SEMUA MANUSIA SAMA
yiSmNsvaRi, .UtaNyaTmWv .UiÜjant" -
t] ko
moh" k" xok_EkTvmnupXyt" --
Yasmin
sarvàói bhùtànyàtmaiva bhùdvijànataá,
Tatra ko mohaá kaá úoka 'ekatvamanupaúyataá.
(Yajurveda: 40.7)
Bagi
orang yang (yasmin) menganggap (vijànataá) seluruh umat manusia (sarvàói
bhùtàni) memiliki àtma yang sama dan melihat sesama sebagai saudara
(ekatvam anupaúyataá), di sana (tatra) tidak ada ikatan ( ko
mohaá) dan kesedihan.
’Seseorang
yang menganggap seluruh umat manusia memiliki àtma yang sama dan dapat
melihat semua manusia sebagai saudaranya, orang tersebut tidak terikat dalam
ikatan dan bebas dari kesedihan’.
Mantra di atas berasal dari Yajurveda dan sangat
relevan pada masa prihatin sekarang di mana berbagai perang terjadi di belahan
dunia. Peradaban modern dengan teknologinya yang tinggi ternyata belum tentu
memberikan kehidupan yang lebih baik serta tidak mampu menyelesaikan setiap
masalah yang dihadapi manusia. Semakin tergantung pada teknologi, manusia semakin
tidak tenang.
Saat ini dunia menghadapi persoalan yang menyangkut hak asasi
manusia dan etnis yang merupakan masalah paling besar yang mulai merasuki hati
manusia. Masalah terakhir ini membuat manusia menjadi lemah karena hanya
memikirkan diri sendiri.
Mantra di atas memberi jawaban terhadap masalah tersebut.
Menurut Veda sebenarnya seluruh dunia adalah sebuah keluarga besar,
sebab àtma setiap manusia adalah sama. Manusia sebaiknya mengetahui
konsep Veda tentang persamaan semua manusia di dunia ini bila
menginginkan perdamaian, sehingga tidak ada lagi darah sesama saudara mengalir
di muka bumi ini.
Vedànta Filsafat menilai
manusia sering menganggap sesamanya berbeda hanya karena perbedaan warna kulit.
Padahal, semua manusia sama tanpa perlu memandang perbedaan ras, kasta maupun
agama. Seperti seseorang melihat pohon mangga dan leci di tengah hutan, dari
jarak dekat, ia akan melihat perbedaan kedua pohon itu dengan jelas. Namun
setelah meninggalkan hutan itu, ia hanya melihat sebuah hutan di kejauhan, dan
tidak terlihat lagi perbedaan antara pohon mangga dan leci tersebut.
Begitu pula manusia yang berhati dangkal akan selalu
menemukan banyak perbedaan pada sesamanya tanpa melihat adanya persamaan, yaitu
persamaan àtma dalam tali persaudaraan semua umat manusia. Mantra
tersebut mempunyai pengertian bahwa bila seseorang melihat semua manusia sama,
maka perbedaan ras, agama, warna kulit tidak lagi akan menjadi masalah baginya.
Mantra tersebut sangat penting bagi manusia yang menganggap
dirinya modern. Walaupun pengertian modern di sini sebatas "meniru
orang lain", pikirannya tetap sempit sehingga menjadi penyebab utama
munculnya banyak masalah di dunia ini. Supaya manusia mampu melupakan perbedaan
yang ada, mantra tersebut berpendapat perlunya melihat semua umat manusia
sebagai satu saudara. Selama manusia tidak berpikir demikian, sulit mencapai
damai di bumi ini. Malah peradaban manusia bisa mundur seperti zaman kerajaan
dahulu di mana manusia hidup terkotak-kotak dalam wilayah yang sempit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar