Agustus
Caesar
Pendiri
empirium Romawi, Agustus Caesar, tak salah lagi bagaikan poros penting dalam
perputaran jalannya sejarah. Dia mengakhiri perang saudara yang sudah membikin
Republik Romawi berantakan di abad pertama sebelum Masehi dan sesudah itu dia
organisir kembali pemerintahan Romawi sehingga keamanan dan perdamaian di dalam
negeri terjamin dan kesejahteraan penduduk terawat. Ini berlangsung selama dua
abad.
Gaius
Octavius. (yang lebih kesohor dengan julukan Octavian, tidak bersedia menerima
gelar Agustus sampai umurnya tiga puluh lima tahun), dilahirkan tahun 63 SM.
Dia cucu kemanakan Yulius Caesar yang merupakan tokoh politik Romawi di masa
muda Octavian. Karena Yulius Caesar sendiri tak punya anak, amatlah sayangnya
ia kepada Octavian dan mendidiknya menjadi seorang politikus. Tetapi, tatkala
Caesar terbunuh tahun 44 SM, Octavian baru seorang pelajar berumur delapan
belas tahun.
Kematian
Caesar menimbulkan pergulatan sengit dan lama diantara pemuka politik dan
militer untuk menduduki kursi kekuasaan. Octavian terlibat dalam pergulatan
ini. Pada mulanya, lawan-lawannya yang punya pengalaman dan berumur lebih tua,
menganggap enteng Octavian, dianggapnya tak lebih dari anak ingusan, bukanlah
saingan yang perlu diperhitungkan. Sedangkan Octavian karena merasa seakan anak
Caesar, ingin mengambil keuntungan dari situasi ini. Dengan kecermatan yang ada
padanya ia berusaha merebut kemenangan politik dengan mencari dukungan
pasukan-pasukan Caesar dan menunjuk Mark Anthony sebagai pendukung utamanya
karena Mark Anthony merupakan sahabat terdekat Caesar. Serentetan pertempuran
pada tahun-tahun berikutnya dapat melenyapkan lawan-lawan politiknya dalam
rangka merebut jenjang kekuasaan.
Pada tahun 36 SM Roma dan banyak lagi
daerah-daerah lain yang sudah ditaklukkan dibagi dua oleh Mark Anthony dan
Octavian. Mark Anthony menguasai negeri bagian timur dan Octavian bagian barat.
Ada beberapa tahun hubungan antara keduanya kurang akrab karena soal perempuan.
Mark Anthony malas-malasan masuk kantor karena dia mabuk kepayang dengan
Cleopatra. Sebaliknya, Octavian dengan tekunnya mengurus pemerintahan dan memperkuat
kedudukannya. Dibanding orang yang lagi slebor cinta, dengan sendirinya orang
yang bebas dari gitu-gituan mampu bikin rupa-rupa prestasi.
Pikiran lebih
terpusat, tidak semrawut seperti benang kusut. Karena beda kondisi mereka
berdua terlampau berkepanjangan, tak bisa tidak ujung-ujungnya senjata ikut
bicara. Perang pecah antara Mark Anthony dan Octavian pada tahun 32 SM. Kemelut
akhirnya terselesaikan lewat perang laut yang menentukan di Actium tahun 31 SM
yang sudah barang tentu dimenangkan oleh Octavian secara mutlak. Risau, kecewa,
putus asa, hilang akal, cinta buta yang sinting mendorong Mark Anthony dan
Cleopotra berkeputusan bunuh diri berbarengan. Sepasang merpati yang senewen
itu sama-sama jadi cacing tanah.
Kini
Octavian menggenggam kekuasaan yang setara dengan apa yang pernah dialami
Yulius Caesar lima belas tahun sebelumnya. Caesar dibunuh karena ketahuan mau
menghapus pemerintahan Republik Romawi dan menggantinya dengan sistem kerajaan.
Tetapi, di tahun 30 SM, sesudah bertahun bergelimang perang saudara dan
pemerintah sistem republik nyata-nyata tak membawa faedah, umumnya orang Romawi
tak keberatan menerima sistem pemerintahan despot yang bijak dan tak terlampau
keras serta asal secara formalitas sistem republik tetap berjalan.
Octavian,
meski menunjukkan sikap beringas dalam tahap pergulatan mencapai puncak,
anehnya menjadi lembut dan menampakkan gaya kebapakan begitu berada di atas
tahta kekuasaan. Di tahun 27 SM, untuk memikat perhatian senat, dia bikin
pengumuman ingin membangun kembali sistem republik dan menyatakan kesediaan
mundur dari semua jabatan yang dipegangnya. Tetapi nyatanya dia tetap bertahan
pada kedudukannya selaku penguasa propinsi Spanyol, Gaul, Suriah. Berhubung
mayoritas kekuatan angkatan bersenjata berada di ketiga propinsi itu, kekuatan
dan kekuasaan yang sesungguhnya masih tetap berada di tangannya. Senat dalam
pemungutan suara menetapkannya bergelar Augustus, tetapi dia tak pernah
menganggap dirinya seorang raja.
Teoritis, Romawi tetap berbentuk republik dan
Augustus tak lebih dari seorang princeps (warga utama). Kenyataan yang
sesungguhnya menunjukkan, senat yang jinak dan murah hati siap sedia
mempersembahkan jabatan apa saja yang dipilih Augustus dan dalam sisa hidupnya
dia merupakan seorang diktator efektif dalam arti makna yang sebenar-benarnya.
Tatkala dia wafat di tahun 14 SM, Romawi sudah sepenuhnya melampaui masa
transisi dari bentuk republik ke bentuk kerajaan dan anak pungut Augustus
menggantikannya tanpa mengalami kesulitan samasekali.
Augustus
boleh dibilang satu contoh seorang despot yang berkemampuan dan murah hati
dalam sejarah. Dia betul-betul seorang negarawan, pendekatannya yang bijak
berhasil menutup celah-celah perpecahan yang ditimbulkan oleh perang saudara.
Daerah Kekaisaran Romawi Ketika Augustus Meninggal |
Augustus
memerintah Romawi selama 40 tahun dan tindak-tanduk serta garis politiknya jadi
anutan kekaisaran pada masa-masa sesudah dia tiada. Di bawah Augustus pasukan
Romawi melakukan penaklukan mutlak atas Spanyol, Swiss, Galatia di Asia Kecil
dan di sebagian besar daerah Balkan. Pada saat akhir pemerintahannya,
perbatasan sebelah utara wilayah kekuasaannya tidak banyak berbeda dengan garis
sungai Rhine Danube yang menjadi batas belahan utara di abad-abad sesudahnya.
Augustus
betul-betul seorang administator luar biasa dan berkemampuan tak terbandingkan dalam
hal mengatur urusan pemerintahan sipil dan pelayanan masyarakat. Dia merombak
sistem perpajakan dan sistem keuangan negara Romawi, menata kembali angkatan
bersenjata dan membangun angkatan laut permanen. Dia juga membangun pasukan
pengawal pribadi, meletakkan dasar komandan pengawal kaisar yang di abad-abad
mendatang memegang peranan penting dalam hal memilih dan memberhentikan
kaisar-kaisar.
Di
bawah pemeeintahan Augustus, dibangun jaringan jalan raya yang luas di segenap
wilayah kekuasaan Romawi, membangun perumahan rakyat yang indah, begitu pula
kota-kota baru yang megah. Kuil-kuil didirikan dan Augustus mendorong ketaatan
kepada Agama Romawi. Diaturnya peraturan tentang perkawinan, dan mengatur
cara-cara pendidikan dan mengasuh anak-anak.
Sejak
tahun 30 SM keadaan dalam negeri Romawi aman tenteram di bawah Augustus.
Sumber-sumber alam memberikan kemakmuran besar untuk rakyat. Akibat sampingan
dari semua ini, seni budaya pun berkembang dengan pesatnya sehingga masa
pemerintahan Augustus merupakan jaman emas bagi kesusastraan. Penyair terbesar
Romawi, Virgil, hidup dalam masa ini, begitu pula pengarang-pengarang terbesar
termasuk Horacc dan Livy. Sedangkan budayawan Ovid yang menimbulkan rasa tidak
senang Augustus, diusir dari Romawi.
Augustus
tidak punya anak laki-laki, sedangkan kemanakan dan dua cucunya meninggal
sebelum dia sendiri menutup mata. Itu sebabnya Augustus memungut anak tirinya,
Tiberius, dan menetapkannya jadi penggantinya. Tetapi, dinastinya (yang
kemudian termasuk juga penguasa-penguasa yang tidak populer seperti Caligula
dan Nero) segera menjadi merosot dan layu, walaupun perdamaian dan keamanan
dalam negeri yang dasar-dasarnya diletakkan oleh Augustus (yang disebut Pax
Romana) masih bisa bertahan sekitar 200 tahun. Di masa perpanjangan kondisi
yang aman dan makmur ini, kebudayaan Romawi meresap dengan dalamnya di wilayah
taklukan dan binaan Augustus dan pemimpin-pemimpin Romawi lainnya.
Kekaisaran
Romawi terkenal dengan keantikannya, dan memang kenyataannya begitu. Romawi
merupakan bukan saja titik puncak kebudayaan purba tetapi sekaligus merupakan
penyalur utama gagasan dan hasil besar kultural bangsa-bangsa beradab seperti
Mesir, Babylon, Yahudi, Yunani dan lainnya ke Eropa Barat.
Adalah
menarik membandingkan Augustus dengan pamannya, Yulius Caesar. Lepas dari
kerupawanan Agustus, kecerdasan, kekuatan watak dan sukses-sukses militer, dia
tidak mampu menandingi karisma yang melekat pada diri pendahulunya. Yulius
Caesar punya daya pukau orang-orang sejamannya lebih besar dari apa yang dimiliki
Augustus dan dia tetap masyhur hingga kini. Tetapi pengaruh terhadap sejarah,
Augustus masih punya kelebihan.
Dan
juga adalah menarik membandingkan Augustus dengan Alexander Yang Agung.
Keduanya memulai kariernya sejak usia muda belia, walau Augustus harus
mengatasi hambatan-hambatan dengan lebih keras dan getir dalam perjalanan
mencapai puncak kemampuan militernya tidaklah lebih luar biasa ketimbang
Alexander Yang Agung, tetapi benar-benar mengesankan dan
penaklukan-penaklukannya lebih menggemparkan. Kenyataan ini merupakan faktor
yang membedakan antara Augustus dan Alexander Yang Agung. Augustus dengan penuh
kecermatan membangun masa depan, dan sebagian hasil pengaruhnya yang berjangka
lama dalam sejarah kemanusiaan lebih luas.
Augustus
bisa juga dibandingkan dengan Mao Tse Tung atau George Washington.
Ketiga-tiganya memainkan peranan besar dan hampir berkemiripan dalam sejarah.
Tetapi diukur dari lamanya masa kekuasaan Augustus, sukses-sukses politiknya
dan arti penting kekuasaan Romawi dalam sejarah, saya yakin Augustus layak
ditempatkan pada daftar urutan lebih tinggi dari kedua tokoh lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar