MASA KANAK-KANAK KÅÛÓA
Uddhawa pertama kali bertemu dengan Kåûóa pada usia lima tahun.
Meskipun masih dalam usia yang sekecil itu, ia telah menjadi teman akrab Kåûóa
dan merasa tidak sanggup berpisah dengan Kåûóa. Dan selanjutnya kedua teman itu
tumbuh menjadi dewasa. Namun ketika Widura menanyakan keadaan Kåûóa sekarang
ini, kedua mata Uddhawa meneteskan air mata.
Ia berkata “Aku sangat sedih jika harus mengatakan bahwa
keanggunan, ketampanan dan kehebatan Kåûóa kini telah berakhir. Terkutuklah
para Yàdawa yang tidak mengenal Kåûóa sebagai awatàra Wiûóu. Karena mereka
memperlakukannya sebagai manusia biasa. Hanya ada beberapa orang saja yang
seperti dirimu dan aku mengenal Kåûóa sebagai mahluk yang agung. Namun Kåûóa
kini tidak ada lagi. Ia telah wafat. Ini membuat dunia tidak seperti biasanya
bagiku. Apakah kau masih ingat kisah masa kecilnya ?”
Saat itu ketika kejahatan telah merajalela di bumi ini, Brahmà
kemudian memohon petunjuk tentang apa yang harus dilakukan terhadap para pelaku
kejahatan itu. Kemudian Wiûóu berkata bahwa beliau akan lahir sebagai putra
dari Dewakì dan Wàsudewa. Namun Kaýsa, raja para Yàdawa, mengetahui bahwa putra
Wàsudewa dan Dewakì akan membunuhnya sehingga ia memenjarakan suami istri itu.
Akhirnya Kåûóa lahir di penjara Kaýsa. Dan untuk menyelamatkan anak itu,
Wàsudewa kemudian pergi secara diam-diam dan menitipkan anak itu pada pasangan
Nanda dan Yaúodà. Demikianlah sehingga akhirnya Kåûóa dibesarkan oleh Nanda dan
Yaúodà. Kåûóa memiliki seorang kakak yang bernama Baladewa, yang juga terlahir
sebagai salah satu Inkarnasi Wiûóu.
Selama sebelas tahun, kedua bersaudara ini menunda untuk
memperlihatkan ke-ilahian mereka. Mereka bergaul dengan para penggembala di
sepanjang sungai Yamunà dan senang beternak. Sedangkan Kåûóa secara khusus
senang bermain seruling.
Sementara itu raja Kaýsa telah mengetahui tentang Kåûóa dan ia
kemudian mengutus berbagai jenis raksasa untuk membunuhnya. Namun Kåûóa
berhasil mengalahkan mereka semua tanpa susah payah. Tersebutlah seekor ular
yang sangat besar yang bernama Kàliya yang telah meracuni air sungai Yamunà.
Para pengembala dan ternak yang meminum air yang beracun ini tewas seketika.
Kåûóa kemudian menaklukkan Kàliya dan menjadikan air sungai Yamunà suci
kembali. Ia juga menghidupkan kembali para gembala dan ternak yang telah
meninggal.
Saat itu, para gembala sedang gencarnya memuja Indra melalui suatu
upacara khusus. Namun Kåûóa kemudian menghentikan upacara itu. Dan hal ini
membuat dewa Indra sangat marah hingga beliau menurunkan hujan yang amat deras
yang mengancam para gembala dan ternak mereka. Maka untuk melindungi mereka,
Kåûóa kemudian mengangkat gunung Gowardhana dengan jari-jari-Nya. Ia mengangkat
gunung itu dan para gembala dan ternak-ternak mereka bisa berlindung di
bawahnya. Dengan demikian mereka pun bisa terlindungi dari bahaya banjir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar