Kepercayaan pada Tuhan telah mempertahankan keberadaan umat manusia selama berabad-abad. Kepercayaan dan pemujaan kepada para dewa dan dewì telah memenuhi kebutuhan praktis dalam kehidupan jutaan umat Hindu.
Adalah kekanak-kanakan untuk menunjukkan bahwa orang-orang Hindu tidak atau tak mau menerima adanya satu Tuhan, Yang Maha Esa. Pemikiran filosofis dalam Hinduisme telah meningkat sampai ketinggian yang amat luhur dalam kitab-kitab Upaniûad, Bhagavad Gìtà dan Brahma Sùtra.
Dewa-dewa Hinduisme cukup
berhasil dalam membuat bingung dalam benak para penganut keyakinan lain yang
berkesempatan untuk menyelaminya. Bahkan mereka telah cukup berhasil untuk
menciptakan pertentangan di antara orang-orang Hindu sendiri.
Kebodohan lah
yang menyebabkan kebingungan dan menimbulkan pertentangan ini. Oleh karena itu,
dengan menyadari akan kebodohan dan mengusirnya, otomatis ia akan menghantar
pada pencerahan dari kebingungan dan meredam terjadinya pertentangan tersebut.
Ada cerita tentang orang atheis yang
dengan penuh gairah disepanjang hidupnya menganjurkan bahwa tak ada Tuhan
ataupun roh, berdoa pada saat-saat terakhir dari kehidupannya sebagai berikut: “Ya Tuhan, bila Tuhan benar-benar
ada, selamatkanlah nyawaku!” Cerita
ini mungkin amat lucu, akan tetapi secara mendalam memperlihatkan kebutuhan
psikhologis manusia pada Tuhan.
Namun, karya besar dan para pemikir yang mengikuti langkah mereka menyadari
keterbatasan dari pikiran manusia normal dan kebutuhan emosionalnya. Itulah
sebabnya mereka secara bijak memberikan berbagai jenis Upàsana (meditasi
dan cara pemujaan) untuk menyesuaikan selera dan kebutuhan dari para pemuja
Tuhan yang berbeda-beda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar