Masa Akhir Majapahit, 1429 – 1522
Sejak
pemerintahan raja Wikramawardhana, bintang kejayaan Majapahit sudah
mulai suram dan makin lama makin pudar.
Perang saudara antara para keluarga raja, hilangnya kekuasaan pusat diluar daerah sekitar ibukota Majapahit, dan penyebaran agama Islam yang sejak ± 1400 berpusat di Malaka, dan yang disertai dengan timbulnya kerajaan-kerajaan Islam yang menentang kedaulatan Majapahit, adalah peristiwa-peristiwa yang menandai masa runtuhnya kerajaan Majapahit yang tadinya mempersatukan seluruh Nusantara.
Perang saudara antara para keluarga raja, hilangnya kekuasaan pusat diluar daerah sekitar ibukota Majapahit, dan penyebaran agama Islam yang sejak ± 1400 berpusat di Malaka, dan yang disertai dengan timbulnya kerajaan-kerajaan Islam yang menentang kedaulatan Majapahit, adalah peristiwa-peristiwa yang menandai masa runtuhnya kerajaan Majapahit yang tadinya mempersatukan seluruh Nusantara.
Pengganti
Wikramawardhana adalah puterinya yang bernama Suhità yang memerintah
dari 1429 sampai 1447. Dalam lapangan kebudayaan, masa pemerintahan
Suhità itu ditandai oleh tumbuhnya kembali anasir-anasir kebudayaan
Indonesia. Berbagai tempat pemujaan didirikan di lereng-lereng gunung
dan bangunan-bangunan itu disusun sebagai punden berundak-undak,
misalnya di lereng gunung Penanggungan; di lereng gunung Lawu (candi
Sukuh dan candi Cêta).
Suhità
digantikan oleh adik tirinya, Kåtawijaya yang memerintah dari tahun
1447 sampai 1451. Kemudian Kåtawijaya digantikan oleh Ràjasawardhana
yang memerintah dari tahun 1451 sampai 1453. Setelah Ràjasawardhana,
selama tiga tahun tidak ada rajanya. Tahun 1456 yang menjadi raja adalah
Bhre Wêngkêr, dengan nama Hyang Pùrwawiúeûa. Dalam tahun 1466, ia
digantikan oleh Bhre Pandansalas, yang bernama Suraprabhàwa dan bergelar
Singhawikramawardhana.
Dalam pemerintahan raja Suraprabhàwa, mpu Tanakung menggubah kakawin Úiwaratrikalpa atau Lubdhaka.
Dalam
tahun 1468 Suraprabhàwa terdesak oleh Kåtabhùmi, anak bungsu
Ràjasawardhana, yang kemudian berkuasa di Majapahit.
Singhawikramawardhana sendiri memindahkan pusat kekuasaannya ke Daha,
dimana ia wafat tahun 1474. Di Daha, Singhawikrama-wardhana digantikan
oleh puteranya, Raóawijaya, yang bergelar Bhatàra Prabhu
Girindrawardhana. Dalam tahun 1478 Raóawijaya berhasil menundukkan
Kåtabhumi dan merebut Majapahit. Menurut prasasti tahun 1486,
Girindrawardhana menamakan dirinya sebagai raja Wilwatikta Daha Janggala
Kadiri. Sampai kapan ia memerintah, tidak diketahui. Tahun 1500
RadenPatah Bupati Demak melepaskan diri dari Majapahit dan mendirikan
kerajaan Islam, kemudian menyerang Majapahit sehingga jatuh dan
kekuasaannya berpindah ke Kerajaan Islam Demak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar