SIFAT KEDEWATAAN
ivëain dev sivtduRirtain pra suv - yÙd–'
tn{_Aasuv" --
Viúvàni
deva savitar duritàni parà suva, yad bhadraý tanna 'àsuvah.
(Yajurveda: 30.3)
Tuhan,
bagi seluruh mahluk (viúvàni deva) bercahaya seperti sùrya (Savitar)
menjauhkan kami dari (parà suva) segala kejahatan (duritàni) dan
apa pun (yad) ada yang baik (bhadraý) anugerahkanlah kami supaya
mendapatkan kebaikan itu (tanna àsuvaá).
’Tuhan
Yang Mahakuasa dari segala mahluk yang ada, bercahaya seperti sùrya,
semoga kami dijauhkan dari segala kejahatan dan segala apa pun yang terbaik,
anugerahkan kebaikan tersebut kepada kami’.
Konsep dewa dan raksasa sejak dahulu dibicarakan dalam seluruh
kitab suci Veda. Dewa disimbolkan dengan kebaikan dan raksasa dengan
kejahatan. Hal tersebut dapat dilihat di dunia ini di mana selalu ada dua
kekuatan besar yang berbeda, yaitu kebaikan dan kejahatan. Manusia sesuai
dengan pengaruh lingkungannya menerima kebaikan atau kejahatan. Kedua sifat
tersebut kadang-kadang muncul dalam pikiran manusia sendiri.
Dalam konsep raksasa, raksasa mempunyai dua kepala dan
lain-lain yang berbeda dengan manusia. Pada waktu melakukan kejahatan, manusia
dianggap jahat seperti raksasa. Tetapi pada waktu manusia membersihkan diri
dari segala kejahatan melalui brata, tapa, dan upàsana, muncullah
sifat kebaikan yang disebut sifat kedewataan. Jadi, manusia adalah raksasa
dalam bentuk kejahatan dan dewa dalam bentuk kebaikannya.
Kata dewa berasal dari kata "div" yang
berarti yang memberikan sesuatu kepada dunia atau bercahaya. Seperti Dewa Sùrya
memberikan sinar kepada umat manusia, sifat kebaikan orang yang menolong
atau memberikan sesuatu kepada orang lain, disebut sifat kedewataan. Supaya
sifat kedewataan muncul dalam badan manusia, kita perlu memohon kepada Tuhan
supaya terhindar dari perbuatan jahat dan menjadi manusia yang baik.
Tuhan menurunkan Veda untuk menuntun umat manusia,
karena Tuhan Yang Mahapelindung mengetahui manusia gampang terpengaruh oleh
pikiran jahat dan melupakan ajaran Veda. Untuk itu, selalu dimohonkan
supaya kita mendapatkan budi yang baik dan bijaksana agar bisa memisahkan mana
perbuatan yang baik dan yang buruk, sehingga umat manusia dapat menuju ke jalan
yang benar (agne naya supathàràye).
Tuhan menurunkan mantra tersebut untuk selalu diucapkan.
Mela-lui ucapan-ucapan mantra seseorang bisa membersihkan diri dari segala ûað
ripu yaitu kàma, krodha, lobha, moha, mada, matsarya. Ûað ripu
sebaiknya tidak muncul dalam badan manusia, sebaiknya sattva guóa yang
menonjol karena melalui sattva guóa manusia bisa mendekatkan diri dengan
Tuhan. Mantra tersebut begitu penting diucapkan sehari-hari supaya kita menjadi
baik dan menuju ke jalan yang benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar