Úiwa Takut Pada Bhaktanya
Seperti diketahui bahwa Brahmà, Wiûóu dan Úiwa memiliki kekuatan untuk memberikan anugrah dan mengutuk.
Brahmà dan Úiwa biasa memberikan anugrah
dan juga mengutuk, namun berbeda halnya dengan Wiûóu yang tidak terlalu ekstrim
seperti itu. Suatu hari Úiwa sedang mendarat di sebuah bangunan yang indah dan
megah.
Tersebutlah seorang àsura yang bernama Wåka. Ia menemui Åûi Nàrada
untuk menanyakan tentang siapa di antara Brahmà, Wiûóu dan Úiwa yang paling
mudah berkenan.
“Úiwa” jawab Nàrada.
Maka Wåka kemudian pergi ke sebuah tempat suci dan memulai
tapasyanya. Pertama-tama ia mencoba membakar beberapa bagian tubuhnya, ini
dilakukannya selama tujuh hari, namun Úiwa tidak juga menampakkan diri. Maka ia
kemudian memutuskan untuk memenggal kepalanya dengan sebuah kapak. Dan ini
membuat Úiwa tidak tahan untuk menampakkan diri dan mencegah Wåka.
“Apa yang kau inginkan ?” tanya Úiwa.
“Mohon berikanlah hamba anugrah agar jika hamba menaruh tangan
hamba di kepalanya, maka orang itu akan langsung menjadi abu.” jawab Wåka.
Úiwa mengabulkan permintaan itu. Dan tanpa diketahui sebelumnya,
Wåka ingin mencoba kekuatannya itu pada Úiwa. Karena apabila Úiwa mati, maka ia
bisa menikahi Pàrwatì. Menyadari hal itu, Úiwa segera melarikan diri dan
dikejar oleh àsura ini. Úiwa kemudian meminta perlindungan pada Wiûóu. Wiûóu
kemudian menyamar dan menampakkan diri di hadapan Wåka “Apa masalahnya” tanya
Wiûóu.
Àsura itu kemudian menceritakan kisah awalnya.
“Úiwa ?” kata Wiûóu “Siapa yang percaya pada Úiwa dan anugrah yang
diberikannya ? Semua itu omong kosong dan tidak pernah terbukti. Jika kau tidak
percaya, mengapa tidak kau coba pada dirimu ? Maka kau bisa lihat, tidak akan
terjadi apa-apa padamu.” Àsura yang bodoh itu terkena hasutan dan melakukan
semua itu dan tentu saja ia mati oleh kekuatannya sendiri. Setelah itu Úiwa
menjadi bernafas lega kembali.
(Cerita dalam puràóa ini agak berbeda dengan yang terdapat pada
Úiwa puràóa yang menggunakan alur cerita yang sedikit berbeda).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar