UPÀSANA MANTRA
tejois tejo miy /eih v¢yRmis v¢y| miy
/eih balamis
bala' miy /eih AojoSyojo
miy /eih mNyuris mNyu miy /eih shois sho miy /eih --
Tejosi
tejo mayi dhehi vìryamasi vìryam mayi dhehi balamasi balam mayi dhehi ojosyojo
mayi dhehi manyurasi manyu mayi dhehi sahosi saho mayi dhehi.
(Yajurveda: 19.9)
Oh
Tuhan yang bertejas (bercahaya) (tejoasi) berikanlah (dhehi)
cahayamu (tejo) kepada saya (mayi). Oh Tuhan yang memiliki
kekuatan vìrya, (vìryamasi) berikanlah (dhehi) kekuatan
vìrya (vìryam) kepada saya (mayi). Oh Tuhan yang memiliki
kekuatan fisik (balamasi) berikanlah (dhehi) kekuatan tersebut (balam)
kepada saya (mayi). Oh Tuhan yang memiliki kekuatan cahaya (ojas)
berikan-lah ojas (oja) kepada saya (mayi). Oh Tuhan yang
penghancur orang jahat (manyurasi) berikanlah (dhehi) kekuatan manyu
(manyu) kepada saya (mayi). Oh Tuhan Yang Mahapengampun (sahoasi)
berikanlah (dehi) kekuatan maaf (saho) kepada saya (mayi).
’Oh
Tuhan yang bersinar berikanlah cahayamu kepada saya, Engkau merupakan vìrya itu
sendiri berikanlah kekuatan vìrya itu kepada saya. Engkau merupakan
kekuatan fisik berikanlah kekuatan tersebut kepada saya dan Engkau merupakan
kekuatan ojas itu sendiri berikanlah kekuatan tersebut kepada saya.
Tuhan sebagai kekuatan penghancur orang jahat berikanlah kekuatan tersebut
kepada saya, Tuhan sebagai Mahapengampun berikanlah kekuatan tersebut kepada
saya agar dapat memaafkan orang lain’.
Mantra di atas berasal dari Yajurveda yang biasanya
diucapkan dalam Upàsana Yajña. Upàsana Yajña berarti mengucapkan
mantra-mantra yang dengan permohonan dalam yajña seperti dalam mantra di
atas, dimohonkan supaya kita mendapatkan segala sifat-sifat yang dimiliki
Tuhan, seperti tejas, vìryam, balam, ojas, manyu, dan saha.
Setiap orang di dunia ini merasa tidak sempurna karena tergantung pada Yang
Mahakuasa. Banyak hal di dunia ini berada di luar jang-kauan tangan manusia.
Pada waktu pikiran kita tidak bisa memberikan jalan, dan ayah-ibu atau yang
lain tidak mampu menolong, pada saat itu manusia biasanya menerima keberadaan
Tuhan.
Dalam Veda dijelaskan bahwa dalam segala duka, Tuhan
yang memiliki kekuatan fisik dan mental adalah jalan terakhir bagi manusia.
Untuk itu kita memohon kepada Tuhan supaya sifat-sifat dan kekuat-an yang
Beliau miliki dianugerahkan kepada kita, seperti tejas dan ojas.
Dalam bahasa Sanskreta "tejas", berarti cahaya dan "ojas",
berarti "sebuah cahaya yang muncul melalui meditasi", ketika
sembahyang di sekitar wajah.
Vìryam, adalah
kekuatan brahmacàri karena melalui pengendalian indria-indria, seseorang
akan mendapatkan kekuatan vìryam yang berada dalam badan. Kekuatan balam,
dimaksudkan agar badan kita bebas dari segala duka dan penyakit serta selalu
sehat karena Tuhan memiliki kekuatan tersebut sehingga kami juga patut mendapat-kannya.
Manyu, berarti
pemarah. Kekuatan tersebut dimiliki oleh Tuhan karena Tuhan selalu memberikan
keadilan kepada setiap orang. Sebenarnya Tuhan hanyalah menunaikan sesuai
dengan karma masing-masing. Untuk itu dimohon supaya kita juga
mendapatkan kekuatan manyu dan bisa menghancurkan kejahatan demi
masyarakat.
Terakhir adalah saha di mana Tuhan juga disebut Mahapemaaf.
Banyak orang melakukan dosa, pàpa, lalu menyesal dan mohon kepada Tuhan
supaya Tuhan memaafkan mereka atas perbuatannya. Untuk itu kita mohon supaya
kita juga memiliki kekuatan 'saha' agar kita bisa memaafkan seseorang.
Dengan memilki sifat-sifat teja dan ojas,
manusia bisa hidup damai. Demikian juga melalui sifat-sifat seperti vìryam,
manyu dan saha seseorang bisa melawan kejahatan, dan sebaliknya bisa
memaaf-kan orang-orang yang tidak berdosa.
Swàmì Dayànanda
tidak disukai oleh sekelompok orang karena minta kepada umat Hindu di India untuk
meninggalkan tradisi yang tidak sesuai dengan Veda. Ia diracuni oleh dua
orang yang akhirnya tertangkap oleh petugas raja. Mereka dengan tangan terikat
dibawa ke hadapan Swàmì Dayànanda untuk diberi hukuman yang pantas,
namun Swàmì Dayànanda mengatakan ia datang bukan untuk menahan umat
manusia, melainkan untuk membebaskan umat manusia dari segala ikatan.
Terakhir, Swàmì Dayànanda diracuni dengan kaca oleh
pembantunya, namun ia pada waktu itu juga memaafkan dan memberikan uang agar
si pembantu bisa pergi jauh dari sana. Padahal Swàmì Dayànanda sendiri
akhirnya meninggal dunia karena racun yang berbahaya tersebut. Dengan demikian Swàmì
Dayànanda memiliki sifat saha (pemaaf) dan memberi kita teladan agar
tidak membalas dendam. Kita mesti memaafkan teman, keluarga, dan bahkan musuh
kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar