Úrì Jayasunu, 1214 - 1284
Setelah
raja Úrì Dhanàdhiràja wafat 1204, rakyat pulau Bali sedih dan bingung
karena putera mahkota, Úrì Jayasunu, yang berhak naik tahta menggantikan
ayahnya, ternyata menghilang dari istana tidak seorang pun yang tahu
kemana perginya.
Dicari kemana-mana oleh rakyatnya tidak juga diketemukan. Maka dari itu dalam waktu yang cukup lama, tidak ada yang berani menjadi raja di pulau Bali.
Dicari kemana-mana oleh rakyatnya tidak juga diketemukan. Maka dari itu dalam waktu yang cukup lama, tidak ada yang berani menjadi raja di pulau Bali.
Waktu
itu Úrì Jayasunu sendiri meninggalkan istana pergi menuju ke gunung
untuk melaksanakan tapa brata samadi di pura-pura agar dapat
mendengarkan sabda dewata, tentang hal apa yang menyebabkan para
leluhurnya tidak lama bertahta dan segera wafat.
Setelah
beberapa waktu lamanya bersamadi, maka terdengar sabda dewata yang pada
intinya akan menganugerahkan umur panjang kepada Úrì Jayasunu dengan
syarat harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh tentang upacara-upacara
yajña pulau Bali, yajña di pura-pura sadkahyangan, di kahyangantiga
serta disemua tempat-tempat pemujaan. Supaya tetap taat bakti
melaksanakan yajña di pura Bêsakih, di pura Batur dan di pura Batukaru.
Tiap-tiap sasih kesanga jangan lupa mengadakan upacara mêlasti ke tepi
laut. Waktu tilem kesanga supaya melaksanakan bhutayajña (caru) dan
selanjutnya Nyêpi (nyuniadesa).
Pada
hari Anggara Wage Dunggulan seluruh rakyat dan raja Bali supaya
melaksanakan upacara mabyakala dan memasang penjor. Keesokan harinya
Budha Keliwon Dunggulan melaksanakan upacara galungan. Jangan lalai
untuk mematuhi dan melaksanakan upacara-upacara tersebut, kalau
menghendaki panjang umur.
Setelah mendengar sabda dewa tersebut, Úrì Jayasunu kembali ke istana dan naik tahta raja Bali dengan gelar Úrì Parameúwara.
Semua
upacara yajña sudah dilaksanakan sebagaimana sabda dewata, dipatuhi
oleh seluruh rakyat Bali, yang mendatangkan keselamatan dan panjang umur
bagi raja dan sanak keluarganya, serta seluruh rakyat tidak tertimpa
wabah penyakit, hidup aman dan sejahtera.
Beberapa
waktu lamanya setelah Úrì Jayasunu naik tahta, tiba-tiba diserang oleh
raja Kåtanagara dari Singhasàri dengan senapatinya Keboparud, yang
berhasil menguasai pulau Bali pada tahun 1284. Setelah Kåtanagara
dikalahkan dan dibunuh oleh raja Jayaktwang dari Kadiri pada tahun 1292,
maka tentara Singhasàri pimpinan Senapati Keboparud meninggalkan pulau
Bali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar