OÛADHAYA ÚÀNTI
suimi]ya n_Aap_Aoz/y" sNtu duimRi]yaStmW
sNtu
yoSmaNÜiì yÆ vy' iÜZm" --
Sumitriyà
na 'àpa 'oûadhayaá santu durmitriyàstamai santu yosmàn dveûþi yañ ca vayaý
dviûmaá.
(Yajurveda: 35.12)
Oh
Tuhan dengan segala karunia-Mu, air (àpaá) dan obat (oûadhayaá)
ini memberi kesembuhan/kedamaian (sumitriyà oûadhayaá santu) kepada
kami (na), namun akan memberikan kesedihan atau duka (durmitriàstamai)
kepada orang yang tidak baik yang membenci kami (yo asmàn dveûþi) dan
yang kami benci (vayam dviûmaá).
’Oh
Tuhan dengan segala karunia-Mu, semoga air dan obat ini memberi kesembuhan
kepada hamba, namun kepada yang membenci hamba dan yang hamba benci semoga ia
menjadi duka’.
Bagi orang yang menempuh jalan dharma, segala ciptaan
dunia seperti obat, air dan udara akan memberikan kebahagiaan. Sebaliknya,
orang yang jahat akan selalu mendapatkan penderitaan di dunia ini.
Mantra di atas, yang diambil dari Yajurveda, diucapkan
sebelum seseorang minum obat. Mantra tersebut memohonkan agar obat yang kita
minum membuat kita sehat. Mantra tersebut bisa dihubungkan dengan tri duka yang
dibahas dalam Saýkhyà Filsafat. Tri duka terdiri dari adhidaivika,
adhibhautika, dan adhyàtmika.
Adhidaivika
adalah segala duka yang berasal dari para dewa, seperti banjir, angin topan,
maupun gempa bumi. Adhibhautika adalah duka-duka yang berasal prakåti
(alam), seperti dari binatang. Sedang-kan adhyàtmika adalah semua duka
yang berasal dari kesebelas indria manusia seperti berbagai penyakit.
Setiap manusia di dunia ini menginginkan kebahagian dan
selalu berdoa agar dijauhkan dari segala duka. Tetapi manusia justru lebih
banyak mendapatkan duka dibandingkan dengan suka. Hal inilah yang dibahas dalam
Filsafat Saýkhyà di mana terdapat kalimat pertama mengenai tri duka tersebut.
Menurut Filsafat Saýkhyà yang ditulis oleh Åûi Kapila,
duka tidak bisa lenyap selama peradaban manusia ada. Dengan obat tertentu suatu
duka (penyakit) bisa saja hilang/sembuh untuk sementara waktu, tetapi tidak
untuk selama-lamanya. Hal itu disebabkan oleh prakåti (alam) yang
mempunyai sifat rajas, yang berarti duka.
Manusia tidak bisa lepas dari duka selama hidup di dunia ini,
dan tidak pernah bebas dari ikatan duka. Belum lenyap satu penderitaan,
penderitaan baru muncul. Dengan obat-obatan atau fasilitas yang ada di dunia
modern, manusia berusaha bebas dari duka-duka tersebut.
Supaya bebas dari segala duka, Saýkhyà memperkenalkan
konsep puruûa prakåti, yaitu melepaskan ikatan prakåti (alam)
dari puruûa (àtma). Saat puruûa menjadi satu dengan prakåti
itulah menjadi penyebab suka dan duka. Puruûa dan prakåti bisa
dibedakan melalui viveka, yaitu pengetahuan. Saat melaksanakan Yoga
Samàdhi muncul penge-tahuan/kesadaran bahwa puruûa sebenarnya
berbeda dengan prakåti. Puruûa akan melepaskan prakåti yang
merupakan penyebab duka sehingga manusia mendapat kebahagiaan sempurna dan
bebas dari segala duka.
Mantra di atas juga bisa dipakai untuk menghentikan black
magic (ilmu hitam)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar