Kebenaran itu selalu bersinar.
Pikiran yang egoislah yang selalu berawan.
Di
dalam dirimu terdapat cahaya-Nya. Engkau tidak bisa meminjam cahaya orang lain
untuk melihat cahaya itu. Tuhan sendiri adalah Cahaya dari semua cahaya.
Tujuan
dari semua doa, pùjà (pelayanan pemujaan), satsang (berteman dengan orang
suci), yoga, latihan pernafasan, and terutama japa mantra (menyebut nàma Tuhan
berulang-ulang) adalah untuk menenangkan pikiran dan membawa kedamaian itu ke dalam
hati.
Akan
sangat baik apabila dalam perjalanan meditasi ini anda dibimbing oleh seorang
Guru. Kemudian dengan mudahnya, tanpa usaha, dengan bahagia dan rasa senang
pikiran anda telah mengalami penerangan. Dalam Bahasa Sanskerta “man” berarti
pikiran; “tra” berarti yang membawamu melampaui pikiranmu. Vibrasi mantra
menghilangkan kegalauan pikiran dan memberikan anda kedamaian pikiran. Mantra
memiliki kekuatan untuk menenangkan emosi anda.
Mantra memiliki kekuatan untuk
menyembuhkan dari dalam dan luar. Mantra mempersembahkan pada anda keinginan
Tuhan. Nàma suci Tuhan, kata Tuhan — Gaóeúa. Ketika kecerdasan pikiran
dijernihkan dengan menenangkan pikiran dalam meditasi, dengan bantuan mantra,
cahaya Àtman (Sang Diri), Kebenaran akan terungkap padamu.
Kebenaran
yang paling misterius, yang terdapat dalam diri kita semua juga mengambil
wujud. Sebagai sebuah ilustrasi, listrik yang tidak memiliki warna tetapi
memiliki kekuatan. Ketika kekuatan listrik itu ada pada bola lampu, maka warna
listrik itu menjadi seperti bola lampu itu. Demikian juga dengan terus menerus
mengucapkan mantra, maka warna pikiran kita akan merasakan kedamaian yang ada
dalam mantra itu. Dan pikiran yang damai itu akan mengusir semua pikiran jahat,
yang seperti rakûasa atau àsura.
Pikiran
manusia adalah sekumpulan pikiran, campuran yang kompleks dari tiga guóa (sattwaguóa,
rajoguóa, tamoguóa) yang ada. Ketika pikiran itu didominasi oleh tamo guóa,
maka anda akan menjadi tidak aktif dan malas. Ketika dipengaruhi oleh rajoguóa,
maka anda akan menjadi aktif. Dan ketika dengan kekuatan mantra, pikiran anda
menghilangkan tamas dan rajas, kegelapan dan the dualitas, anda akan memiliki
pikiran sattva guóa (tenang dan tidak resah). Dalam keadaan itu, kebenaran yang
tertinggi memperlihatkan dirinya padamu. Selama anda memiliki sifat yang sattva
guóa, maka anda sangat dekat dengan Kebenaran.
Kita
semua haruslah merasa bahwa kita bagian dari Tuhan, karena kita berasal
dari-Nya. Kemuliaan itu ada pada diri setiap orang, jadi masing-masing orang
memiliki potensi kemuliaan. Tidaklah mungkin anda begitu jahatnya, sangat jahat
dan anda harus dikutuk di neraka selamanya. Anda hanya berbuat jahat pada
batasan tertentu saja, sesuai dengan kapasitas kejahatan anda. Setelah mencapai
kapasitas itu, maka anda harus berbuat baik lagi karena tidak ada kejahatan
atau keburukan lagi yang harus dilakukan.
Dan itulah mengapa anda kembali ke
jalan yang benar. Swami Vivekànanda selalu memberikan dorongan kepada
orang-orang dengan mengatakan, ‘Jika anda tidak bisa berbuat baik, maka paling
tidak lakukanlah hal yang buruk. Karena ketika anda melakukan hal yang buruk
maka anda akan ditendang oleh hukum karma yang akan membuat anda belajar. Maka
anda akan kembali ke jalan yang benar.”
Ego
kita seperti seekor babi yang gemuk yang selalu ingin berkubang. Selalu ingin berkubang
pada apa yang disebut dengan ‘kenyamanan diri.’ Kecenderungan itu ada dalam
setiap diri kita. Kita memiliki daging, kita memiliki ego dan kita memiliki
sisi keindahan dalam diri kita. Perjuangan antara tubuh dan jiwa kita
benar-benar hidup. Semakin anda menjalani hidup berdasar pada ego, maka akan
semakin menderitalah anda.
Semakin anda menjalani hidup berdasar pada jiwa maka
akan lebih berbahagialah anda. Setiap orang ingin bahagia karena itulah hak
lahir mereka. Tetapi tidak ada yang akan merasa bahagia sebelum menyadari Sang
Diri (Àtman). Sementara itu semuanya adalah kesedihan, penderitaan dan
dualitas.
Kita
belajar secara perlahan. Alam seperti sebuah buku dan setiap kehidupan yang
diberikan pada kita seperti sebuah halaman. Pertama anda membuka halaman
tentang Hindu, kemudian Kristen atau kemudian agama lain. Dan pada dasarnya
anda akan merasakan semuanya adalah sama. Semuanya ada dalam buku yang sama,
hanya saja halamannya yang berbeda. Setiap hari kita, juga demikian, seperti
membuka sebuah halaman. Setiap hari ada harapan.
Apakah hal ini kabar yang
baik? Tidak perduli berapa doûa yang anda telah buat, berapa banyak karma yang
telah anda lakukan, jiwa anda pada dasarnya tidak bisa menjadi yang lain selain
menyadari Tuhan. Karena jiwa kita berasal dari Tuhan, dan harus kembali ke
Tuhan. Ada yang berjalan, ada yang naik kereta kuda, ada yang memakai mobil ada
yang dengan pesawat terbang — semuanya, pada akhirnya akan mencapai Tuhan.
Tuhan
tidaklah terburu-buru. Anda bisa mengambil jalan mana yang anda inginkan. Hukum
karma akan mengajari kita semua. Tetap saja kita tidak bisa melarikan diri dari
Tuhan karena kita berada dalam perut-Nya. Bahkan dengan semua pesawat kita,
pasukan, perang, kita tetap saja seperti makhluk kecil, seperti ulat yang ada pada
buah pohon beringin.
Jika dibandingkan dengan Tuhan, tubuh kita seperti,
makhluk-makhluk itu. Tetapi jiwa suatu hari akan bangkit dengan kata Guru, atau
inisiasi mantra. Inilah yang disebut dengan ‘terlahir dalam Jiwa.’ Kelahiran
terjadi di tempat ini. Dan lagi, kita membuat kesalahan, tetapi kembali kita
bisa berdiri. Sebuah cerita akan membuat penjelasan ini lebih di mengerti.
Suatu
ketika, Indra, pemimpin para dewa, melihat-lihat dalam kelahiran manusia. Ia
tidak memahami kenapa orang-orang ini tidak senang ketika mereka diberikan
tubuh manusia untuk menyadari akan adanya Tuhan. Bahkan dewa sekalipun ingin
sekali memiliki tubuh manusia dengan yang mana mereka bisa mencapai mokûa
(pembebasan).
Indra berpikir, “Mengapa manusia, walau dalam
wujud binatang bermeditasi dan menyadari kebenaran dan merasa bahagia
selamanya? Dan bagaimana caranya aku mengetahui hal ini, kecuali aku menjadi
manusia bumi?”.
Jadi ia berkata pada pelayannya. “Lihat, ada seekor babi mati.
Jiwaku akan memasuki tubuh babi itu. Aku ingin tahu kenapa, dalam tubuh
binatang, manusia tidak menyadari kebenaran Tuhan. Tetapi aku ingin kau
berjanji satu hal. Apabila aku lupa bahwa aku seorang dewa ketika aku berada
dalam wujud binatang. Aku
memintamu untuk menembakku hingga aku mati, dan terbebas dari tubuh babi ini
dan menyadari siapa diriku sebenarnya.
Ketika Dewa Indra memasuki tubuh babi
yang telah mati itu. Ia langsung lupa, bahwa ia adalah Dewa Indra. Ia hanya
tahu satu hal bahwa “Aku adalah seekor babi”. Ia mendapat seekor betina dan
memiliki banyak sekali anak-anak. Dengan keluarga besarnya ia sangat bahagia,
sangat bahagia berkubang dan bermain dalam kubangan lumpur bersama betinanya
dan anak-anak mereka. Ya, bagi seekor babi itulah surga!
Pelayan
Indra datang membawa senjata, dan ia berkata “Dewa, aku akan membebaskanmu dari
semua ini”. Kau adalah Dewa Indra. Babi itu bekata “Omong kosong! Aku bukanlah
Dewa Indra. Pergi dari tempat ini.” Tetapi pelayan Dewa Indra itu berkata,
“Engkau adalah Indra, pemimpin kami di surga.!” Tetapi babi itu bukannya keluar
dari kubangan lumpur tetapi ia bahkan mengajak pelayannya itu untuk bergabung
bersamanya. “Kemarilah dan berkubanglah disini.” Maka engkau akan tahu yang
mana surga dan yang mana yang tidak. Inilah surga !
Lihat bagaimana betinaku dan
anak-anakku sangat riang dan gembira bermain di kubangan lumpur ini. Usaha
pelayan itu sia-sia, tidak ada kata yang dapat meyakinkan babi itu bahwa ia
adalah Dewa Indra. Ini adalah sebuah cerita yang hebat. Cerita ini memiliki
makna yang sangat banyak untuk kita semua - mengapa melupakan siapa kita dan
mengapa kita berpikir bahwa inilah segalanya.
Tetapi,
pada akhirnya, pelayan itu memang harus melepaskan Indra dari tubuh babinya.
Sayang sekali babi itu harus dibunuh, karena Indra tidak dapat menyadari Tuhan
ketika ia menjadi babi. Hanya dengan membunuh babi itu, yang berarti adalah ego
kita, maka kesadaran akan Tuhan akan muncul.
Ketika Indra telah terbebas dari
tubuh babinya ia berkata, “Ketika aku berada dalam tubuh babi, apakah yang
telah aku lakukan?” Ketika ia mendengar cerita pelayannya, ia sangat sedih.
Sekarang ia baru memahami jiwa dalam tubuh manusia, sebelum egonya dihancurkan
oleh Guru dengan kekuatan mantra tidak mampu melihat keindahan, kedamaian dan
berkah yang ada dalam jiwa.
Semua
mantra seperti senjata. Mantra akan membuat ego menjadi lebih lunak dan
menghancurkan tamoguóa dan ràjaguóa. Seperti ego satwika yang tenang berada
dalam diri anda. Dengannya, andapun merefleksikan Diri dalam pikiran yang
tenang. Sehingga semua pùjà dan mantra bertujuan untuk mencapai keseimbangan,
kesamaan dan kemurnian itu.
Jika
pikiran baik-baik saja, maka semua akan baik-baik saja. Pikiran adalah penyebab
keterikatan, dan pikiran pula yang menyebabkan kebebasan kita. Pikiran ketika
dipenuhi dengan Ego, maka disanalah neraka itu. Dan pikiran ketika dipenuhi
dengan keseimbangan yang satwika anda tidak perlu mencari surga, karena surga
itu ada disini.
Begitulah, ketika pikiran dipenuhi keegoisan adalah penyebab
keterikatan dan juga siklus kematian - kelahiran kembali. Dan pikiran yang
bebas dari keegoisan adalah mokûa (bebas) atau surga. Semuanya — surga dan
nereka — berada dalam diri anda. Dan ketika anda meninggalkan tubuh anda,
apapun yang ada dalam pikiran anda akan tetap anda bawa ke tempat lain. Jadi,
untuk menaklukkan pikiran yang liar adalah dengan melakukan yoga dan untuk
membuat pikiran tenang dan diam maka kita harus bermeditasi.
Kebenaran itu
selalu bersinar. Pikiran yang egoislah yang selalu berawan. Untuk menyucikan
pikiran, mandilah pada saat meditasi. Hirup udara OÝ, tahan OÝ dan hembuskan OÝ.
Kemudian dunia akan bermanifestasi untukmu dimanapun itu. Anda tidak perlu
mencari Kata Tuhan, karena Kata Tuhan akan berbicara dan bernyayi melalui anda.
Semuanya mungkin bagi sebuah Kata karena Kata Tuhan adalah keajaiban yang
tertinggi. Kata Tuhan adalah OÝ dan OÝ adalah Gaóeúa.
Kekuatan
Kebenaran yang tidak terbataslah yang ada dalam diri anda ketika diberkahi,
disebut sebagai 33 juta dewa-dewa dan para bidadari. Tetapi jangan lupa dengan
filsafat fundamental dalam semua agama dan memahami hanya ada satu Tuhan. Sama
halnya dengan satu listrik yang bermanifestasi melalui semua jenis dan warna,
begitu pula Tuhan yang bermanifestasi melalui berbagai wujud.
Kesemuanya tidak mengacu pada Tuhan
yang berbeda. Sang Diri itu, Kebenaran itu dijelaskan pada semua agama dengan
mitos dan simbol-simbol yang berbeda. Tetapi kebenaran itu adalah satu, walau
disebut dengan banyak nama. Tidak ada seorangpun yang belum pernah mendengar
kata OÝ. Karena ketika anda membuka mulut anda maka akan keluar suara “AH”.
Semua bahasa di dunia ini dan juga bahasa yang lainnya dimasukkan dalam OÝ yang
monosilabik ketika ditulis dalam Bahasa Sanskerta seperti angka 3.
Angka
3 ini adalah tiga dimensi — alam bawah (Patala), alam tengah (martya) dan surga
(Swarga). Juga melambangkan badan fisik, badan astral (halus) dan badan kausal.
Dalam tubuh kausal terdapat tubuh kausal, penyebab kelahiran dan kematian
dimana sebuah potensi yang bernama vasana tersimpan. Ketika tubuh kausal hilang
karena pengetahuan tentang Kebenaran, maka anda akan memiliki kelahiran atau
kematian lagi.
Angka tiga melambangkan posisi terjaga, mimpi dan tidur nyenyak.
Semua yang tiga — Viûóu. Brahma, Úiva, Putra, Bapa dan Roh kudus termasuk ke
dalam 3 ini. Suara nasal yang tetap menggema setelah kita menyanyikan OÝ —
MMMMM. Di luar tubuh fisik, halus dan kausal, di luar dari dunia bawah, tengah
dan atas, diluar, keadaan terjaga, mimpi atau tidur nyenyak terdapat suara yang
transendental yang disebut dengan nada.
Juga
dalam simbol itu, terdapat tanda yang menyerupai bulan sabit yang melambangkan
kala, aura. Begitu banyak cahaya sehingga anda mampu merefleksikan pikiran,
sehingga aura Tuhan akan mengelilingi anda. Semua berkah ampunan, kebaikan,
kasih-sayang, kekuatan penyembuhan, kreatifitas dan nyanyian adalah kala.
Ketika anda berbicara maka itu adalah kebijaksanaan; anda merasa damai di
tengah banyaknya kegiatan — semuanya dan selebihnya itu adalah kala. Kala
adalah titik-titik dari bulan sabit yang akan menjadi bulan purnama.
Dewa
Úiva memakai bulan sabit pada dahinya. Kita semua memiliki cakra bulan pada
dahi kita. Pada saat kita menyanyikan atau mendengarkan cerita tentang Tuhan,
padma dengan enam belas kelopak mengembang yang membuat air kehidupan menetes
pada liur kita. Pada saat seperti itu, kita merasa bahagia berada di Kuil
Tuhan, Gereja atau memiliki Satsanga atau pusat yoga atau ketika para orang
suci memmperbincangkan tentang Tuhan. Maka muncullah rasa yang berbeda disana.
Pada
saat itu, gelombang alpha dan theta muncul dalam otak. Ketika terjadi penyatuan
Úakti dan Úiva pada cakra mahkota hasilnya adalah sat (keberadaan, kebenaran)
dan cit, (kesadaran) yang menyatu. Hasilnya adalah kelahiran kembali Kristus,
kelahiran Ràma, kelahiran Buddha, kelahiran ànanda (berkah). Itulah yang
terjadi apabila melakukan satsaòga, mendengarkan atau membaca Kitab Suci,
Bhagavad Gìtà, Ràmàyaóa, atau bacaan lainnya.
Kata apapun tentang Tuhan dalam
semua bahasa, disemua negara menghasilkan hasil yang sama. Dengan melakukan
semua ini, orang-orang akan merasakan siraman rohani. Ini adalah sebuah
pengalaman yang dapat langsung dilakukan. Pada saat anda duduk dan menyanyikan
nyanyian Tuhan, akibatnya akan terasa pada anda. Kesehatan fisik, mental dan
spiritual anda meningkat. Kekuatan intuitif yang bermanifestasi pada diri anda.
Sebuah
titik yang berada di atas, titik yang ada dalam OÝ seperti yang tertulis dalam
Bahasa Sanskerta, melambangkan sumber dari semuanya berasal dan titik ini
disebut sebagai bindu.
Jadi
apakah itu OÝ? OÝ adalah kata Tuhan. Seperti yang diajarkan oleh Injil, “Pada
awalnya hanya ada Kata, Kata yang bersama dengan Tuhan dan kata itu adalah
Tuhan” (John 1:1). OÝ adalah Tuhan, kata yang tidak termanifestasi. Ketika Ia
bermanifestasi, Ia adalah OÝ GAM, kata yang bermanifestasi. Dalam bahasa
Sanskerta, Kata Tuhan yang bermanifestasi disebut dengan Gaóeúa.
Gaóeúa adalah
perpaduan dua kata, ‘gaóa’ dan ‘ìúa’. Gaóa berarti kelompok, misalnya species —
species manusia, species binatang, segala jenis gaóa tidak hanya di bumi ini,
tetapi disetiap loka (dimensi, ruang, tempat). Ìúa berarti Penguasa atau
pemimpin. Jadi Gaóeúa berarti kata Tuhan, OÝ, yang adalah penguasa jagat-raya
dan semua makhluk hidup. Dalam OÝ,
segalanya ada. Segalanya adalah OÝ. Oleh karena itu, segalanya adalah Kata
Tuhan; segalanya adalah Gaóeúa. Kita semua adalah gaóa. Kita adalah janagaóa,
yang berarti umat manusia. Juga terdapat devagaóa, makhluk yang mulia. Terdapat
juga Úivagaóa, atau pengikut Dewa Úiva. Juga terdapat pitragaóa, gaóa yang
ancestral.
Untuk
semua jenis kelompok ini, ada Gaóeúa. Ia memberikan tiga kekuatan penting untuk
melaksanakan kegiatan sehari-hari — vidyà, buddhi and siddhi. Vidyà juga
disebut dengan riddhi, yang adalah kebijaksanaan yang abadi. Buddhi adalah yang
menerangi kecerdasan dimana pikiran anda begitu waspada saat bekerja sehingga
anda mampu melihat apapun karena kekuatan yang telah diberkahi. Dan siddhi adalah
pencapaian, tidak hanya berupa kekuatan supranatural tetapi juga pencapaian
spiritual.
Apakah
anda tahu ada siddhi yang paling tinggi? Adalah ketika anda mampu menaklukkan
amarah anda. Adalah ketika anda mampu mengendalikan lidah dan indera anda.
Siddhi bukanlah hanya sebuah kemampuan untuk menghasilkan benda tertentu
misalnya jam tangan, walaupun itu mungkin. Mengadakan atau membuat benda
tertentu ada tetapi benda itu masih bisa dibeli, dengan kekuatan siddhi
bukanlah kegunaan dari siddhi. Siddhi adalah ketika mengatakan satu kata,
amarah seseorang menghilang dan reda. Itulah siddhi.
Apapun yang tidak bisa
dicapai, ketika seorang Guru memberikan berkahnya, dan hal itu bisa dicapai,
maka itulah siddhi. Apapun yang ada diatas dan dibawah, yang tidak ada dalam
buku mampu dilihat oleh mata ketiga seorang guru. Ketika, dengan kata-katanya,
ia membawa dan menghubungkan jiwa anda dengan ingatan semua loka dimana dirinya
sebelumnya — seperti sebuah apel yang ada di tangan anda — maka itulah disebut
dengan vak siddhi.
Tetapi
anda bisa merasakan siddhi dengan cara yang sederhana. Misalnya, saat menyetir,
anda memutar kaset, anda bergoyang namun remnya tetap terkendali dan segalanya
adalah otomatis. Anda telah mengendarai siddhi. Seorang manusia bisa berada
dalam lubang tanah dan duduk selama 48 hari tanpa bernafas, makan atau minum.
Ini adalah kekuatan fisik yang luar biasa, tentu saja – pengaturan nafas yang
sangat hebat – tetapi tetap saja ini bukanlah pencapaian spiritual. Pencapaian
yang tertinggi dari pencapaian yang lain adalah ketika anda tidak menginginkan
apapun selain Kebenaran (Tuhan). Inilah siddhi yang paling tinggi. Sedangkan siddhi
yang lain berada jauh dibawah siddhi ini. Ketika anda menyelaminya, maka semua
kekuatan ini akan mengikuti anda secara otomatis.
Teknik
yang paling sederhana untuk Kesadaran – Diri adalah untuk memusatkan tubuh,
pikiran dan jiwa dalam empat puluh hari (sepuluh hingga lima belas menit
)setiap hari melakukan sàdhanà (disiplin spiritual) dengan melakukan penarikan
nafas OÝ, menahan nafas OÝ, dan menghembuskan nafas OÝ. Kemudian suara mobil,
suara pesawat dan segalanya akan menjadi satu suara dengan OÝ . Anda akan
merasakan semua itu. Bersamaan dengan itu, anda akan merasakan pengalaman
kreativitas baru, syair Ketuhanan dan juga tarian. Anda akan merasa sangat
ringan dan bahagia.
Tuhan
akan memanifestasikan diri pada anda. Anda akan mengingat dan mengetahui siapa
diri anda. Sifat yang pelupa adalah màyà (kebodohan) dan ingatan adalah
pengetahuan. Itulah kesadaran. Kesadaran yang seperti ini adalah mungkin dengan
kekuatan mantra.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar