SAMANVAYA
sman¢ v Aak§it" snana òdyain v" -
smanmStu
vo mno yqa v" sushasit --4--
samànì
va àkùtiá samànà hådayàni vaá,
samànamastu vo mano yathà vaá susahàsati.
(Ågveda: 10.191.4)
Wahai
manusia, satukan pikiranmu untuk satu tujuan (samànì va akutiá) satukan
hatimu (samànà hådayàni vaá) satukan pikiranmu dengan sesama
(samànamastu vo mano) dan semua tinggal dalam pergaulan yang harmonis
(susahàsati).
’Wahai
umat manusia, satukanlah pikiranmu untuk mencapai satu tujuan dan satukanlah
hatimu, satukanlah pikiranmu dengan sesama dan semuanya tinggal dalam pergaulan
yang harmonis’.
Mantra tersebut merupakan bagian terakhir dari Ågveda,
yang berisi pesan Tuhan kepada seluruh umat manusia bila menginginkan
perdamaian tercipta di dunia ini. Veda mengingatkan kepada umat manusia
agar bersatu dan tidak terpecah belah karena sebenarnya kebahagiaan yang sejati
hanya ada dalam kesatuan.
Dalam mantra di atas kita dihimbau untuk menyatukan
pikiran demi tercapainya satu tujuan bersama. Tujuan tersebut yaitu dharma,
artha, dan kàma yang dapat kita capai di dunia ini sedangkan yang
terakhir dan yang terutama adalah melepaskan diri dari alam duniawi yaitu
menuju mokûa.
Jadi di sini pertama-tama kita perlu mewujudkan sebuah masyarakat
sejati yang berdasarkan dharma. Dharma bukan hanya dilaksanakan
dengan bersembahyang di pura saja, tetapi lebih dari itu pelaksanaan dharma
harus kita wujudkan dalam tingkah-laku sehari-hari.
Seperti yang pernah
diucapkan oleh Gandhi, pelaksanaan seseorang dalam dharma terlihat
bukan dengan cara tinggal di dalam hutan tetapi pengabdian dharma di
tengah-tengah masyarakat. Dari dasar tersebut, akan muncul konsep sarvodaya dalam
pikiran umat manusia yang berarti "semua makmur".
Hal tersebut
baru akan terwujud bila pikiran kita sudah sama dan tujuan juga sama. Dalam
mantra tersebut juga diharapkan bila umat manusia menyatukan pikiran dan hati
dengan sesama, semua konflik yang muncul di dunia ini bisa terselesaikan tanpa
perlu ada pertumpahan darah sesama manusia.
Manusia labil yang masing-masing berjalan pada jalan yang
berbeda dan mempunyai tujuan yang berbeda menyebabkan terjadinya perpecahan.
Mungkin secara fisik suatu negara disebut kuat, tetapi secara mental bisa saja
begitu lemah. Dikatakan, sebuah negara tidak disebut kuat hanya tingginya
gedung-gedung yang berdiri kokoh dan menjulang tinggi, atau bangunan-bangunan
canggih lainnya.
Lebih daripada itu negara disebut kuat bila masyarakatnya
mempunyai pikiran yang sehat. Jika manusia secara mental lemah, kemajuan macam
apa pun tidak akan berguna. Sekarang ini peradaban manusia disebut canggih
dengan menciptakan teknologi-teknologi tinggi.
Tetapi perlu disadari bahwa
makin canggih teknologi, pikiran manusia menjadi semakin sempit dan lemah. Hal
itu dapat menyebabkan terjadinya konflik-konflik di dunia ini. Tagore sendiri
pernah menyarankan supaya anak kecil dididik secara fisik dan mental agar
menjadi seimbang.
Kesimpulannya, mantra tersebut menjelaskan, bila umat manusia
ingin tinggal dalam kedamaian dan keharmonisan, mereka harus menyatukan pikiran
dan hati demi tercapainya kabahagiaan umat manusia seluruhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar