KESATUAN DAN PERSATUAN
y] b–õ c =]Æ sMyÆO crt" sh -
t' lokMpu<y'
yDez' y] deva" shaig{na --
Yatra
brahma ca kûatrañ ca samyañcau carataá saha,
Taý lokam puóyam yajñeûaý yatra devàá sahàgninà.
(Yajurveda: 20.25)
Dalam
sebuah negara (yatra) para bràhmaóa (brahma) dan (ca) para
kûatriya (kûatram) melaksanakan tugas (carataá) dengan
baik dalam persatuan (samyañcau), negara tersebut (tam lokam)
selalu makmur dan sejahtera jaya (puóyam). Dengan keinginan melaksanakan
yajña (yajñeûaý) para sarjana selalu mengikuti perintah Tuhan (yatra
devàá) dan melaksanakan upacara dan upakara (sahàgninà) maka negara
tersebut selalu jaya tanpa kerusuhan.
’Dalam
negara di tempat para bràhmaóa dan kûatriya dapat melaksanakan tugas
dengan baik dalam persatuan dan kesatuan, negara tersebut akan selalu dapat
hidup makmur dan sejahtera. Dengan selalu mempunyai keinginan ber-yajña,
para bràhmaóa dan sarjana melaksanakan yajña. Dengan demikian
negara tersebut akan selalu jaya’.
Dalam mantra di atas dijelaskan mengenai konsep sebuah negara
yang sejahtera dan makmur. Pertama-tama dikatakan bahwa para pemimpin harus
menjaga persatuan dan kesatuan, sehingga dalam pemerintahan perlu
diikutsertakan para bràhmaóa dan kûatriya. Bràhmaóa, berarti para
ahli, atau cendekiawan yang menguasai berbagai macam bidang pengetahuan.
Mereka
diperlukan menjadi analis yang akan selalu memberikan sumbangan pikiran kepada
para kûatriya. Kûatriya berarti para pemimpin. Kûatriya di
sini berarti siapa pun yang bisa melindungi negara, dialah yang disebut kûatriya
dan para pemimpinlah yang menjalankan pemerintahan untuk melindung rakyat.
Perlu ditekankan supaya tidak terjadi perpecahan antara kaum
intelektual dengan para pemimpin. Untuk itu, kerukunan harus dijaga dengan
meningkatkan persatuan dan kesatuan. Untuk menjadi negara yang sejahtera perlu
kesamaan pandangan dan tujuan antara kaum intelektual dengan para pemimpin.
Agar hal itu bisa terwujud dalam suatu negara, dibutuhkan kerja sama yang baik.
Sekarang di dunia ini pada banyak kasus tidak terdapat kerja sama yang baik
antara para intelektual dan para pemimpin, dimana pemimpin seolah menja-di ahli
waris negara dan para intelektual ditinggalkan begitu saja, yang mengakibatkan
terjadinya masalah-masalah besar.
Pada zaman dahulu para raja atau kûatriya sangat
menghormati para bràhmaóa (para åûi). Para åûi tersebut
selalu memberikan petuah-petuah dan nasihat-masihat kepada raja, supaya raja
bisa melaksanakan tugas dengan baik dan melindungi rakyat. Tetapi sekarang
ini, para intelektual sepertinya ditinggalkan, dan perencanaan mereka tidak
lagi dihargai, sehingga yang terjadi hanya dominasi para pemimpin. Padahal,
apabila kaum intelektual tidak lagi diikutsertakan dalam pembangunan suatu
negara, akan terjadi ketidakseimbangan (kekacauan) di negara tersebut.
Untuk itu, mantra tersebut menekankan kerja sama yang baik
antara pemimpin dan intelektual tanpa lupa selalu mengamalkan dan mengikuti
perintah Tuhan yang telah diberikan melalui ajaran Veda. Di samping itu,
negeri yang para pemimpinnya rajin melaksanakan yajña untuk keselamatan
umat manusia, akan selalu makmur dan tidak akan terjadi kerusuhan dan
kekacauan. Dalam mantra tersebut juga dijelaskan mengapa terjadi masalah,
sehingga masyarakat tidak percaya kepada para pemimpin. Hal tersebut terjadi
karena tidak adanya persatuan dan kesatuan antara intelektual dengan pemimpin.
Perlu disadari oleh pemimpin bahwa kekuasaan yang mutlak
hanyalah kekuasaan Tuhan. Untuk itu, semua orang yang berperan (kaum
intelektual, pemimpin, dan rakyat sendiri) harus selalu mengikuti ajaran Veda
yang menjadi panutan yang diwahyukan oleh Tuhan demi menjaga keselamatan
dan kesejahteraan negara pada khususnya dan dunia pada umunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar