjadi tamak atas keberhasilannya.
Aku sudah mengalahkan Kàma! Dewa Úiva tidak lagi satu-satunya pemenang dari dewa yang tak terkalahkan.
Aku harus pergi dan mengatakan kepada Úiva mengenai hal ini. Ia harus menerima aku sebagai yang sejajar (sebanding / setara) dengan dia.
***** frame 6 *****
Di Kailàsa, tempat kediaman Úiva. Segala hormat kepada Dewaku Úiva.
Kemari, Nàrada! Engkau terlihat gembira, apa alasannya?
Saya sudah mengalahkan Kàmadewa! Indra mengirimnya untuk menggodaku. Tetapi Kàma gagal.
Aku gembira mengetahui itu! Tetapi simpanlah hal ini pada dirimu sendiri. Dalam hal apapun jangan kau buka hal ini kepada Dewa Wisnu!
Úiva iri kepadaku. Mengapa aku tidak boleh mengatakan mengenai keberhasilanku kepada Wisnu ? Wisnu yang mencintaiku. Demikian sayangnya! Aku yakin ia akan bangga mendengar kemenanganku atas Kàma.
***** frame 7 *****
Ia langsung pergi ke kediaman Wisnu
Bolehkah aku menyampaikan hormatku kepada Dewaku yang agung.
Kemarilah Nàrada! Aku senang melihatmu.
Anda akan lebih senang Dewaku, bila Anda mengetahui bahwa penyembahmu sudah mengalahkan Kàmadewa.
Benarkah demikian?
Ya, Dewaku! Úiva tidak lagi satu-satunya pemenang dari Kàma. Saya, penyembahmu di atas godaan juga
Tetapi jangan pernah berhenti waspada, engkau tak akan pernah tahu………
Huh! Wisnu juga seolah-olah tidak senang atas apa yang dicapai. Aku tidak lemah! Tidakkah ia mengetahui itu?
Mengapa ia menengurku agar tetap waspada?
***** frame 8 *****
Begitu Nàrada berjalan terus, tiba-tiba
Apakah itu? Alangkah indahnya kota ini? Aku tak pernah melihat kota seperti ini sebelumnya! Aku harus mengunjungi kota itu.
Ketika ia sampai ke kota.
Siapa pemimpin dari kota yang besar dan indah ini?
Tidakkah engkau mengetahui? Ini kepunyaan Raja Agung Shelanidhi. Engkau dapat menemuinya di istana.
Mendengar itu Nàrada datang ke istana menemuinya. Raja keluar menyambut kedua tangan Nàrada.
Selamat datang ,åûi! Kedatanganmu merupakan penghormatan besar bagi kami.
***** frame 9 *****
Tak lama kemudian putri raja keluar
Ini putriku Úrimati.
Alangkah cantiknya putri ini!
Sebagaimana adat kebiasaan. Úrìman dengan hormat menyembah kepadanya.
Bangunlah anakku Sìtà semoga Engkau selalu berbahagia.
Ia sudah siap untuk menikah. Aku punya rencana mengadakan sayembara untuknya segera.
Nàrada menatap ke putri raja itu.
Anakmu adalah reinkarnasi Devì Lakûmì seseorang yang mempunyai keagungan dan kekuatan tidak kurang dari Hari, akan menjadi suaminya.
***** frame 10 *****
Kata-kata Anda mengisi hati kami dengan kegembiraan! Saya tidak dapat menunggu lebih lama untuk mengumumkan hari sayembaranya.
Jika aku berhasil memperoleh putri ini sebagai istriku, tidak akan ada yang lebih beruntung dan kuat di seluruh dunia ini. Tetapi bagaimana aku akan memenangkannya?
Nàrada berdoa dengan khusuknya kepada Dewa Wisnu.
Akhirnya, ketika Dewa Wisnu muncul di hadapannya.
Dewa, izinkan wajah hamba menyerupai wajah Hari
Engkau pasti akan mempunyai wajah Hari tetapi tidak Hari yang kau pikirkan.
***** frame 11 *****
Ketika Nàrada membuat permintaannya, ia lupa bahwa Hari juga berarti seekor monyet! Dan tidak dapat melihat wajahnya sendiri.
Ia pergi ke ruang sayembara dengan penuh keyakinan pasti akan kemenangannya.
Bagaimana dapat terjadi di sini, ada makhluk manusia berwajah monyet. Ha! Ha!
Dan apa yang diinginkan di sini? Hati Úrimati, putri raja yang tercantik di dunia?
Saya mendapat kehormatan untuk mengucapkan selamat datang kepada para tamu agung yang mengikuti sayembara putriku Úrimati. Ia akan memilih seorang di antara kalian sebagai suaminya. Mari putriku, tentukan pilihanmu.
***** frame 12 *****
Alangkah murninya kecantikannya!
Ah! Ia akan menuju kepadaku!
Hampir tidak memperhatikannya Úrimati terus berjalan.
Bagaimana mungkin ia tidak melihatku, aku akan melintas di depannya ke arah seberang. Ia tidak akan melewatkan aku nanti.
Siapa yang mengijinkan ia masuk? Ia membuat keributan sendiri.
Di mana Tuan pujaan hatiku? Mengapa ia tidak datang?
***** frame 13 *****
Engkau pasti mencariku, gadis yang tercantik. Di sini aku.
Untukmu? Ha! HA!
Seorang yang sangat cakap, tidak disangsikan!
Tetapi masih berwajah monyet.
Wajah monyet?
Benarkah aku berwajah monyet? Mereka semua tidak mungkin salah. Wisnu sudah menipuku. Aku ingin ia ada di sini. Aku dapat menanyakannya mengapa.
Dewa Wisnu, kekasihku, mengapa Engkau belum datang? Engkau tahu, Engkau satu-satunya pilihanku.
***** frame 14 *****
Saat berikutnya
Oh, tuanku.
Ah, itukah dia! Tuan mengapa engkau………
Sebelum ia dapat menyelesaikan pertanyaannya Úrimati sudah mengalungkan karangan bunga itu kepada Wisnu.
Jadi demikian! Ia menginginkan untuk dirinya sendiri. Penghianat!
Ia menyerbu ke arah Wisnu dengan marah.
Engkau janji memberikan aku wajahmu tetapi sebaliknya engkau memberikan aku wajah monyet.
Sayangku Nàrada, Engkau adalah sarjana bahasa Sanskerta, tidakkah engkau tahu, Hari juga berarti monyet? Engkau tidak menerangkan Hari yang mana yang engkau maksudkan.
***** frame 15 *****
Apakah aku tetap terpancang dengan wajah ini untuk selamanya?
Tenanglah , Nàrada dan lihatlah di sekitarmu.
Aku tidak mengerti! Raja Sheelanidhi, Úrimati, putri raja- di mana mereka? Mereka lenyap.
Demikian juga wajah monyetmu, Nàrada.
Di sini tidak ada kota, tidak ada raja, tidak ada sayembara. Semua itu sebuah buatan màyà dariku untuk menjadikan kau rendah hati atas kesombonganmu, sebab engkau berfikir bahwa engkau berada di atas godaan.
Saya berterima kasih padamu, tuanku! Anda sudah membukakan mataku.
***** frame 16 *****
Siapakah Bhakta Yang Lebih Hebat?
Aku menyanyikan keagungan Dewa Wisnu siang dan malam. Siapa bhakta yang dapat lebih hebat dariku?
Aku ingin tahu apakah Dewa Wisnu sendiri berpendapat sama.
Ia pergi ke Wisnu.
Segala hormat kepadamu, Dewaku!
Selamat datang, oh Nàrada! Apa yang membawamu kemari?
Saya datang untuk menanyakan sebuah pertanyaan.
Aku tahu. Apa itu. Tetapi biarlah aku ingin mendengar darimu.
Saya sudah menyanyikan keagunganmu sepanjang hidupku, setiap menit untuk itu. Apakah ada seorang yang lebih berbhakti kepadamu daripada saya?
Jika pertanyaan itu harus dijawab, engkau harus datang kita ke bumi bersamaku.
Menyamar sebagai petani, Wisnu dan Nàrada datang ke bumi di waktu petang hari dan berjalan menuju ke sebuah gubug.
Di sana, di gubug itu tinggal seorang dari bhakta. Bhaktaku yang terhebat!
Siapakah yang mempunyai bhakti yang lebih dalam dari aku? Aku heran!
Apakah ia memikirkanmu sepanjang waktu seperti yang kukerjakan.
Tunggu dan lihatlah sendiri olehmu.
***** frame 18 *****
Darimana kalian datang? Apa yang dapat kami bantu?
Kami dalam perjalanan menuju ke kota, hari segera menjadi gelap dan hutan penuh dengan binatang buas. Kami mencari tempat berteduh untuk satu malam
Kalian kami terima dengan senang hati untuk tinggal bersama kami teman-temanku dan membagi sedikit makanan yang dapat kami berikan kepada kalian.
Saya berterima kasih kepada Dewa memberikan kesempatan kepadaku untuk melayaninya. Terpujilah namamu!
Ada dua tamu di rumah tolong buatkan ekstra roti Chapatis
***** frame 19 *****
Ini adalah semua gandum yang kupunya, dan anak-anak merengek minta tambahan makanan.
Tak apa! Tamu-tamu harus makan dengan kenyang. Buatkan beberapa ubi untuk anak-anak.
Segera setelah makan chapatis.
Bagaimana dapat rumah sederhana ini mempunyai seorang bhakta yang hebat.
Saya masih lapar
Petani pergi ke dapur.
Apakah masih ada makanan?
Tidak ada, kecuali ubi saya masak untuk anak-anak.
***** frame 20 *****
Wisnu dan Nàrada selesai makan. Petani dan keluarganya tidur dalam keadaan lapar.
Saya tidak dapat tidur. Saya demikian lapar. Mengapa engkau berikan ubi kami untuk mereka, ayah?
Sebab dengan memberi makan tamu, aku memberi makan Wisnu sendiri.
Lihatlah Nàrada, petani dan keluarganya tidak makan apapun petang ini, dan meskipun demikian ia tetap menyanyikan keagunganku.
Itu bukan apa-apa! Saya sudah pernah berhari-hari tidak makan, dan masih tetap mengingatmu!
***** frame 21 *****
Pagi hari berikutnya.
Govinda, Hari, Hari! Dewaku bolehkah saya setia kepadamu. Saya tidak mencari apapun yang lain.
Puja kami kepadamu Hari, yang menjunjung dunia ini!
Terpujilah Dewa! Teman-teman, saya harap anda tidur nyenyak tadi malam. Anda dapat tinggal selama Anda suka. Saya harus pergi ke ladang sekarang.
Kami akan pergi denganmu, jika tidak keberatan.
***** frame 22 *****
Nàrada dan Wisnu menemani petani ke ladang.
Ha! Di sini lah kita! Saya harus mulai bekerja, Govinda, Hari, Hari.
Betapa salehnya engkau! Apakah engkau seorang bhakta Wisnu yang hebat?
Engkau selalu mengulang namanya.
Saya mengingat nama agungnya sesering mungkin, di saat pekerjaan mengijinkan.
Seberapa seringnya, itu kau lakukan?
Ya, saya berfikir tentang Hari begitu saya bangun tidur, sebelum saya tidur dan sebanyak-banyaknya, di antara waktu bekerja yang mengijinkan.
Ya, aku tahu.
***** frame 23 *****
Setelah mereka meninggalkan petani itu.
Ia mengingatmu di malam hari di pagi hari dan beberapa waktu di antaranya.
Sementara saya memikirkanmu seluruh waktu saya dan masih engkau menyebutnya salah satu bhaktamu yang terhebat.
Engkau akan segera tahu Nàrada sayang.
Wisnu memberi Nàrada sebuah bejana penuh berisi minyak sampai ke pinggirnya.
Kendalikanlah bejana ini di atas kepalamu, jalan keliling bukit dan kemari tanpa menjatuhkan setetes pun minyak itu.
Ini tidak mudah, tetapi dengan kebesaranmu, apakah ada sesuatupun yang tidak dapat diselesaikan?
***** frame 24 *****
Dan Nàrada mulai berjalan.
Saya harus berhati-hati, kalau tidak minyak ini akan menetes.
Ah! Ah! Itu sudah hampir dekat. Jika aku terpeleset, minyak ini akan mengalir. Aku harus lebih hati-hati.
Ketika Nàrada berhasil menyelesaikan putarannya.
Engkau sudah kembali. Bagus tetapi katakan padaku.
Seberapa banyak engkau umengingatku selama engkau dalam perjalanan?
Tidak sekalipun, saya takut. Bagaimana saya dapat? Seluruh perhatianku tertuju pada minyak dan bejananya.
Petani itu sudah bekerja keras, tetapi ia masih mengingatku paling sedikit beberapa kali. Sementara engkau tak dapat mengingatku bahkan sekalipun.
Saya mengakui itu Dewaku. Siapa yang mengingatmu di tengah kegiatan duniawi adalah tidak disangsikan sebagai bhaktamu yang terhebat.
***** frame 25 *****
Nàrada MENDAPAT KESADARAN.
åûi keturunan dewa, Nàrada suatu kali datang ke Dvàraka, untuk menemui Kåûóa.
Selamat datang Nàrada. Apa yang membawamu ke sini?
Kåûóa, saya ingin mengetahui apakah màyà itu? Dapatkan engkau menjelaskannya.
Nàrada, màyà tidak dapat dijelaskan. Itu harus dialami, agar dipahami. Mari ikut aku.
Keduanya, Kåûóa dan Nàrada meninggalkan Dvàraka………..
***** frame 26 *****
…………..dan terus berjalan sampai mereka tiba di suatu gurun pasir.
Kemana kita akan pergi? Bagaimana saya mendapat pengalaman màyà di sebuah gurun pasir ini Kåûóa.
Sabarlah, Nàrada.
Sesudah mereka berjalan seberapa jauh, Kåûóa tiba-tiba berhenti
Aku tidak dapat berjalan lebih lanjut, Nàrada. Leherku terbakar rasanya, kehausan, ambilah ini… dan bawakan aku sedikit air….
Tahan, Kåûóa. Aku segera kembali.
Nàrada pergi mencari air.
Itu kelihatannya seperti sebuah perkampungan di sana.
***** frame 27 *****
Ah! Seorang….. ya!
Oh! Alangkah murni kecantikannya!
Ibu, dapatkah engkau memberikan aku sedikit air untuk mengobati hausku?
Dengan senang hati, tuan
Ia pasti seorang dewi.
***** frame 28*****
Nàrada mengikuti gadis itu ke rumahnya.
Apakah engkau tuan rumah ini?
Tidak hanya rumah ini, tetapi juga seluruh desa ini, apa yang kau inginkan orang asing?
Saya mencari bantuan pada anakmu.
Mengapa tidak? Engkau terlihat muda, Sehat dan kuat. Tetapi…. laki-laki yang menikahinya harus tinggal di desa ini, di rumah ini.
Hanya semua itu? Saya bersedia mematuhi semua syaratmu.
Apapun akan kulakukan agar gadis itu menjadi istriku.
***** frame 29 *****
Pernikahan pun berlangsung.
Segera setelah pernikahan, kepala suku yang tua itu meninggal, Nàrada menggantikan jabatannya dan tanggung jawabnya. Aku ingin pekerjaan ini selesai sore ini.
It akan dikerjakan tuan.
Nàrada dikaruniai 4 anak
Ayah, turunkan dia dan gendong aku.
***** frame 30 *****
Ketika Nàrada berada di puncak keberhasilannya, musibah datang dalam bentuk angin taufan, hujan dan banjir.
Rumah ini akan segera hanyut! Apa yang harus kita kerjakan?
Nàrada menempatkan keluarganya ke dalam sebuah perahu dan mencoba tetap terapung di atas gelombang air.
Tetapi perahu terbalik, Nàrada berusaha dengan sia-sia menolong istri dan anak-anaknya.
Ayah!
Di mana engkau, jangan panik, aku datang! Ayah!
***** frame 31 *****
Segelombang air melemparkan Nàrada ke pinggir.
Istriku hilang! Anak-anakku lenyap! Bagaimana aku hidup tanpa mereka?
Tiba-tiba ia mendengar suara. Nàrada, aku haus mana airnya?
Nàrada membalik dan sujud kepada Kåûóa.
Kåûóa! Istriku! Anak-anakku! Kembalikan mereka ke kehidupan.
Kembalilah ke kesadaranmu, Nàrada. Tidak pernah ada istri ataupun anak-anak itu, semua adalah màyà.
Saya berterima kasih kepadamu, telah memberikan kesadaran pada saya. Kåûóa. Kehidupan ini sendiri adalah màyà, dari situ sukar untuk melepaskan diri, kecuali hanya atas kebesaranmu, kejadian màyà ini dapat ditaklukkan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar