Ludwig
van Beethoven
Raja
di raja pencipta musik Ludwig van Beethoven keluar jadi jabang bayi tahun 1770
di kota Bonn, Jerman. Semasa kanak-kanak sudah tampak jelas bakat musiknya yang
luar biasa dan buku musik ciptaannya muncul pertama kali tahun 1783.
Ketika
Beethoven berumur di ujung dua puluhan, tanda-tanda ketuliannya mulai tampak.
Tak pelak lagi gejala ini amat merisaukan si komponis muda. Tuli buat seorang
pencipta musik betul-betul suatu malapetaka. Suatu ketika timbul keinginannya
mau bunuh diri saja.
Tahun-tahun
antara 1802-1815 sering dianggap masa pertengahan karier Beethoven. Pada masa
istirahat itu, akibat ketuliannya menghebat, dia mulai mundur dari pergaulan
masyarakat. Ketunarunguannya ini membuat orang punya kesan tidak yakin bahwa
Beethoven memang betul-betul anti manusia, anti masyarakat, benci bergaul. Dia
terlibat dengan percintaan yang kerap dengan gadis-gadis muda tetapi tampaknya
semua hubungan ini berakhir tak bahagia dan tak pernah beristeri.
Karya
musik Beethoven sendiri menggila produktifnya. Tahun-tahun terus berjalan namun
perhatian yang diterimanya makin lama makin susut yang mestinya populer buat
seorang komponis seperti dia di jaman itu. Tetapi, kesuksesannya menanjak
terus.
Pada
usia empat puluhan Beethoven menjadi seratus persen pekak. Akibatnya, dia tak
pernah lagi tampil di muka umum dan semakin menjauhi masyarakat. Hasil karyanya
semakin sedikit dan semakin sulit di fahami. Sejak itu dia mencipta terutama buat
dirinya sendiri dan beberapa pendengar yang punya ideal masa depan. Dia pernah
bilang kepada seorang kritikus musik, “Ciptaanku ini bukanlah untukmu tetapi
untuk masa sesudahmu.”
Ini
merupakan ironi yang kejam dari sebuah nasib bahwa seorang komponis paling
berbakat sepanjang jaman harus tertimpa musibah ketulian semacam itu. Kalau
saja Beethoven dengan kekuatan tekad non-manusiawi — dalam ketuliannya itu–
terus tetap menjaga mutu komposisi musiknya, ini akan merupakan hal yang
memukau dan brilian. Tetapi, kenyataan lebih mengherankan lagi ketimbang yang
dibayangkan dalam masa tahun-tahun ketulian totalnya, Beethoven melakukan
ciptaan tidak sekedar setarap dengan apa yang dihasilkan sebelumnya, melainkan
umumnya dianggap merupakan hasil karya terbesarnya. Dia meninggal di Wina tahun
1827 pada usia lima puluh tujuh tahun.
Karya
Beethoven yang banyak itu termasuk 9 simfoni, 32 sonata piano, 5 piano
concerto, 10 sonata untuk piano dan biola, serangkaian kuartet gesek yang
menakjubkan, musik vokal, musik teater, dan banyak lagi. Tetapi, yang lebih
penting dari jumlah ciptaannya adalah segi kualitasnya. Karyanya merupakan
kombinasi luar biasa dari kedalaman perasaan dengan kesempurnaan tata rencana.
Beethoven memperagakan bahwa musik instrumental tak bisa lagi dianggap cuma
punya nilai seni nomor dua. Ini dibuktikan dari komposisi yang disusunnya yang
telah mengangkat musik instrumental itu ke tingkat nilai seni yang amat tinggi.
Naskah
asli Ludwig van Beethoven.
Beethoven
benar-benar seorang pencipta orisinal yang jempolan dan banyak
perubahan-perubahan yang dilakukan dan diperkenalkannya mempunyai pengaruh yang
abadi. Dia memperluas ukuran sebuah orkestra. Dia menambah panjangnya simfoni
dan memperluas daya jangkaunya. Dengan mendemonstrasikan kemungkinan yang hampir
tak terbatas yang bisa dihasilkan oleh piano, dia membantu menjadikan piano itu
instrumen musik yang paling terkemuka. Beethoven membuka babak transisi dari
musik klasik ke musik bergaya romantik dan karyanya merupakan sumber ilham
untuk gaya romantik.
Dia
menanamkan daya pengaruh yang menghunjam pada diri komponis-komponis yang
muncul belakangan, termasuk tokoh-tokoh yang memiliki gaya berbeda seperti
Brahms, Wagner, Schubert dan Tchaikovsky. Dia juga merintis jalan buat Berlioz,
Gustav Mahler, Richard Strauss dan banyak lagi lainnya.
Nyata
benar, Beethoven mesti ditempatkan di atas musikus mana pun dalam daftar urutan
buku ini. Meski Johann Sebastian Bach nyaris punya keistimewaan setara, karya
Beethoven lebih luas dan lebih sering didengar ketimbang ciptaan Bach. Lebih
dari itu, sejumlah penyempurnaan yang dilakukan Beethoven lebih punya pengaruh
mendalam terhadap perkembangan musik selanjutnya ketimbang hasil karya Bach.
Secara
umum, ide etik dan politik lebih gampang dijabarkan dengan kata-kata daripada
musik dan kesusasteraan. Punya ruang lingkup pengaruh yang lebih luas dari pada
musik. Atas dasar pertimbangan inilah Beethoven –meski tokoh jempolan dalam
sejarah musik– ditempatkan dalam urutan lebih rendah ketimbang Shakespeare.
Dalam hal membandingkan antara Beethoven dan Michelangelo, saya amat
terpengaruh dengan kenyataan bahwa umumnya orang lebih banyak gunakan waktu
mendengarkan musik daripada memandang lukisan atau patung pahatan, dan atas
dasar alasan ini pula saya pikir komponis-komponis musik umumnya lebih
berpengaruh dibanding pelukis atau pemahat yang kemasyhurannya dalam lapangan
masing-masing setara. Walhasil, tampaknya cukup layak menempatkan Beethoven
pada urutan antara Shakespeare dan Michelangelo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar