Tak diragukan lagi bahwa Indra merupakan
dewatà utama
dalam ÅgWeda.
Hampir seperempat dari sloka pujiannya dipersembahkan dalam rangka memujanya. Indra merupakan
dewatà yang
paling penting di langit. Dipersenjatai dengan halilintar (wajràyudha) dan
mengendarai kereta yang kecepatannya menyamai pikiran, dia berkelana
kemana-mana.
Keberaniannya mempesonakan dan kegagah
beraniannya itu sangat banyak. Dia membantai raksasa Wåtra dan melepaskan air
yang disandera olehnya. Dia menjepit sayap gunung-gunung perkasa dan
menjadikannya jinak. Dia menemukan sapi-sapi dari para dewa yang telah diculik
oleh para raksasa. Dia menyenangi minuman Soma. Sebagai panglima perang, dia menjadi
lambang kekuasaan kerajaan; sehingga para satria memujanya sebelum berangkat ke
medan perang.
Indra seringkali
disamakan sebagai Tuhan Tertinggi. Kasih sayang dan welas asihnya terhadap para
bhakta-Nya telah
disanjung. Para sarjana berpendapat bahwa Indra hanya sekedar
menyatakan fenomena hujan alami yang terlepas dari awan gelap sebagai akibat
dari “bombardemen dari kilat dan halilintar.” Prestise Indra secara
bertahap merosot dan ia dialihkan pada kedudukan kedua oleh kitab-kitab Puràóa, namun masih tetap
pada kedudukannya sebagai raja para dewa.
Dalam beberapa pahatan di kuil-kuil, Indra dilukiskan
dalam wujud manusia dengan empat lengan, yang mengendarai gajah surgawi, Airàwata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar