MENCARI TUHAN
n t' iv/at y —ma jjanaNyÛuZmkmNtr' b.Uv -
n¢hare,
p[av*ta jLPya casut*p_£KqxasériNt --
Na
taý vidhàta ya imà jajànànyadyuûmàkamantaraý babhùva,
Nìhàreóa pràvåtà jalpyà càsutåpa 'ukthaúàsaú
caranti.
(Yajurveda: 17.31)
Wahai
manusia, engkau tidak (na) mengetahui (vidhàta) Tuhan, yang (yaá)
menciptakan (jajan) semua loka ini (imà), yang berbeda (anyata)
darimu atau prakåti (yuûmàkam). Walaupun tinggal di dalamnya (antaram)
tetapi berada jauh (babhùva). Tetapi engkau penuh (nìhàreóa)
dengan avidyà/kegelapan (jappyà) dan sibuk hanya untuk pràóa/badan
diri sendiri (asutåpaá) dan tinggalkan yoga serta hanya sibuk
dalam úabda dan artinya dunia (uktha úàsaá) dan
menikmatinya (caranti).
Wahai
manusia, engkau tidak mengetahui Tuhan, yang menciptakan semua loka yang
berbeda darimu atau prakåti. Walaupun tinggal di dalamnya tetapi berada jauh.
Tetapi engkau penuh dengan kegelapan (avidyà) dan hanya sibuk untuk
badan sendiri dan meninggalkan yoga dan hanya sibuk dalam menikmati dunia ini.
Dalam mantra tersebut dibahas tentang orang-orang yang
mengi-kuti jalan avidyà atau kegelapan. Orang-orang tersebut (nìhàreóa)
menganggap badan segala-galanya dan tidak ada kehidupan yang lain. Oleh karena
itu, dengan cara apa pun, mereka berusaha meme-nuhi segala keinginan mereka.
Mantra tersebut adalah untuk menyadarkan orang-orang tersebut.
Hal serupa juga dibicarakan dalam filsafat Vedànta,
bahwa selama manusia berada dalam kegelapan, tidak akan saar dan tidak
dapat merealisasikan diri. Oleh karena itu, siapa yang berhak mencari
Tuhan yang menciptakan segala loka ini dijawab dalam Vedànta dengan
adhìkari yang berarti orang yang sudah belajar Veda, dan sudah
menjalankan upanayana saýskàra dan vedàrambha saýskàra.
Dia juga
sudah melaksanakan dua jenis karma, yaitu nitya karma dan naimittika
karma dengan sembahyang dan upavàsa. Orang tersebut cocok untuk
belajar tentang keberadaan Tuhan, dan kemudian seorang guru boleh memberikan
pengetahuan tentang Tuhan agar murid tidak lagi tinggal dalam kegelapan, di
mana biasanya manusia menganggap yang tidak benar itu benar, seperti seutas
tali yang dikira ular.
Dalam mantra di atas dijelaskan bahwa manusia yang selalu
sibuk dalam tarka atau diskusi saja tetapi tidak melaksanakan yoga,
tidak akan pernah mendapatkan Tuhan. Banyak orang di dunia ini selalu sibuk
untuk mengkritik atau melaksanakan cara-cara lain dalam seluruh hidupnya dalam
memperdebatkan keberadaan Tuhan. Dapat dipasti-kan orang tersebut tidak akan
berhasil mendapatkan Tuhan.
Tuhan baru bisa direalisasikan bila seseorang telah
membersihkan diri dan pikirannya sehingga tidak lagi berada dalam kegelapan,
jauh dari ûað ripu, bebas dari segala jenis ikatan, dan telah
mengabdikan hidupnya untuk mencari Tuhan. Dengan samàdhi, selanjutnya dengan
penuh kehormatan dia belajar ke tempat guru agar mendapatkan Tuhan.
Mengetahui
Tuhan berarti mengetahui segala jenis pengetahuan dan dunia ini. Setelah
mengetahui-Nya, manusia akan menjadi jìvan mukta atau mencapai tujuan.
Pada waktu itu, sebesar apa pun duka tidak akan berpengaruh dan dia hanya akan
melihatnya saja. Akibat dari segala perbuatan tersebut tidak akan dirasakan
karena pada waktu itu yang akan dirasakan hanyalah kebahagiaan sempurna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar