Kisah Tiga Rakûasa
Suatu kali, ada tiga rakûasa yang jahat. Mereka
menginginkan kekuatan dan kekuatan yang lebih banyak lagi untuk diri mereka.
Mereka memuja Brahma, Sang pencipta dengan konsentrasi yang tàmasik dan
memiliki keinginan yang egois ingin mengalahkan para dewa.
Karena keinginan
jahat mereka, Brahma muncul dihadapan mereka. Mereka berkata, “Kami ingin
menjadi takterkalahkan dan sangat kuat, tidak dapat dikalahkan oleh siapapun
kapanpun dan dimanapun di jagat-raya ini!”
Brahma sang pencipta berpikir, “Aku harus menciptakan
anugerah yang sedikit menjebak. Jika aku memberikan mereka kekuatan ini, maka
mereka akan merebut singgasana surga!” Brahma mengabulkan permintaan mereka,
“Aku memberikan anugerah ini dengan satu pengecualian.
Kalian akan membangun
kota di udara terbuat dari emas, dari perak dan juga dari besi. Ketiga kota itu
akan seperti planet yang besar. Kota ini akan memiliki matahari, bulan dan yang
lainnya. Tetapi dalam seribu tahun sekali, kota ini akan menjadi satu dan pada
saat itu, hanya dengan satu panah saja Dewa Úiva akan menghancurkannya. Dewa
Úiva akan memanah kota ini ketika kota ini menjadi satu.
Kemudian kalian dan
kota itu akan hancur selamanya, menjadi abu. Atau, membutuhkan seribu tahun
lagi bagi kota itu untuk menyatu lagi, dan pada saat itu kalian tidak akan bisa
dikalahkan oleh siapapun dimanapun dan kapanpun. Dengan mengatakan semua ini,
Sang Pencipta menghilang
Para rakûasa ini, amat bahagia, mereka memerintah semua
bidadari dan yang lainnya. Mereka menciptakan matahari dan bulan mereka
sendiri. Mereka tidak terkalahkan, dan menikmati hidup mereka, menari dan
melakukan segala hal. Semua dewa sangat prihatin. Mereka tidak tahu apa yang
harus dilakukan. Dalam kesedihan mereka ingat memuja Gaóeúa, kesulitan kami
akan berakhir dan merekapun terus memuja Putra dewa itu.
Sehingga para dewapun menghaturkan doa. Gaóeúa, berkenan
dengan doa ini dan dengan segera meminta ayahnya, Dewa Úiva untuk mengambil
panah pàúupata, panah bertuah, untuk menghancurkan semua kekacauan.
Dewa Úiva melihat bahwa saat itu adalah saat yang tepat,
karena ketiga kota itu menyatu setelah seribu tahun. Saat itu sangatlah
penting, ia menjadikan Gunung Meru sebagai busurnya dan ular úakti Vàsukì,
sebagai senar busur itu. Dan Mahàviûóu sendiri sebagai pàúupata, seluruh jagat
raya ini sebagai keretanya, dan keempat Veda sebagai kuda-kudanya.
Ia menarik busur itu, bersiap-siap ketika panah itu akan
mengenai sasaran dan menghancurkan tiga kota yang akan membawa kebebasan.
Kemudian mereka mencoba melepaskan panah, tetapi ada
sesuatu yang salah. Walaupun saat itu sangat tepat, dan Ia adalah Úiva yang
agung, namun betapapun ia menarik busur, namun tidak bergerak sama sekali.
Dalam wujud panah, Mahàviûóu sendiri disana. Dewa Úiva bertanya, “Apanya yang
salah? Kenapa benda ini tidak bergerak sedikitpun?”
Dewa Viûóu berkata, “Lihatlah! Lihatlah pada ujung panah
yang runcing itu. Disana, yang sebesar kutu, putramu Gaóeúa duduk disana dan ia
tidak mengijinkan aku untuk menghancurkan para rakûasa itu!”
Dewa Úiva, terkejut dan menyapa Gaóeúa. “Kenapa engkau
membuat masalah, putraku?”
“Ya,” jawab Gaóeúa, “Engkau telah memberiku kekuatan dan
berkata sebelum kegiatan apapun, terutama kegiatan penting seperti ini, engkau
harus mengingatku. Aku tidak akan membiarkan bahkan ayahku melakukan kegiatan
ini terkecuali aku dipuja terlebih dahulu.!”
Kemudian dewa Trimùrti berkata, “Baiklah, Gaóeúa bukan
hanya penghalau rintangan, tetapi ia juga pembuat masalah!” Kemudian, dewa
Trimùrti menghaturkan doa pada Gaóeúa. Setelah meneriakkan kata ‘Jai!’ padanya
maka iapun turun dari ujung panah. Dan jutaan kilatan cahaya berkumpul, Ia
membuat panah itu menghancurkan sasaran dengan berkahnya.
Ketiga kota berarti tiga tubuh anda—badan kasar, badan
astral dan badan kausal. Ego mencoba memerintah kota-kota ini yang adalah
tempat untuk menyadari keberadaan kebenaran. Ego ingin mengatur kota ini, saat
terjaga (tubuh fisik), saat mimpi dalam badan astral, dan tidur nyenyak tanpa
mimpi dalam badan kausal.
Membutuhkan seribu kehidupan atau bahkan lebih, sepuluh
ribu jam, atau bulan, atau tahun, hingga engkau menemukan Guru, inisiasi,
mantra dan keyakinan. Ketika mereka dikumpulkan bersama, maka engkau bisa
menghancurkan ketiga kota, yang berarti bebas dari keterikatan tubuh dan
mendapatkan kesadaran tubuh.
Ketika Dewa Úiva menaklukkan ketiga kota ini, terompet
ditiup, bunga ditaburkan dan para åûi seperti Tumbura dan Nàrada menari diatas
awan menyanyikan keagungan Dewa Úiva dan Gaóeúa!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar