Gregor
Mendel
Ilmu prinsip
dasar keturunan layak berterima kasih kepada penemunya, Gregor Mendel, pendeta
Austria tak terkenal, ilmuwan amatir yang obyek penyelidikan briliannya semula
tidak diacuhkan oleh dunia ilmu.
Mendel
dilahirkan tahun 1822 di kota Heinzendorf di daerah daulat kerajaan Austria
yang kini masuk bagian wilayah Cekoslowakia. Tahun 1843 dia masuk biara
Augustinian, di kota Brunn, Austria (kini bernama Brno, Ceko). Dia menjadi
pendeta tahun 1847. Tahun 1850 dia ikut ujian peroleh ijasah guru, tetapi gagal
dan dapat angka terburuk dalam biologi!
Meski begitu, kepada pendeta di
biaranya mengirim Mendel ke Universitas Wina, dari tahun 1851-1853 dia belajar
matematika dan ilmu pengetahuan lainnya. Mendel tak pernah berhasil mengantongi
ijasah guru resmi, tetapi dari tahun 1854-1868 dia menjadi guru cadangan ilmu
alam di sekolah modern kota Brunn.
Sementara
itu, mulai tahun 1856 dia memperlihatkan pengalaman-pengalamannya yang masyhur
di bidang pembiakan tumbuh-tumbuhan. Menjelang tahun 1865 dia sudah menemukan
hukum keturunannya yang kesohor dan mempersembahkan kertas kerjanya di depan
perkumpulan peminat sejarah alam kota Brunn. Tahun 1866 hasil penyelidikannya
diterbitkan oleh majalah Transactions milik perkumpulan itu di bawah judul
“Experiments with Plant Hybrids.” Kertas kerja keduanya diterbitkan oleh
majalah itu juga tiga tahun kemudian.
Kendati majalah itu bukanlah majalah
besar, tetapi banyak terdapat di pelbagai perpustakaan besar. Di samping itu
Mendel mengirim satu salinan kepada Karl Nageli, seorang tokoh disegani di
bidang ilmu keturunan. Nageli membaca salinan itu dan kirim balasan kepada
Mendel tetapi dia tidak paham apa yang teramat penting dalam salinan kertas
kerja Mendel itu. Sesudah itu umumnya kertas kerja Mendel diabaikan dan nyaris
dilupakan orang hampir tiga puluh tahun lamanya.
Tahun 1866
Mendel naik pangkat ditunjuk jadi pendeta kepala di biaranya. Kesibukan
administrasi rutin membuatnya kehabisan tempo melanjutkan penyelidikannya dalam
bidang tanam-tanaman. Ketika dia meninggal tahun 1884 dalam usia enam puluh
satu, penyelidikan briliannya nyaris dilupakan orang dan dia tak peroleh
pengakuan apa pun untuk penyelidikan itu.
Jerih payah
Mendel baru diketemukan kembali tahun 1900 oleh tiga ilmuwan dari tiga bangsa
yang berbeda-beda: Hugo de Vries dari Negeri Belanda, Carl Correns dari Jerman
dan Erich von Tschermak dari Austria. Mereka bekerja secara terpisah tatkala
menemukan artikel Mendel. Masing-masing mereka sudah punya pengalaman sendiri
di bidang botani. Masing-masing secara tersendiri menemukan hukum Mendel.
Dan
masing-masing (sebelum menerbitkan buku) secara seksama mempelajari hasil kerja
Mendel dan masing-masing pula menjelaskan bahwa penyelidikannya memperkuat
pendapat Mendel. Satu kebetulan segitiga yang aneh! Lebih dari itu, di tahun
itu juga, William Bateson, ilmuwan berkebangsaan Inggris, menemukan pula kertas
kerja Mendel yang asli dan segera mengedepankan kepada kalangan dunia ilmu. Di
penghujung tahun itu Mendel dapat sambutan meriah dan penghargaan atas begitu
hebat karya-karya yang dilakukannya selama masa hidupnya.
Bukti-bukti
apakah perihal keturunan yang sudah ditemui Mendel? Pertama, Mendel mengetahui
bahwa pada semua organisme hidup terdapat “unit dasar” yang kini disebut gene
yang secara khusus diturunkan oleh orang tua kepada anak-anaknya. Dalam dunia
tumbuh-tumbuhan yang diselidiki Mendel, tiap ciri pribadi, misalnya warna
benih, bentuk daun, ditentukan oleh pasangan gene. Suatu tumbuhan mewariskan
satu gene tiap pasang dari tiap “induk”-nya.
Mendel menemukan, apabila dua gene
mewariskan satu kualitas tertentu yang berbeda (misalnya, satu gene untuk benih
hijau dan lain gene untuk benih kuning) akan menunjukkan dengan sendirinya
dalam tumbuhan tertentu itu. Tetapi, gene yang berciri lemah tidaklah
terhancurkan dan mungkin diteruskan kepada tumbuhan keturunannya. Mendel
menyadari, tiap kegiatan sel atau gamete (serupa dengan sperma atau telur pada
manusia) berisi cuma satu gene untuk satu pasang. Dia juga menegaskan, adalah
sepenuhnya suatu kebetulan bilamana gene dari satu pasang terjadi pada satu
gamete dan diteruskan kepada keturunan tertentu.
Hukum
Mendel, meski sudah dilakukan perubahan kecil, tetap merupakan titik tolak dari
ilmu genetika modern. Bagaimana Mendel selaku seorang amatir mampu menemukan
prinsip yang begitu penting yang menyisihkan begitu banyak biolog profesional
yang masyhur yang ada sebelumnya? Untungnya, dia memilih untuk bidang
penyelidikannya jenis tumbuhan yang ciri-ciri khasnya ditentukan oleh
seperangkat gene. Kalau saja ciri-ciri pokok yang diselidikinya masing-masing
sudah ditentukan oleh pelbagai perangkat gene, penyelidikannya akan menghadapi
kesulitan yang luar biasa.
Tetapi, keberuntungan ini tidak akan menolong Mendel
kalau saja dia tidak punya sifat kecermatan yang dahsyat dan kesabaran seorang
pencoba, dan juga tidak akan menolongnya apabila dia tidak menyadari bahwa
perlu membuat analisa statistik dari pengamatannya. Karena faktor contoh-contoh
di atas, umumnya mungkin tidak bisa diduga jenis kualitas mana sesuatu
keturunan akan mewariskan. Hanya lewat sejumlah besar percobaan (Mendel sudah
mencatat hasil lebili dari 21.000 tumbuh-tumbuhan!), dan lewat analisa
hasil-hasilnya, Mendel dapat menarik kesimpulan terhadap hukum-hukumnya.
Jelaslah,
hukum keturunan merupakan penambah penting buat pengetahuan manusia, dan
pengetahuan kita tentang genetika mungkin akan lebih dapat dipraktekkan di masa
depan daripada sebelumnya. Ada pula faktor yang tak boleh diabaikan kalau kita
memutuskan dimana Mendel mesti ditempatkan dalam urutan daftar buku ini. Karena
penemuannya diremehkan di saat hidupnya, dan kesimpulan-kesimpulannya
diketemukan oleh ilmuwan yang datang belakangan, penyelidikan Mendel dianggap
tidak berdiri sendiri. Apabila alasan ini dipaksakan, orang bisa berkesimpulan
bahwa Mendel mungkin bisa tersisihkan sepenuhnya dari daftar, seperti halnya
Leif Ericson, Aristarchus, Ignaz Semmelweiss telah disisihkan guna memberikan
tempat buat Colombus, Copernicus dan Joseph Lister.
Tetapi, ada
beda antara kasus Mendel dengan lainnya. Pekerjaan Mendel terlupakan hanya
sebentar, dan begitu diketemukan kembali, segera melangit. Lebih jauh dari itu,
de Vries, Correns, dan Tschermak, meskipun mereka menemukan kembali
prinsip-prinsipnya secara independen, toh dia baca karya Mendel dan mengutip
hasil-hasilnya. Akhirnya, orang tidak bisa bilang karya Mendel tak berpengaruh
kendati de Vries, Correns dan Tschermak tak pernah hidup di dunia.
Artikel-artikel Mendel sudah tersebar luas riwayat-riwayatnya (oleh W.O. Focke)
sekitar masalah keturunan. Tulisan itu cepat atau lambat sudah dapat dipastikan
akan diketemukan juga oleh mahasiswa-mahasiswa yang serius di bidang itu. Juga
layak dicatat, tak satu pun dari ketiga ilmuwan itu yang menuntut bahwa
merekalah penemu ilmu genetika. Juga, secara umum dunia ilmu sudah menyebutnya
sebagai “Hukum Mendel.”
Penemuan Mendel kelihatannya bisa dibandingkan
dengan penemuan Harvey, baik dari segi orisinalnya maupun arti pentingnya
tentang peredaran darah, dan dia sudah ditempatkan pada urutan yang sewajarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar