AÚWATTHÀMÀ DIHUKUM
Dalam perang Kurukûetra, banyak kûatriya dari pihak Pàóðawa maupun Kaurawa yang gugur di medan perang. Pada akhir peperangan Bhìma dan Duryodhana bertarung dalam sebuah duel dan Bhìma berhasil memukul paha Duryodhana dengan sebuah gada.
Duryodhana tergeletak di medan perang. Namun belum mati. Dalam
perang Bhàratayuddha ini, Aúwatthàmà berada di pihak Kaurawa dan kini ia sedang
mencari suatu jalan agar bisa menghibur Duryodhana yang sangat kecewa atas
kekalahannya. Pada saat itu, Draupadì telah memiliki lima orang anak dari lima
suaminya yaitu Pañca Pàóðawa. Maka di tengah malam buta, Aúwatthàmà kemudian
memasuki kemah para Pàóðawa lalu memotong kepala lima anak kecil itu. Ia
kemudian membawa lima kepala anak itu kepada Duryodhana sebagai hadiah.
Maka kini giliran Draupadì yang sangat sedih atas kehilangan
putra-putranya dan dia ingin menuntut balas. Kemudian Arjuna berjanji bahwa ia
akan membawa kepala Aúwatthàmà sebagai gantinya. Oleh karena itu, Arjuna selalu
mengejar-ngejar Aúwatthàmà dan menantangnya untuk bertarung.
Dalam pertarungan Aúwatthàmà melepaskan sebuah senjata yang
dahsyat bernama Brahmàúira pada Arjuna. Untuk mengimbanginya, Arjuna juga
mengeluarkan senjata yang sama. Akan tetapi pertemuan dua senjata hebat ini
akan menghancurkan seluruh semesta. Maka para åûi meminta kedua petarung itu
agar menghentikan, dan menarik kembali senjatanya. Arjuna berhasil melakukan
hal itu dengan mudah, namun Aúwatthàmà tidak sanggup menarik kembali senjata
itu. Maka senjata itu kemudian diarahkannya kepada rahim Uttara. Uttara adalah
menantu perempuannya putranya. Abhimanyu, yang adalah suami dari Uttara telah
gugur lebih awal di medan perang. Kemudian Aúwatthàmà berhasil ditangkap
kemudian di bawa kepada Draupadì. Di sana diputuskan bahwa Aúwatthàmà tidak
boleh mereka bunuh. Karena bagaimanapun juga Aúwatthàmà adalah putra
Droóàcàrya, guru dari para Pàóðawa. Aúwatthàmà kebetulan memakai sebuah
perhiasan permata dari kepalanya dan perhiasan itu kemudian dipotong dan
diberikan kepada Draupadì sebagai simbol dari kepala Aúwatthàmà dan ia
dibiarkan bebas olehnya.
Lalu bagaimana dengan senjata Brahmàúira yang diarahkan pada rahim
Uttara ? Saat itulah, Uttara kemudian berlarian kepada Kåûóa untuk meminta
pertolongan. Lalu Kåûóa memasuki rahim Uttara untuk melindungi bayinya. Anak itu
adalah Parìkûit yang kelak akan menjadi raja besar. Karena bayi itu telah
dilindungi oleh Wiûóu, maka para bràhmaóa mengusulkan agar anak itu dinamai
Wiûóurata, yang artinya ‘dilindungi oleh Wiûóu’. Karena bayi itu telah bertemu
Wiûóu dalam wujud Kåûóa, maka anak itu mulai menjadi pemuja Kåûóa. Maka kapan
saja anak ini bertemu seseorang, maka ia akan selalu memeriksa dan
memper-hatikan apakah orang itu adalah orang yang dilihatnya ketika masih di
rahim ibunya. Karena kata periksa (menguji) adalah Parikûa, maka anak itu
selanjutnya terkenal dengan sebutan Parìkûit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar