Meng-Tse
Filosof Cina Meng-Tse (Mencius)
adalah pengganti Kong Hu-Cu. Ajaran-ajarannya, seperti apa yang dibentangkan
dalam buku Book of Mencius, sangat dihargai di Tiongkok selama berabad-abad.
Dia sering dijuluki “The Second Sage,” manusia bijak kedua, yaitu kebijakannya
jatuh nomor dua sesudah Kong Hu-Cu yang berjangka selisih dengannya sekitar
2000 tahun.
Meng-Tse dilahirkan sekitar tahun
371 SM di negeri kecil Tsou, yang kini berada di provinsi Shantung. Masa ia
dilahirkan, babak akhir dinasti Chou, disebut oleh orang Cina dengan julukan
“Masa perang antar negeri,” berhubung Cina secara politis waktu itu terpecah
belah. Meng-Tse, meskipun dia berada di belakang tradisi Kong Hu-Cu dan
senantiasa jadi pendukung gigih teori-teori dan gagasan Kong Hu-Cu, akhimya
dihormati selaku cerdik pandai dan filosof atas daya kreasi dan karya pikirnya
sendiri.
Meng-tse menghabiskan banyak masa
dewasanya melakukan perjalanan di seputar dalam negeri Cina dan menawarkan
nasihatnya kepada pelbagai penguasa. Beberapa penguasa mendengarkan dengan penuh
hormat kepadanya, dan untuk beberapa saat dia menjadi pejabat pemerintah Ch’i;
tetapi secara pukul rata dia tidak punya posisi permanen ataupun pembuat
keputusan. Di tahun 312 SM, saat umurnya sekitar lima puluh sembilan tahun, dia
kembali ke kampungnya di negeri Tsou dan tinggal menetap di situ sampai mati.
Kapan dia mati tidak jelas, mungkin sekitar tahun 289 SM.
Meng-tse mengumpulkan
pengikut-pengikut selama masa hidupnya, tetapi pengaruhnya atas Cina sebagian
terpokok karena Book of Menciusnya, di mana tertera ajaran-ajarannya. Meskipun
buku itu bisa jadi sudah mengalami pelbagai perbaikan oleh
pengikut-pengikutnya, kecil sekali keraguan bahwa pokok-pokoknya mencerminkan
ide-ide Meng-tse sendiri.
Citra Book of Mencius berwarna
idealistis dan optimis, memantulkan keyakinan teguh Meng-tse bahwa sifat
manusia itu pada dasarnya baik: dalam banyak hal, ide politiknya serupa dengan
Kong Hu-Cu; khususnya, Meng-tse percaya benar bahwa seorang raja harus
memerintah pertama-tama lewat contoh moral daripada dengan kekuatan. Tetapi,
Meng-tse lebih mendekati “orang milik umum” daripada Kong Hu-Cu. “Langit
melihat seperti rakyat melihat, langit mendengar seperti rakyat mendengar,”
adalah salah satu pernyataannya yang terbaik.
Meng-tse menekankan bahwa
komponen paling penting dari tiap negara adalah rakyat, dan bukannya penguasa.
Adalah kewajiban penguasa memajukan kesejahteraan rakyat; khususnya dia harus
memberikan rakyat itu penuntun moral dan dengan kondisi yang layak untuk
hidupnya. Diantara politik pemerintahan dia menganjurkan: perdagangan bebas;
pajak ringan; pelestarian sumber alam; pemerataan kekayaan yang sama daripada
keadaan sekarang; dan persediaan pemerintah buat kesejahteraan orang-orang tua
jompo dan orang miskin. Meng-tse percaya bahwa kekuasaan seorang Raja berasal
dari langit; tetapi seorang Raja yang mengabaikan kesejahteraan rakyat akan
kehilangan “mandat dari langit,” dan akan sepantasnya ditumbangkan. Berhubung
bagian terakhir dari kalimat itu mengikis bagian pertama, Meng-tse pada
dasarnya menekankan (jauh sebelum John Locke), bahwa rakyat punya hak
memberontak melawan penguasa yang tidak adil. Ini merupakan ide yang diterima
secara luas di Cina.
Kini bicara secara umum,
sepanjang hampir sepanjang sejarah, jenis politik yang dianjurkan Meng-tse lebih
populer di kalangan rakyat ketimbang di kalangan penguasa. Karena itu janganlah
heran bilamana usul Meng-tse tidak diterima oleh penguasa-penguasa Cina pada
masanya. Tetapi dalam perjalanan sang waktu, pandangan-pandangannya menjadi
semakin populer di kalangan sarjana-sarjana Kong Hu-Cu dan di kalangan rakyat
Cina. Reputasi Meng-tse, yang sudah tinggi, bahkan menjadi lebih besar di Cina
disertai dengan bangkitnya neo-Confucianisme di abad ke-11 dan ke-12.
Di Barat, tentu saja, Meng-tse
tak punya pengaruh yang berarti. Ini disebabkan sebagian dari kenyataan bahwa
dia menulis dalam bahasa Cina. Tao Te Ching oleh Lao Tze yang ditulis dalam
bahasa Cina yang boleh dibilang bersamaan waktunya dengan Book of Mencius,
telah diterjemahkan ke dalam pelbagai bahasa Eropa berulang kali hanya karena
banyak orang menemukan ide yang dipaparkan di buku itu memancing rasa ingin
tahu. Tetapi relatif sedikit orang Barat telah menemukan Book of Mencius,
khusus yang orisinal- atau yang terpotong.
Tetapi, tulisan-tulisan Meng-tse telah
betul-betul mempengaruhi orang Cina. Meskipun arti pentingnya terhadap
Confucianisme tidaklah mendekati kebesaran seperti St. Paul terhadap
Kekristenan (dalam satu hal Meng-tse kekurangan kesanggupan membujuk yang
sungguh luar biasa yang ada pada St. Paul untuk menarik orang menganut pahamnya),
dia tak diragukan lagi seorang penulis yang punya pengaruh mendalam. Selama
kasarnya dua puluh dua abad, ide-idenya dipelajari di seluruh daerah yang
berpenduduk lebih dari 20% jumlah penduduk dunia. Hanya sedikit filosof di mana
pun punya pengaruh yang begitu besarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar